Jumlah Pasien Positif Bertambah, GTPP COVID-19 di Medan Dinilai Kurang Serius Bekerja

Senin, 06 Juli 2020 - 14:17 WIB
Ibrahim menjelaskan, Akhyar Nasution sebagai Ketua tim GTPP Covid-19dinilai tidak terbuka dalam berkomunikasi dalam mengatasi sejumlah permasalahan, seperti pernyataannya yang beberapa waktu lalu yang menegaskan sampai kapanpun tidak akan menghadiri undangan panitia khusus (Pansus) Covid-19 DPRD Medan.

"Padahal, anggota dewan mengundangnya sebagai Ketua GTPP Covid-19, dengan tujuan berkomunikasi mencari jalan keluar masalah," paparnya.

Seperti diketahui, Pansus Covid-19 DPRD Medan sudah 3 kali mengundang Akhyar Nasution dalam kapasitasnya sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Medan untuk hadir dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Kantor DPRD Medan. Rencana DPRD Medan waktu itu ingin menggunakan hak interpelasi (bertanya) terkait penanganan Covid-19 tersebut. Namun rencana itu pupus akibat Akhyar tak kunjung hadir memenuhi undangan DPRD tersebut.

Sementara itu,Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan, Wijaya Juwarna sempat mengungkapkan keraguannya pada kinerja GTPP Covid-19 Kota Medan.

"Hingga kini kasus Covid-19 di Kota Medan, tidak pernah nampak puncaknya dimana. Sementara Jakarta yang lebih komplek permasalahannya bisa," tuturnya.

Menurut Juwana, sebenarnya sudah cukup lelah juga mengingatkan pihak terkait di tim GTPP Covid-19, sebab penyakit ini adalah penyakit karantina. Dan sumbernya dari sejumlah turis yang masuk ke wilayah ini. Maka tentu harus diperketat sistem karantina di bandara dan pelabuhan.

Selain itu, IDI Kota Medan juga sudah mengingatkan, Covid-19 merupakan penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia, sehingga perlu penanganan penyakit terpusat.

"Tidak boleh seluruh rumah sakit melayani penyakit ini. Karena pasien bukan cuma Covid-19," jelasnya.

Juwana menambahkan, jika semua rumah sakit menangani pasien Covid-19, maka problem yang muncul adalah potensi menularkan pasien non Covid-19 dan masyarakat sekitar lebih besar. Selain itu, tenaga medis tidak bisa dikendalikan rotasinya.

"Misalnya ada 10 rumah sakit, ada 10 spesialis parunya. Kalau semua melayani, maka dia akan sampai pada titik jenuh atau kelelahan. Akhirnya, rentan tertular," jelas dokter spesialis THT ini. (BACA JUGA: Sengketa lahan di Asahan, Kelompok Tani Pasada Lestari: Itu Hutan Kami)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content