Surabaya Jadi Kota Termacet di Indonesia, Kok Bisa? Ini Penjelasannya
Jum'at, 14 Januari 2022 - 21:21 WIB
Untuk menekan angka kemacetan di Kota Surabaya, pihaknya akan memperbanyak moda transportasi, seperti angkutan massal. Bahkan, di tahun 2022, ini pihaknya mengaku akan mengembangkan feeder.
“Kita juga ada Suroboyo Bus hingga BTS Trans Semanggi Suroboyo. Tahun ini juga ada rencana pengadaan feeder sebanyak 36 unit. Mungkin kita menggunakan mobil yang cukup bagus, disesuaikan dengan lebar jalan," jelasnya.
Di tempat yang sama, Kasatlantas Polrestabes Surabaya, AKBP Teddy Chandra menjelaskan, bahwa Polrestabes Surabaya setiap hari melakukan pengaturan, penjagaan, dan patroli di bidang lalu lintas.
“Secara aplikatif kami akan menugaskan personel dan mempertebal personel, bila terjadi kemacetan di suatu titik di Kota Surabaya," sambungnya.
Sementara itu, Pakar Laboratorium Transportasi Institut Teknologi Sepuluh (ITS) Nopember Surabaya, Hera Widyawati menjelaskan, pihaknya juga tidak bisa menghubungi perusahan analisis data lalu lintas tersebut.
“Perhitungannya adalah selisih gate (gerbang) antara pada waktu macet dan tidak macet. Jadi kalau macetnya pendek, maka gate-nya banyak, kalau melihat dari itu akan susah,” jelas dia.
Padahal, menurut dia, kemacetan yang terjadi di Kota Surabaya, hanya pada waktu tertentu, serta pada beberapa akses keluar masuk kendaraan di Kota Pahlawan. Indikator lainnya adalah menggunakan GPS anonim.
“Dulu kami memiliki ide, bahwa untuk melihat suatu kepadatan jalan adalah menggunakan big data yang diambil dari mobile atau dari provider. Kemudian yang tidak bisa terdeteksi adalah jenis kendaraan,” jelasnya.
“Kita juga ada Suroboyo Bus hingga BTS Trans Semanggi Suroboyo. Tahun ini juga ada rencana pengadaan feeder sebanyak 36 unit. Mungkin kita menggunakan mobil yang cukup bagus, disesuaikan dengan lebar jalan," jelasnya.
Baca Juga
Di tempat yang sama, Kasatlantas Polrestabes Surabaya, AKBP Teddy Chandra menjelaskan, bahwa Polrestabes Surabaya setiap hari melakukan pengaturan, penjagaan, dan patroli di bidang lalu lintas.
“Secara aplikatif kami akan menugaskan personel dan mempertebal personel, bila terjadi kemacetan di suatu titik di Kota Surabaya," sambungnya.
Sementara itu, Pakar Laboratorium Transportasi Institut Teknologi Sepuluh (ITS) Nopember Surabaya, Hera Widyawati menjelaskan, pihaknya juga tidak bisa menghubungi perusahan analisis data lalu lintas tersebut.
“Perhitungannya adalah selisih gate (gerbang) antara pada waktu macet dan tidak macet. Jadi kalau macetnya pendek, maka gate-nya banyak, kalau melihat dari itu akan susah,” jelas dia.
Padahal, menurut dia, kemacetan yang terjadi di Kota Surabaya, hanya pada waktu tertentu, serta pada beberapa akses keluar masuk kendaraan di Kota Pahlawan. Indikator lainnya adalah menggunakan GPS anonim.
“Dulu kami memiliki ide, bahwa untuk melihat suatu kepadatan jalan adalah menggunakan big data yang diambil dari mobile atau dari provider. Kemudian yang tidak bisa terdeteksi adalah jenis kendaraan,” jelasnya.
tulis komentar anda