Nyaris Punah, Relawan Lepas Ribuan Ikan Dewa di Sungai Pacet Mojokerto
Senin, 22 Juni 2020 - 17:15 WIB
MOJOKERTO - Ribuan bibit ikan Dewa dilepaskan di sungai Kedung Bunder di Dusun Sumberbendo, Desa Candiwatu, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Ini sebagai upaya melestarikan keberadaan ikan Dewa yang mulai punah.
Ikan Dewa dianggap masyarakat Mojokerto memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Majapahit. Dulunya, ikan Dewa sangat mudah dijumpai beberapa aliran sungai di pegunungan Trawas maupun Pacet. Selain itu dibeberapa mata air yang dulunya diperkirakan menjadi petilasan para raja-raja Majapahit.
Ketua LPBI-NU Syaiful anam, mengungkapkan, ikan Dewa atau yang biasa disebut masyarakat Mojokerto sebagai ikan Sengkaring ini, kini sudah mulai sulit ditemukan. Padahal, dulunya ikan Dewa bisa dengan mudah ditemukan diberbagai aliran sungai di wilayah Kecamatan Pacet dan Trawas.
"Sejak tahun 1995 sudah tidak terlihat lagi Ikan ini. Dulu ayah saya juga bercerita banyak tentang ikan Sengkaring ini. Tetapi ketika saya sudah besar ini mencari ikan itu sudah tidak ada lagi," kata Imam saat ditemui di lokasi pelepasan ikan Dewa, Senin (22/6/2020).
Menurut Anam, keberadaan Ikan Dewa kini hanya bisa ditemukan di lokasi-lokasi yang dianggap keramat di daerah-daerah yang dulunya pernah menjadi wilayah Majapahit. Seperti di sendang atau mata air Banyu Biru di Kabupaten Pasuruan. Kemudian di mata air Rambut Monte Kabupaten Blitar.
"Padahal dulu banyak sekali di sungai-sungai wilayah Pacet dan Trawas. Di aliran sungai Kromong ke atas sampai Cangar. Kemudian di Kali Pikatan Dusun Merasih, Desa Kemiri, termasuk petirtaan Jolotundo, Trawas, juga pernah ada," imbuhnya.
Ada beberapa faktor penyebab punahnya ikan Dewa di sungai-sungai Mojokerto. Menurut Imam, ikan Dewa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa berkembang biak. Ikan ini memerlukan waktu lima tahun untuk bisa mencapai bobot 1 kilogram. Selanjutnya, faktor pencemaran aliran sungai akibat ulah tangan manusia.
"Kita, kegiatan ini bisa memberikan kesadaran ke masyarakat agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan. Seperti nyetrum atau meracuni ikan di sungai. Karena itu melanggar hukum. Saya berharap bagi yang pemancing yang mendapatkan ikan ini, mohon dirilis kembali, demi keberlangsungan ikan Sengkaring ini," jelasnya.
Untuk itu, Imam bersama berbagai elemen pemerhati lingkungan di Mojokerto, seperti Welirang Community, Tagana Kabupaten Mojokerto, penghobi mancing casting, dan LPBI-NU, melepaskan ribuan ekor ikan Dewa. Harapannya ikan yang memiliki nama latin genus tor dan neolissochilus ini bisa berkembang di sungai-sungai di Mojokerto.
Kendati diakui Imam, pihaknya sempat kesulitan untuk mendapatkan benih ikan yang biasa disebut masyarakat Sunda sebagai Kancera Bodas. Atau ikan Mangur, begitu warga di wilayah Jawa Tengah menyebutnya. Sebab, ikan Dewa memang banyak ditemukan di Jawa Barat maupun Jawa Tengah.
"Kita mendapatkan benihnya agak sulit, harganya juga cukup lumayan, perkilogram Rp 850 ribu. Kami berharap, ikan Dewa ini bisa lestari lagi di aliran sungai di wilayah Pacet ini, terlebih ikan ini konon juga memiliki mitos-mitos tersendiri yang berkaitan dengan sejarah Majapahit," tandas Anam
Ikan Dewa dianggap masyarakat Mojokerto memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Majapahit. Dulunya, ikan Dewa sangat mudah dijumpai beberapa aliran sungai di pegunungan Trawas maupun Pacet. Selain itu dibeberapa mata air yang dulunya diperkirakan menjadi petilasan para raja-raja Majapahit.
Ketua LPBI-NU Syaiful anam, mengungkapkan, ikan Dewa atau yang biasa disebut masyarakat Mojokerto sebagai ikan Sengkaring ini, kini sudah mulai sulit ditemukan. Padahal, dulunya ikan Dewa bisa dengan mudah ditemukan diberbagai aliran sungai di wilayah Kecamatan Pacet dan Trawas.
"Sejak tahun 1995 sudah tidak terlihat lagi Ikan ini. Dulu ayah saya juga bercerita banyak tentang ikan Sengkaring ini. Tetapi ketika saya sudah besar ini mencari ikan itu sudah tidak ada lagi," kata Imam saat ditemui di lokasi pelepasan ikan Dewa, Senin (22/6/2020).
Menurut Anam, keberadaan Ikan Dewa kini hanya bisa ditemukan di lokasi-lokasi yang dianggap keramat di daerah-daerah yang dulunya pernah menjadi wilayah Majapahit. Seperti di sendang atau mata air Banyu Biru di Kabupaten Pasuruan. Kemudian di mata air Rambut Monte Kabupaten Blitar.
"Padahal dulu banyak sekali di sungai-sungai wilayah Pacet dan Trawas. Di aliran sungai Kromong ke atas sampai Cangar. Kemudian di Kali Pikatan Dusun Merasih, Desa Kemiri, termasuk petirtaan Jolotundo, Trawas, juga pernah ada," imbuhnya.
Ada beberapa faktor penyebab punahnya ikan Dewa di sungai-sungai Mojokerto. Menurut Imam, ikan Dewa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa berkembang biak. Ikan ini memerlukan waktu lima tahun untuk bisa mencapai bobot 1 kilogram. Selanjutnya, faktor pencemaran aliran sungai akibat ulah tangan manusia.
"Kita, kegiatan ini bisa memberikan kesadaran ke masyarakat agar tidak melakukan hal-hal yang merugikan. Seperti nyetrum atau meracuni ikan di sungai. Karena itu melanggar hukum. Saya berharap bagi yang pemancing yang mendapatkan ikan ini, mohon dirilis kembali, demi keberlangsungan ikan Sengkaring ini," jelasnya.
Untuk itu, Imam bersama berbagai elemen pemerhati lingkungan di Mojokerto, seperti Welirang Community, Tagana Kabupaten Mojokerto, penghobi mancing casting, dan LPBI-NU, melepaskan ribuan ekor ikan Dewa. Harapannya ikan yang memiliki nama latin genus tor dan neolissochilus ini bisa berkembang di sungai-sungai di Mojokerto.
Kendati diakui Imam, pihaknya sempat kesulitan untuk mendapatkan benih ikan yang biasa disebut masyarakat Sunda sebagai Kancera Bodas. Atau ikan Mangur, begitu warga di wilayah Jawa Tengah menyebutnya. Sebab, ikan Dewa memang banyak ditemukan di Jawa Barat maupun Jawa Tengah.
"Kita mendapatkan benihnya agak sulit, harganya juga cukup lumayan, perkilogram Rp 850 ribu. Kami berharap, ikan Dewa ini bisa lestari lagi di aliran sungai di wilayah Pacet ini, terlebih ikan ini konon juga memiliki mitos-mitos tersendiri yang berkaitan dengan sejarah Majapahit," tandas Anam
(msd)
tulis komentar anda