Curhat Perantau Pondok Boro: Sejak Corona Tak Lagi Berpenghasilan
Kamis, 23 April 2020 - 11:03 WIB
SEMARANG - Siswadi (45) langsung terbangun dari tempat tidurnya saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi Pondok Boro Kampung Sumeneban, Kota Semarang, Kamis (23/4/2020). Warga Gombong, Kebumen, itu tidak menyangka, orang nomor satu di Jateng itu mau menengok para perantau dari berbagai daerah di Jateng yang mengadu nasib di Kota Semarang itu.
Selama bertahun-tahun, Siswadi dan ratusan perantau lainnya asal Kebumen, Sragen, dan daerah lain itu mboro (merantau mencari uang) di Kota Semarang. Sehari-hari, mereka tinggal di Pondok Boro, bangunan sederhana yang digunakan mereka untuk sekedar istirahat setelah lelah mencari uang.
Bangunan yang ditempati Siswadi dan 150 perantau lain itu jauh dari kata layak. Tidak ada perabot laiknya tempat tinggal pada umumnya. Hanya ada papan berbentuk los panjang yang digunakan sebagai tempat tidur. Tidak ada kasur atau bantal di atasnya, yang ada hanya baliho bekas yang diambil dari pinggir jalan.
Ganjar sengaja datang ke tempat itu untuk melihat kondisi para perantau yang ada di Kota Semarang. Di tengah kesulitan akibat wabah covid-19, Ganjar ingin memastikan semua warganya yang tinggal di tempat itu dalam kondisi sehat.
Kedatangan Ganjar yang tiba-tiba itu tidak disia-siakan para penghuni Pondok Boro. Kepada Ganjar, mereka ngudho roso atau curhat tentang kondisinya saat ini. "Alhamdulillah kabare sehat pak, sing mboten sehat dompete (yang tidak sehat dompetnya)," kata Siswadi.
Siswadi menerangkan, sebagian besar penghuni Pondok Boro bekerja seadanya di Kota Semarang. Ada yang kuli bangunan, jualan asongan keliling, jualan asesoris, warung makan dan bekerja di sektor informal lainnya.
"Kalau dulu sebelum ada corona, penghasilannya bisa diandalkan. Tapi sekarang sudah sepi, pemasukan berkurang bahkan tidak ada. Sementara kami di sini butuh makan dan butuh untuk membayar ongkos menginap pak, sehari Rp3000," keluhnya.
Siswadi dan ratusan perantau itu pun meminta pemerintah memberikan perhatian. Apalagi, di tengah pandemi ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan larangan mudik bagi masyarakat yang ada di zona merah. "Katanya ndak boleh pulang pak, terus nasib kami gimana di sini? Siapa yang akan menjamin kami pak," kata Rohimah (50), warga Kebumen yang tinggal di Pondok Boro itu.
Mendengar itu, Ganjar langsung terenyuh. Ia mengatakan akan membantu untuk meringankan beban mereka. Selain mengirim makanan dan buah-buahan, Ganjar juga menanggung ongkos penginapan seluruh penghuni Pondok Boro selama sebulan.
Selama bertahun-tahun, Siswadi dan ratusan perantau lainnya asal Kebumen, Sragen, dan daerah lain itu mboro (merantau mencari uang) di Kota Semarang. Sehari-hari, mereka tinggal di Pondok Boro, bangunan sederhana yang digunakan mereka untuk sekedar istirahat setelah lelah mencari uang.
Bangunan yang ditempati Siswadi dan 150 perantau lain itu jauh dari kata layak. Tidak ada perabot laiknya tempat tinggal pada umumnya. Hanya ada papan berbentuk los panjang yang digunakan sebagai tempat tidur. Tidak ada kasur atau bantal di atasnya, yang ada hanya baliho bekas yang diambil dari pinggir jalan.
Ganjar sengaja datang ke tempat itu untuk melihat kondisi para perantau yang ada di Kota Semarang. Di tengah kesulitan akibat wabah covid-19, Ganjar ingin memastikan semua warganya yang tinggal di tempat itu dalam kondisi sehat.
Kedatangan Ganjar yang tiba-tiba itu tidak disia-siakan para penghuni Pondok Boro. Kepada Ganjar, mereka ngudho roso atau curhat tentang kondisinya saat ini. "Alhamdulillah kabare sehat pak, sing mboten sehat dompete (yang tidak sehat dompetnya)," kata Siswadi.
Siswadi menerangkan, sebagian besar penghuni Pondok Boro bekerja seadanya di Kota Semarang. Ada yang kuli bangunan, jualan asongan keliling, jualan asesoris, warung makan dan bekerja di sektor informal lainnya.
"Kalau dulu sebelum ada corona, penghasilannya bisa diandalkan. Tapi sekarang sudah sepi, pemasukan berkurang bahkan tidak ada. Sementara kami di sini butuh makan dan butuh untuk membayar ongkos menginap pak, sehari Rp3000," keluhnya.
Siswadi dan ratusan perantau itu pun meminta pemerintah memberikan perhatian. Apalagi, di tengah pandemi ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan larangan mudik bagi masyarakat yang ada di zona merah. "Katanya ndak boleh pulang pak, terus nasib kami gimana di sini? Siapa yang akan menjamin kami pak," kata Rohimah (50), warga Kebumen yang tinggal di Pondok Boro itu.
Mendengar itu, Ganjar langsung terenyuh. Ia mengatakan akan membantu untuk meringankan beban mereka. Selain mengirim makanan dan buah-buahan, Ganjar juga menanggung ongkos penginapan seluruh penghuni Pondok Boro selama sebulan.
tulis komentar anda