Gayatri Rajapatni Wafat, Raja Majapahit Hayawurung Gelar Perayaan Tujuh Hari 7 Malam
Senin, 17 Januari 2022 - 09:52 WIB
Kemudian menyusul doa memanggil jiwa Gayatri dari Budaloka, yang ditampung dalam arca bunga. Pada malam berikutnya, dilakukan pemujaan kepada arca bunga yang telah berisi jiwa Rajapatni. Pemujaan itu dipimpin oleh seseorang pendeta, dengan samadi dan puji-pujian.
Paginya, arca bunga dibawa keluar, arca itu didudukkan di atas singgasana setinggi orang berdiri. Pemujaan pun dimulai oleh semua pendeta Buddha, tua muda, berduyun-duyun, sambil mengucapkan puji-pujian mendekati singgasana. Di belakangnya menyusul para raja dan permaisuri, serta putra dan putrinya.
Selanjutnya, Patih Amangkubhumi Gajah Mada diikuti oleh semua patih di seluruh wilayah Majapahit, mendekat arca dan memberikan sembah. Terakhir ialah para bupati, tumenggung, dan para raja dari seberang lautan, sehabis berbakti sembah, mereka semua kembali duduk di tempatnya semula.
Setelah pemujaan selesai, persembahan-persembahan yang dibawa pun dihaturkan. Persembahan Raja Matahun berupa benteng putih, yang terus-menerus mengeluarkan makanan dan harta dari mulutnya. Raja Wengker mempersembahkan rumah-rumahan di tengah taman yang bertingkat-tingkat, dan menyebar yang di atas lantai balai agung.
Persembahan Raja Tumapel berupa wanita cantik jelita yang dipertunjukkan selama pesta srada berlangsung. Paling hebat adalah persembahan Hayam Wuruk, berupa Gunung Mandara yang digerakkan oleh para dewa dan raksasa, dikelilingi oleh kolam berisi ikan lambora yang sedang mabuk.
Setiap hari dihidangkan makanan yang sedap dan enak. Konon pesta srada ini dilakukan hingga tujuh hari tujuh malam, seluruh orang membanjiri Ibu Kota Majapahit. Mereka berduyun-duyun untuk menyaksikan apa yang terjadi selama pesta srada yang paling besar sampai pada saat itu.
Setiap hari selalu ada pertunjukan, acaranya pun berganti-ganti, nyanyian, tari-tarian, tinju, gulat, perang tanding, wayang, topeng, dan sebagainya memeriahkan acara peringatan wafatnya Gayatri. Pada hari ketujuh, Hayam Wuruk menari di ruang tertutup, yang boleh hadir hanya para putri dan istri pejabat Majapahit.
Di hari kedelapan peringatan wafatnya Gayatri, pagi-pagi pendeta Buddha berkumpul dan bersama mereka memberi hormat. Lalu menyanyikan lagu pujaaan yang diciptakan khusus untuk Rajapatni, yang telah pulang ke Budhaloka. Setelah itu arca bunga diturunkan dari singgasana dengan upacara. Segala sajian habis, dibagi ke semua yang hadir, pesta srada pun telah selesai. Menyusul kemudian adalah perbaikan makam Rajapatni di Kamal Pendak.
Paginya, arca bunga dibawa keluar, arca itu didudukkan di atas singgasana setinggi orang berdiri. Pemujaan pun dimulai oleh semua pendeta Buddha, tua muda, berduyun-duyun, sambil mengucapkan puji-pujian mendekati singgasana. Di belakangnya menyusul para raja dan permaisuri, serta putra dan putrinya.
Selanjutnya, Patih Amangkubhumi Gajah Mada diikuti oleh semua patih di seluruh wilayah Majapahit, mendekat arca dan memberikan sembah. Terakhir ialah para bupati, tumenggung, dan para raja dari seberang lautan, sehabis berbakti sembah, mereka semua kembali duduk di tempatnya semula.
Setelah pemujaan selesai, persembahan-persembahan yang dibawa pun dihaturkan. Persembahan Raja Matahun berupa benteng putih, yang terus-menerus mengeluarkan makanan dan harta dari mulutnya. Raja Wengker mempersembahkan rumah-rumahan di tengah taman yang bertingkat-tingkat, dan menyebar yang di atas lantai balai agung.
Persembahan Raja Tumapel berupa wanita cantik jelita yang dipertunjukkan selama pesta srada berlangsung. Paling hebat adalah persembahan Hayam Wuruk, berupa Gunung Mandara yang digerakkan oleh para dewa dan raksasa, dikelilingi oleh kolam berisi ikan lambora yang sedang mabuk.
Setiap hari dihidangkan makanan yang sedap dan enak. Konon pesta srada ini dilakukan hingga tujuh hari tujuh malam, seluruh orang membanjiri Ibu Kota Majapahit. Mereka berduyun-duyun untuk menyaksikan apa yang terjadi selama pesta srada yang paling besar sampai pada saat itu.
Baca Juga
Setiap hari selalu ada pertunjukan, acaranya pun berganti-ganti, nyanyian, tari-tarian, tinju, gulat, perang tanding, wayang, topeng, dan sebagainya memeriahkan acara peringatan wafatnya Gayatri. Pada hari ketujuh, Hayam Wuruk menari di ruang tertutup, yang boleh hadir hanya para putri dan istri pejabat Majapahit.
Di hari kedelapan peringatan wafatnya Gayatri, pagi-pagi pendeta Buddha berkumpul dan bersama mereka memberi hormat. Lalu menyanyikan lagu pujaaan yang diciptakan khusus untuk Rajapatni, yang telah pulang ke Budhaloka. Setelah itu arca bunga diturunkan dari singgasana dengan upacara. Segala sajian habis, dibagi ke semua yang hadir, pesta srada pun telah selesai. Menyusul kemudian adalah perbaikan makam Rajapatni di Kamal Pendak.
tulis komentar anda