Kisah Kiai Mahrus Aly Lirboyo, Kirim Santri Syafii Sulaiman Menyusup dan Lucuti Senjata Jepang
Minggu, 20 Maret 2022 - 05:00 WIB
" Kemerdekaan ini harus kita pertahankan sampai titik darah penghabisan," tegas KH. Mahrus Aly, saat mendengar kabar dari Mayor Mahfudh tentang pendaratan pasukan Belanda di Surabaya, dengan membonceng pasukan sekutu di penghujung tahun 1945.
Belanda rupanya tak ingin melepaskan begitu saja Indonesia, yang telah dijajahnya sejak berabad-abad silam. Saat itu, Mayor Mahfudh juga mengabarkan, tertang terjadi pertempuran sengit antara Arek-arek Surabaya, melawan tentara Sekutu di seputar Tanjung Perak.
Kiai yang memiliki nama kecil Rusydi tersebut, langsung menegaskan santri-santri di Lirboyo, siap membantu Arek-arek Surabaya melawan Sekutu. Jauh sebelumnya, Kiai Mahrus Ali telah mempersiapkan diri menghadapi pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan.
Bersenjatakan bambu runcing dan sejata tradisional lainnya, sebanyak 97 santri diberangkatkan ke Surabaya, untuk menghadapi pasukan sekutu yang baru saja memenangkan perang dunia dua, dan bersenjatakan senapan-senapan modern.
Di bawah komando langsung Kiai Mahrus Aly, para santri Lirboyo ini tergabung dalam Laskar Hizbullah dan Sabilillah. Bermodal keberanian dan semangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia, para santri berhasil merampas sejumlah senjata lawan.
Aksi perampasan senjata yang dilakukan para santri di bawah komando KH Mahrus Aly, terjadi jauh sebelum pecah perang besar di Surabaya. Mereka sepakat melucuti senjata pasukan Jepang, di Markas Kompitai Dai Nippon di Kediri, yang kini menjadi Markas Brigif 16 Kodam V Brawijaya, letaknya sekitar 1,5 Km dari arah timur Pondok Pesantren Lirboyo.
Belanda rupanya tak ingin melepaskan begitu saja Indonesia, yang telah dijajahnya sejak berabad-abad silam. Saat itu, Mayor Mahfudh juga mengabarkan, tertang terjadi pertempuran sengit antara Arek-arek Surabaya, melawan tentara Sekutu di seputar Tanjung Perak.
Kiai yang memiliki nama kecil Rusydi tersebut, langsung menegaskan santri-santri di Lirboyo, siap membantu Arek-arek Surabaya melawan Sekutu. Jauh sebelumnya, Kiai Mahrus Ali telah mempersiapkan diri menghadapi pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan.
Baca Juga
Bersenjatakan bambu runcing dan sejata tradisional lainnya, sebanyak 97 santri diberangkatkan ke Surabaya, untuk menghadapi pasukan sekutu yang baru saja memenangkan perang dunia dua, dan bersenjatakan senapan-senapan modern.
Di bawah komando langsung Kiai Mahrus Aly, para santri Lirboyo ini tergabung dalam Laskar Hizbullah dan Sabilillah. Bermodal keberanian dan semangat mempertahankan kemerdekaan Indonesia, para santri berhasil merampas sejumlah senjata lawan.
Aksi perampasan senjata yang dilakukan para santri di bawah komando KH Mahrus Aly, terjadi jauh sebelum pecah perang besar di Surabaya. Mereka sepakat melucuti senjata pasukan Jepang, di Markas Kompitai Dai Nippon di Kediri, yang kini menjadi Markas Brigif 16 Kodam V Brawijaya, letaknya sekitar 1,5 Km dari arah timur Pondok Pesantren Lirboyo.
tulis komentar anda