Siasat Tribhuana Tunggadewi Menumpas Pemberontakan Sadeng dan Keta
Jum'at, 11 Februari 2022 - 05:12 WIB
Nah, di tengah persiapan itu, seorang petinggi Majapahit bernama Ra Kembar juga mengincar jabatan Amangkubumi Arya Tadah. Maka, Ra Kembar membawa pasukan Majapahit ke Sadeng mendahului Gajah Mada. Bersama pasukannya, Ra Kembar mendahului berangkat ke Sadeng. Dia ingin mencari perhatian di hadapan Ratu Tribhuwana Tunggadewi.
Padahal, saat itu, Gajah Mada dan Adityawarman disebut sedang melakukan upaya diplomasi dengan Sadeng agar wilayah dapat tunduk tanpa menumpahkan darah. Sayang, penumpasan pemberontakan Sadeng dan Keta menjadi kacau. Seorang utusan pun dikirim untuk menemui Ra Kembar agar mengurungkan niatnya dan membawa kembali pasukan yang dibawanya.
Tetapi, Ra Kembar menolak. Alasannya, apa yang dilakukannya itu semata-mata demi negara. Pertempuran tak terelakkan. Dalam beberapa hari pertempuran, jumlah pasukan yang dipimpin Ra Kembar menyusut. Majapahit makin terdesak. Banyak versi menyebut siapa yang sukses memimpin penumpasan pemberontakan Sadeng dan Keta. Ada yang menyebut Tribhuwana Tunggadewi berangkat sebagai panglima. Dia didampingi sepupunya, Adityawarman.
Ada pula yang menyebut kolaborasi Tribhuwana Tunggadewi, Gajah Mada, dan Adityawarman yang sukses menumpas pemberontakan Sadeng. Dr Purwadi dalam buku Sejarah Raja-Raja Jawa menulis bahwa yang berhasil menumpas pemberontakan Sadeng adalah Adityawarman. Adityawarman mengambil peranan untuk menyelamatkan pamor Gajah Mada di hadapan Ratu Tribhuwana Tunggadewi dan Arya Tadah. Dia bersama pasukannya tiba-tiba sudah sampai di Sadeng dan segera menuju sarang pemberontak.
Sadeng tidak siap dengan kedatangan musuh yang sangat tiba-tiba. Para pemberontak Sadeng dan Keta menyangka yang akan maju ke medan perang adalah Gajah Mada. Namun, yang muncul malah Adityawarman dan pasukannya. Karena itu, dalam waktu singkat, Sadeng berhasil dilumpuhkan oleh Adityawarman.
Kendati marah, Gajah Mada masih mampu memendamnya karena ada masalah lebih besar yang harus diselesaikan. Gajah Mada segera memerintahkan pasukan Majapahit segera ke Sadeng. Ada juga yang versi lain yang menyebutkan, pemimpin Sadeng bernama Tuhan Waruyu dan Pangeran Pamelekehen mempunyai cemeti sakti hingga pasukan Majapahit enggan menghadapinya.
Hingga akhirnya, Ratu Tribhuwanatunggadewi turun gelanggang menumpas pemberontakan. Setelah itu, Gajah Mada diangkat Amangkubumi menggantikan Arya Tadah. Sedangkan Ra Kembar diangkat menjadi koordinator kekuatan bersenjata pemukul musuh. Setelah menjadi patih atau Amangkubumi Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang amat terkenal yakni, Sumpah Palapa di Balairung Istana Majapahit di hadapan pembesar Majapahit.
Dalam buku Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit (2005) karya Slamet Muljana, Sumpah Amukti Palapa mengantarkan Kerajaan Majapahit ke gerbang kejayaan. Dalam sejarah disebutkan wilayah kekuasaan Majapahit, tercatat dalam Nagarakretagama, meliputi Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur, termasuk Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga sebagian Maluku.
Dalam Pararaton disebutkan Tribhuana Tunggadewi menjadi panglima perang untuk menumpas pemberontakan Sandeng dan Keta di tengah persaingan patih Gajah Mada dan Ra Kembar. Tribhuana Tunggadewi menjadi panglima didampingi Adityawarman, sepupunya. Sedangkan dalam Nagarakretagama diceritakan, pemberontakan Sadeng dan Keta pecah sebagai aksi balas dendam atas kematian patih pertama Majapahit, Nambi pada 1316.
Padahal, saat itu, Gajah Mada dan Adityawarman disebut sedang melakukan upaya diplomasi dengan Sadeng agar wilayah dapat tunduk tanpa menumpahkan darah. Sayang, penumpasan pemberontakan Sadeng dan Keta menjadi kacau. Seorang utusan pun dikirim untuk menemui Ra Kembar agar mengurungkan niatnya dan membawa kembali pasukan yang dibawanya.
Tetapi, Ra Kembar menolak. Alasannya, apa yang dilakukannya itu semata-mata demi negara. Pertempuran tak terelakkan. Dalam beberapa hari pertempuran, jumlah pasukan yang dipimpin Ra Kembar menyusut. Majapahit makin terdesak. Banyak versi menyebut siapa yang sukses memimpin penumpasan pemberontakan Sadeng dan Keta. Ada yang menyebut Tribhuwana Tunggadewi berangkat sebagai panglima. Dia didampingi sepupunya, Adityawarman.
Ada pula yang menyebut kolaborasi Tribhuwana Tunggadewi, Gajah Mada, dan Adityawarman yang sukses menumpas pemberontakan Sadeng. Dr Purwadi dalam buku Sejarah Raja-Raja Jawa menulis bahwa yang berhasil menumpas pemberontakan Sadeng adalah Adityawarman. Adityawarman mengambil peranan untuk menyelamatkan pamor Gajah Mada di hadapan Ratu Tribhuwana Tunggadewi dan Arya Tadah. Dia bersama pasukannya tiba-tiba sudah sampai di Sadeng dan segera menuju sarang pemberontak.
Sadeng tidak siap dengan kedatangan musuh yang sangat tiba-tiba. Para pemberontak Sadeng dan Keta menyangka yang akan maju ke medan perang adalah Gajah Mada. Namun, yang muncul malah Adityawarman dan pasukannya. Karena itu, dalam waktu singkat, Sadeng berhasil dilumpuhkan oleh Adityawarman.
Kendati marah, Gajah Mada masih mampu memendamnya karena ada masalah lebih besar yang harus diselesaikan. Gajah Mada segera memerintahkan pasukan Majapahit segera ke Sadeng. Ada juga yang versi lain yang menyebutkan, pemimpin Sadeng bernama Tuhan Waruyu dan Pangeran Pamelekehen mempunyai cemeti sakti hingga pasukan Majapahit enggan menghadapinya.
Hingga akhirnya, Ratu Tribhuwanatunggadewi turun gelanggang menumpas pemberontakan. Setelah itu, Gajah Mada diangkat Amangkubumi menggantikan Arya Tadah. Sedangkan Ra Kembar diangkat menjadi koordinator kekuatan bersenjata pemukul musuh. Setelah menjadi patih atau Amangkubumi Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang amat terkenal yakni, Sumpah Palapa di Balairung Istana Majapahit di hadapan pembesar Majapahit.
Dalam buku Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit (2005) karya Slamet Muljana, Sumpah Amukti Palapa mengantarkan Kerajaan Majapahit ke gerbang kejayaan. Dalam sejarah disebutkan wilayah kekuasaan Majapahit, tercatat dalam Nagarakretagama, meliputi Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur, termasuk Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga sebagian Maluku.
Dalam Pararaton disebutkan Tribhuana Tunggadewi menjadi panglima perang untuk menumpas pemberontakan Sandeng dan Keta di tengah persaingan patih Gajah Mada dan Ra Kembar. Tribhuana Tunggadewi menjadi panglima didampingi Adityawarman, sepupunya. Sedangkan dalam Nagarakretagama diceritakan, pemberontakan Sadeng dan Keta pecah sebagai aksi balas dendam atas kematian patih pertama Majapahit, Nambi pada 1316.
Baca Juga
tulis komentar anda