Aremania Desak Korban Luka Tragedi Kanjuruhan Divisum

Rabu, 09 November 2022 - 17:15 WIB
Dia menyatakan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan LPSK dan mengajukan perlindungan ke 60 korban dari tragedi Kanjuruhan. Perlindungan ini penting untuk mengantisipasi adanya ancaman dan tekanan, sebelum melaporkan ke pihak penegak hukum.

Apalagi berkaca dari kasus keluarga korban yang mengajukan autopsi, ada upaya-upaya mempengaruhi keluarga untuk tidak melakukan langkah hukum. Sehingga pengajuan perlindungan ke LPSK dirasa perlu berkaca pada tindakan yang dialami Devi Athok Yulfitri.

"Belajar dari situ kami mengantisipasi kalau gitu keluarga-keluarga korban yang punya niatan untuk menuntut atau mencari keadilan harus diajukan perlindungan, supaya tidak terjadi hal-hal serupa," ucap Anjar.

Diketahui babak baru Tragedi Kanjuruhan muncul setelah Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Timur memutuskan mengembalikan berkas perkara dari penyidik Polda Jawa Timur. Kejati menilai berkas yang disampaikan belum lengkap dan dinyatakan P-18, sehingga harus dikembalikan atau P-19.

Proses autopsi pun telah dilakukan sebagaimana rekomendasi dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF).

Autopsi dilakukan terhadap kedua korban yakni Natasya Debi Ramadhani (16) dan Naila Debi Anggraini (14), yang merupakan kakak beradik pada Sabtu (5/11/2022) lalu.

Keduanya warga RT 1 RW Demangjaya, Desa Krebet Senggrong, Kecamatan Bululawang, yang dimakamkan di TPU Dusun Patuk Baran, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.

Sejauh ini ada 135 korban meninggal dunia, sedangkan 660 orang terkonfirmasi luka-luka dengan rincian 24 orang, luka sedang 50 orang, luka ringan 586 orang.

Para korban mayoritas berdesakan meninggalkan stadion karena semprotan gas air mata polisi ke arah tribun penonton. Akibat para penonton mengalami sesak napas dan terjadi penumpukan hingga insiden terinjak-injak di pintu keluar Stadion Kanjuruhan.
(shf)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More