Cerita Ngeri Perang Puputan Bali, Perjuangan Heroik hingga Bunuh Diri Massal

Kamis, 23 Juni 2022 - 05:05 WIB
Kedatangan kolonial Belanda awalnya disambut baik. Dewa Agung Gede rela patuh pada superioritas kekuasaan kompeni Belanda yang telah menaklukkan wilayah Badung dan Tabanan.

Saat tiba di Gianyar, kompeni Belanda disambut dengan penuh hormat. Termasuk perjanjian baru yang intinya pengambilalihan hak pengelolaan opium dari raja ke Kolonial Belanda, juga ia tandatangani.

Dewa Agung Gede juga menyerahkan dua daerah terpentingnya, yakni Abeansemal dan Sabang yang terletak di antara Gianyar dan Tabanan.

Meski sepintas tampak patuh, berbagai persyaratan di luar batas yang diterapkan kompeni Belanda itu diam-diam menimbulkan rasa dendam. “Maka bisa dianggap wajar bila dendam tumbuh sejak saat ini,” kata Van Kol.



Di tengah berlangsungnya insiden kecil yang mengacaukan kepentingan pengelolaan opium, Belanda semakin meningkatkan kesewenang-wenangannya.

Belanda meminta semua senjata diserahkan. Kemudian semua jenis benteng pertahanan harus diruntuhkan sampai rata dengan tanah. Semua yang dimiliki penguasa Klungkung, dirampas.

Dewa Agung Gede habis kesabaran dan memutuskan melawan. Ia mendapat sokongan kekuatan dari Tjokorda Gelgel, yakni pangeran atau penguasa di bawah raja.

Saat kompeni Belanda menyerbu Puri, perang pun tak bisa terlelakkan lagi. Pertahanan Puri Klungkung diperkuat dengan membuat lobang-lobang yang dikamuflase dengan tanaman pohon dan tanah liat.

Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content