Tragedi Perdamaian Dunia

Sabtu, 19 Juli 2014 - 13:51 WIB
Tragedi Perdamaian Dunia
Tragedi Perdamaian Dunia
A A A
Dunia berduka oleh jatuhnya pesawat terbang komersial milik maskapai Malaysia Airlines penerbangan MH17 rute Amsterdam-Kuala Lumpur yang dirudal saat melintas di wilayah udara Ukraina, Kamis (17 Juli).

Pesawat yang terbang pada cruising altitude sekitar 33.000 kaki melintasi daerah konflik di timur Ukraina itu dihajar rudal, tetapi belum ada pihak yang secara resmi mengaku bertanggung jawab. Sebanyak 283 penumpang beserta 15 awak kehilangan nyawanya di hari kelam tersebut. Bagi rakyat Indonesia, berita ini terasa dekat karena 12 orang warga negara Indonesia juga turut serta dalam penerbangan tersebut. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan bahwa hari jatuhnya Malaysia Airlines penerbangan MH17 adalah hari yang tragis dalam tahun yang tragis.

Pernyataan itu juga merujuk pada hilangnya Malaysia Airlines penerbangan MH370 rute Kuala Lumpur-Beijing pada 8 Maret 2014 beserta 227 penumpang dan 12 awak kabin. Berbagai spekulasi pun bermunculan akibat peristiwa memilukan ini. Pilihan Malaysia Airlines yang terbang melintasi daerah konflik saat banyak maskapai lain menghindarinya dipertanyakan. Karena hanya tiga hari sebelumnya, yaitu pada Senin (14/7), pesawat transpor Ukraina tipe Antonov AN-26 ditembak jatuh oleh rudal saat terbang pada ketinggian 21.000 kaki.

Regulator lalu lintas udara Eropa Eurocontrol sebelumnya memang menyatakan bahwa Pemerintah Ukraina mengeluarkan peringatan agar pesawat komersial tidak terbang di bawah ketinggian 32.000 kaki. Begitu pula International Air Transportation Association (IATA) sudah mendeklarasikan bahwa wilayah udara yang ditempuh Malaysia Airlines penerbangan MH17 aman. Spekulasi mengenai siapa pelaku penembakan terhadap pesawat nahas tersebut bahkan lebih sengit lagi. Rusia dan Ukraina sudah saling tunjuk hidung sebagai penyebab jatuhnya pesawat Malaysia Airlines ini. Masing-masing ngotot dengan berbagai teori untuk mendiskreditkan lawannya.

Dunia internasional pun sengit menyudutkan milisi separatis Ukraina yang pro-Rusia sebagai pelaku. Namun bagaimanapun tak ada untungnya bagi kita orang Indonesia untuk berspekulasi terlalu jauh. Karena seperti umumnya kasus-kasus demikian, investigasinya akan sangat mendalam dan lama. Kita harus menunggu laporan resmi dari otoritas penerbangan Ukraina, Eropa, dan Malaysia mengenai hasil penyelidikan resmi mengenai penyebab jatuhnya Malaysia Airlines penerbangan MH17.

Siapa pun yang bertanggung jawab, jatuhnya Malaysia Airlines penerbangan MH17 merupakan sebuah pertunjukan kebencian yang dipertontonkan dalam perang. Seperti diungkapkan pepatah terkenal, gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah. Perang antara Pemerintah Ukraina dengan milisi separatis Ukraina yang disokong Rusia telah menelan korban dari luar negara yang bertikai. Beberapa waktu sebelum jatuhnya Malaysia Airlines penerbangan MH17, pertunjukan drama kebencian sudah disuguhkan ke hadapan kita semua dalam agresi Israel terhadap Jalur Gaza, Palestina.

Israel seperti tidak terpuaskan dahaganya dengan menggempur penduduk Palestina di Jalur Gaza. Aksi sayap militer Hamas Brigade Al-Qassam selalu menjadi alasan Israel untuk menyerang Palestina. Pada hari Kamis itu juga Israel memulai serangan daratnya setelah sebelumnya menggempur habis-habisan lewat udara. Jatuhnya Malaysia Airlines penerbangan MH17, perang di Ukraina, serta agresi Israel terhadap Palestina dan berbagai konflik lain adalah gambaran bahwa semangat atau hasrat bermusuhan masih kuat.

Peristiwa ini harus menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjadikan perdamaian sebagai salah satu tujuan kita bernegara. Kita sebagai bangsa Indonesia harus melihat bahwa konflik hanya akan membawa kita pada kehancuran, menang-kalah jadi abu. Semoga tragedi jatuhnya Malaysia Airlines penerbangan MH17 sebagai collateral damage dari suatu konflik menjadi yang terakhir.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6150 seconds (0.1#10.140)