Pandemi Corona, Perusahaan Kerajinan di Sleman Rugi 70 Persen
Minggu, 21 Juni 2020 - 01:27 WIB
SLEMAN - Pandemi Corona bukan hanya berdampak pada sektor kesehatan, namun juga berimbas pada keberlasungan usaha kerajinan (handycraft) di Sleman.
Banyak Industri kerajinan yang menghentikan operasional. Sebab tidak bisa mengirimkan barang produksi, terutama barang ekspor ke negara tujuan karena ada kebijakan lockdown.
Kerugian selama tidak beroperas mencapai 70% lebih. "Untuk kerugian, bisa mencapai 70%. Sedangkan barang yang bisa di ekspor hanya 30%," kata kepala PT Homeware Internasional Indonesia (HII) Jalan Prambanan Piyungan, Marangan, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Ikhwan Supriyono saat menerima kunjungan Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Ida Fauziah soal persiapan industrii kerajian di PT HII, Sabtu (20/6/2020).
Ikhwan mengatakan untuk PT HII sendiri yang bergerak di bidang kerajinan (handicraft) sudah empat bulan tidak beroperasi.
Selama berhenti beroperasi ada 14 kontainer handicraft yang ditunda pengirimannya, sebab negara tujuan seperti Amerika melakukan kebijakan lockdown. Sehingga para buyer meminta untuk menundanya.
"Barang yang haeusnya sudah di ekspor, jadi belum terekspor. Sehingga pemasukan untuk perusahaan agak berat," terangnya.
Menurut Ikhwan PT HII sendiri saat ini mulai beroperasi, sebab sudah ada permintaan untuk pengiriman barang yang tertunda pengirimannya.
Untuk opersional sendiri dengan menerapkan protokol kesehatan. Yaitu cek suhu pegawai, wajib memakai masker, selalu mencuci tangan dengan sabun dengan air mengalir di tempat yang telah disedikan serte physical distancing. (Baca: Panglima TNI Minta Daerah Serius Tangani COVID-19).
Menaker Ida Fauziyah mengatakan kunjungan tersebut untuk melihat penerapan protokol kesehatan beroperasionalnya industri di era new normal.
Khusus untuk PT HII semua sudah berjalan baik. Apalahi PT HII juga bermitra dengan pengrajin yang ada di sekitarnya, sehingga kepatuhan untuk terus mematuhi social destensing bisa dilakukan karena pekerjaan bisa dilakukan di rumah.
"Order sudah mulai dan tentu kembali akan menyerap tenaga kerja. Hanya saja meski produktif namun harus aman COVID-19," pungkasnya.
Banyak Industri kerajinan yang menghentikan operasional. Sebab tidak bisa mengirimkan barang produksi, terutama barang ekspor ke negara tujuan karena ada kebijakan lockdown.
Kerugian selama tidak beroperas mencapai 70% lebih. "Untuk kerugian, bisa mencapai 70%. Sedangkan barang yang bisa di ekspor hanya 30%," kata kepala PT Homeware Internasional Indonesia (HII) Jalan Prambanan Piyungan, Marangan, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Ikhwan Supriyono saat menerima kunjungan Menteri Tenaga Kerja (Menaker) Ida Fauziah soal persiapan industrii kerajian di PT HII, Sabtu (20/6/2020).
Ikhwan mengatakan untuk PT HII sendiri yang bergerak di bidang kerajinan (handicraft) sudah empat bulan tidak beroperasi.
Selama berhenti beroperasi ada 14 kontainer handicraft yang ditunda pengirimannya, sebab negara tujuan seperti Amerika melakukan kebijakan lockdown. Sehingga para buyer meminta untuk menundanya.
"Barang yang haeusnya sudah di ekspor, jadi belum terekspor. Sehingga pemasukan untuk perusahaan agak berat," terangnya.
Menurut Ikhwan PT HII sendiri saat ini mulai beroperasi, sebab sudah ada permintaan untuk pengiriman barang yang tertunda pengirimannya.
Untuk opersional sendiri dengan menerapkan protokol kesehatan. Yaitu cek suhu pegawai, wajib memakai masker, selalu mencuci tangan dengan sabun dengan air mengalir di tempat yang telah disedikan serte physical distancing. (Baca: Panglima TNI Minta Daerah Serius Tangani COVID-19).
Menaker Ida Fauziyah mengatakan kunjungan tersebut untuk melihat penerapan protokol kesehatan beroperasionalnya industri di era new normal.
Khusus untuk PT HII semua sudah berjalan baik. Apalahi PT HII juga bermitra dengan pengrajin yang ada di sekitarnya, sehingga kepatuhan untuk terus mematuhi social destensing bisa dilakukan karena pekerjaan bisa dilakukan di rumah.
"Order sudah mulai dan tentu kembali akan menyerap tenaga kerja. Hanya saja meski produktif namun harus aman COVID-19," pungkasnya.
(nag)
tulis komentar anda