Pikiran Negatif Dinilai Dapat Memicu Penyakit Demensia
Rabu, 10 Juni 2020 - 14:26 WIB
Para peneliti terkemuka mencurigai kalau berpikir negatif berulang kali menjadi alasan utama mengapa depresi dan kecemasan berkontribusi pada penyakit alzheimer.
"Diambil bersama studi lain yang menghubungkan depresi dan kecemasan dengan risiko demensia, kami melihat bahwa pola berpikir negatif kronis selama jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko demensia," jelas Marchant.
Ahli Saraf Dr. Richard Isaacson yang juga pendiri Alzheimer Prevention Clinic di New York-Presbyterian dan Weill Cornell Medical Center mengungkapkan, ini adalah studi pertama yang menunjukkan hubungan biologis antara pemikiran negatif berulang dengan patologi alzheimer.
Studi tersebut telah memberitahukan dokter cara lebih tepat untuk menilai risiko dan menawarkan intervensi yang lebih pribadi. (Baca juga: Keringanan UKT, UIN Raden Fatah Tunggu Arahan Gubernur)
Sementara menurut Isaacson, banyak orang yang berisiko tidak menyadari dampak negatif secara spesifik dari kekhawatiran dan perenungan terhadap fungsi otak mereka.
"Studi ini penting dan akan mengubah cara saya merawat pasien yang berisiko," ungkap Isaacson.
"Diambil bersama studi lain yang menghubungkan depresi dan kecemasan dengan risiko demensia, kami melihat bahwa pola berpikir negatif kronis selama jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko demensia," jelas Marchant.
Ahli Saraf Dr. Richard Isaacson yang juga pendiri Alzheimer Prevention Clinic di New York-Presbyterian dan Weill Cornell Medical Center mengungkapkan, ini adalah studi pertama yang menunjukkan hubungan biologis antara pemikiran negatif berulang dengan patologi alzheimer.
Studi tersebut telah memberitahukan dokter cara lebih tepat untuk menilai risiko dan menawarkan intervensi yang lebih pribadi. (Baca juga: Keringanan UKT, UIN Raden Fatah Tunggu Arahan Gubernur)
Sementara menurut Isaacson, banyak orang yang berisiko tidak menyadari dampak negatif secara spesifik dari kekhawatiran dan perenungan terhadap fungsi otak mereka.
"Studi ini penting dan akan mengubah cara saya merawat pasien yang berisiko," ungkap Isaacson.
(boy)
tulis komentar anda