Kisah Iswahyudi yang Gagal Jadi Dokter dan Masuk Angkatan Udara Belanda, Perintis TNI-AU

Selasa, 16 Agustus 2022 - 05:04 WIB
Dinamika perang kian cepat. Jepang akhirnya menyerah kalah setelah Kota Nagasaki dan Hiroshima luluh lantak oleh bom atom. Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1946. Bersamaan dengan itu, Iswahyudi dan para pemuda yang lain berjuang mempertahankan Kota Surabaya dan merebut kantor-kantor yang masih dikuasai Jepang. Iswahyudi memimpin para pemuda memasang bendera merah putih di Kantor Jawatan Kereta Api.

Pada Desember 1945, Iswahyudi bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan Penerbangan di Yogyakarta. Di sini dia diangkat sebagai pembantu utama Adisucipto karena kecakapannya.

Setelah beberapa lama ia ditempatkan di Yogyakarta, ia kemudian diserahi jabatan sebagai komandan Pangkalan Udara Gadut, dekat Bukittinggi, Sumatera Barat. Di tempat baru ini, Iswahyudi bersama Abdul Halim Perdanakusuma mulai membentuk dan menyusun organisasi Angkatan Udara di Sumatera.

Selanjutnya, dia diberi tugas khusus untuk menjalin hubungan udara dengan begara-negara lain guna mendapatkan senjata. Untuk melaksanakan tugas ini, pada 14 Desember 1947, Iswahyudi bersama Halim Perdanakusuma terbang ke Bangkok, Thailand. Mereka terbang dengan menggunakan pesawat Avro Anson bernomor registrasi RI-003.

Nasib nahas menimpa keduanya saat perjalanan pulang ke Indonesia. Itu terjadi ketika pesawat melintas di atas Negara Bagian Perak, Semenjung Malaya atau Malaysia. Cuaca buruk, kabut tebal dan angin kencang mengguncang Avro Anson RI-003 hingga jatuh.

Upaya pencarian jenazah pun dilakukan. Sehari kemudian jenazah Halim Perdanakusuma berhasil ditemukan untuk kemudian dimakamkan di daerah setempat. Beberapa tahun kemudian tulang-tulangnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta. Sedangkan jenazah Iswahyudi tidak ditemukan.

Kedua putra terbaik bangsa gugur saat menjalankan tugas demi bangsa dan negara. Semangat mereka tetap menjadi warisan yang tidak lekang dalam catatan sejarah. Atas semangat juang dan pengorbanan jiwa raga, Marsekal Udara (Anumerta) Iswahyud mendapat gelar pahlawa.

Gelar itu dikukuhkan pada 9 Agustus 1975, berdasarkan Keppres No.63/TK/1975. Tidak hanya itu, nama Iswahyudi diabadikan sebagai nama Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) di Maospati, Magetan, Jawa Timur.
(don)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content