Siswa Tewas Korban Bullying, Kepsek MTs Negeri 1 Kotamobagu: Kami Minta Maaf, Kami Lalai
Senin, 13 Juni 2022 - 20:56 WIB
KOTAMOBAGU - Kepala Sekolah MTs Negeri 1 Kotamobagu, Intan Safitri Mokodompit mengaku lalai dalam pengawasan yang mengakibatkan terjadinya perundungan (bullying) terhadap siswanya, BT (13) hingga korban meninggal dunia
Intan mengungkapkan bahwa tidak mengetahui adanya kejadian tersebut karena tidak mendapatkan laporan sama sekali.
“Kami sebagai guru pendidik kami mohon maaf, kami lalai dan di luar kontrol, karena memang di hari Senin hingga hari Sabtu tidak ada laporan yang membully atau berkelahi atau sesuatu yang terjadi biasanya, karena tidak ada laporan, hingga kami tidak tahu kejadian ini," kata Intan kepada sejumlah awak media, Senin (13/6/2022)
Dia juga menyampaikan bahwa para siswa yang diduga terlibat dalam kejadian tersebut telah diminta keterangan sabagai saksi oleh pihak kepolisian.
“Saat ini beberapa siswa sedang dimintai keterangan sebagai saksi, terdakwa atau pelaku itu belum ada penetapan, dan kami sepenuhnya menyerahkan semua kepada pihak kepolisian," ujar Intan
Diketahui, dari informasi yang berhasil dirangkum, pihak keluarga korban menyebut dugaan penganiayaan itu terjadi di sekolah usai para siswa mengikuti ujian sekolah, Rabu (8/6/2022).
Korban hendak pergi ke masjid sekolah untuk Salat Dzuhur. Tiba-tiba ada temannya yang menutupi wajah korban menggunakan sajadah. Di tempat itulah korban diduga mendapat kekerasan dan meringis kesakitan di bagian perut.
Setelah pulang sekolah dan tiba di rumah, korban pun langsung mengeluh sakit di bagian perut.
Mendengar keluhan tersebut, pihak keluarga dan orang tua melarikan korban ke rumah sakit Pobundayan untuk dirawat. Namun korban yang di diagnosis mengalami Ileus Obstruktif (trauma benda tumpul) kemudian dirujuk ke rumah sakit Prof Kandou Manado.
Meski sudah dilakukan tindakan medis, nyawa korban tidak tertolong hingga korban meninggal dunia Minggu (12/6/2022).
Intan mengungkapkan bahwa tidak mengetahui adanya kejadian tersebut karena tidak mendapatkan laporan sama sekali.
Baca Juga
“Kami sebagai guru pendidik kami mohon maaf, kami lalai dan di luar kontrol, karena memang di hari Senin hingga hari Sabtu tidak ada laporan yang membully atau berkelahi atau sesuatu yang terjadi biasanya, karena tidak ada laporan, hingga kami tidak tahu kejadian ini," kata Intan kepada sejumlah awak media, Senin (13/6/2022)
Dia juga menyampaikan bahwa para siswa yang diduga terlibat dalam kejadian tersebut telah diminta keterangan sabagai saksi oleh pihak kepolisian.
“Saat ini beberapa siswa sedang dimintai keterangan sebagai saksi, terdakwa atau pelaku itu belum ada penetapan, dan kami sepenuhnya menyerahkan semua kepada pihak kepolisian," ujar Intan
Diketahui, dari informasi yang berhasil dirangkum, pihak keluarga korban menyebut dugaan penganiayaan itu terjadi di sekolah usai para siswa mengikuti ujian sekolah, Rabu (8/6/2022).
Baca Juga
Korban hendak pergi ke masjid sekolah untuk Salat Dzuhur. Tiba-tiba ada temannya yang menutupi wajah korban menggunakan sajadah. Di tempat itulah korban diduga mendapat kekerasan dan meringis kesakitan di bagian perut.
Setelah pulang sekolah dan tiba di rumah, korban pun langsung mengeluh sakit di bagian perut.
Mendengar keluhan tersebut, pihak keluarga dan orang tua melarikan korban ke rumah sakit Pobundayan untuk dirawat. Namun korban yang di diagnosis mengalami Ileus Obstruktif (trauma benda tumpul) kemudian dirujuk ke rumah sakit Prof Kandou Manado.
Meski sudah dilakukan tindakan medis, nyawa korban tidak tertolong hingga korban meninggal dunia Minggu (12/6/2022).
(shf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda