Curhat Perantau Pondok Boro: Sejak Corona Tak Lagi Berpenghasilan
loading...
A
A
A
SEMARANG - Siswadi (45) langsung terbangun dari tempat tidurnya saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi Pondok Boro Kampung Sumeneban, Kota Semarang, Kamis (23/4/2020). Warga Gombong, Kebumen, itu tidak menyangka, orang nomor satu di Jateng itu mau menengok para perantau dari berbagai daerah di Jateng yang mengadu nasib di Kota Semarang itu.
Selama bertahun-tahun, Siswadi dan ratusan perantau lainnya asal Kebumen, Sragen, dan daerah lain itu mboro (merantau mencari uang) di Kota Semarang. Sehari-hari, mereka tinggal di Pondok Boro, bangunan sederhana yang digunakan mereka untuk sekedar istirahat setelah lelah mencari uang.
Bangunan yang ditempati Siswadi dan 150 perantau lain itu jauh dari kata layak. Tidak ada perabot laiknya tempat tinggal pada umumnya. Hanya ada papan berbentuk los panjang yang digunakan sebagai tempat tidur. Tidak ada kasur atau bantal di atasnya, yang ada hanya baliho bekas yang diambil dari pinggir jalan.
Ganjar sengaja datang ke tempat itu untuk melihat kondisi para perantau yang ada di Kota Semarang. Di tengah kesulitan akibat wabah covid-19, Ganjar ingin memastikan semua warganya yang tinggal di tempat itu dalam kondisi sehat.
Kedatangan Ganjar yang tiba-tiba itu tidak disia-siakan para penghuni Pondok Boro. Kepada Ganjar, mereka ngudho roso atau curhat tentang kondisinya saat ini. "Alhamdulillah kabare sehat pak, sing mboten sehat dompete (yang tidak sehat dompetnya)," kata Siswadi.
Siswadi menerangkan, sebagian besar penghuni Pondok Boro bekerja seadanya di Kota Semarang. Ada yang kuli bangunan, jualan asongan keliling, jualan asesoris, warung makan dan bekerja di sektor informal lainnya.
"Kalau dulu sebelum ada corona, penghasilannya bisa diandalkan. Tapi sekarang sudah sepi, pemasukan berkurang bahkan tidak ada. Sementara kami di sini butuh makan dan butuh untuk membayar ongkos menginap pak, sehari Rp3000," keluhnya.
Siswadi dan ratusan perantau itu pun meminta pemerintah memberikan perhatian. Apalagi, di tengah pandemi ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan larangan mudik bagi masyarakat yang ada di zona merah. "Katanya ndak boleh pulang pak, terus nasib kami gimana di sini? Siapa yang akan menjamin kami pak," kata Rohimah (50), warga Kebumen yang tinggal di Pondok Boro itu.
Mendengar itu, Ganjar langsung terenyuh. Ia mengatakan akan membantu untuk meringankan beban mereka. Selain mengirim makanan dan buah-buahan, Ganjar juga menanggung ongkos penginapan seluruh penghuni Pondok Boro selama sebulan.
"Nanti ongkos nginep di sini saya bayari sebulan. Tapi jangan mudik ya, tetap di sini saja supaya keluarga di rumah tidak tertular penyakit," kata Ganjar.
Ganjar juga meminta Ketua RT yang ada di lingkungan Pondok Boro untuk mendata dan mengajukan bantuan ke pemerintah. Meski begitu, Ganjar tetap berharap masyarakat sekitar yang mampu, bergotong royong memberikan bantuan.
"Ya meskipun kondisi seperti ini, semua harus berusaha untuk tetap survive. Nanti tolong Pak RT dibantu mereka untuk mendapatkan bantuan pemerintah. Warga sekitar yang mampu juga saya minta digerakkan untuk gotong royong membantu," imbuhnya.
Dari kunjungannya itu, Ganjar lega karena kondisi ratusan perantau yang ada di Pondok Boro Semarang itu semuanya sehat. Meski terdampak, tapi sebagian besar masih dalam kondisi aman.
"Alhamdulillah semua sehat, dan sebagian besar masih bisa survive dengan kondisi ini. Nanti kami bantu untuk meringankan beban mereka, sekaligus kami mengajak masyarakat yang mampu, untuk ikut gotong royong bersama membantu saudara-saudara kita ini. Saya berharap mereka semua tidak mudik, tetap di sini sampai kondisi lebih baik," katanya.
Selama bertahun-tahun, Siswadi dan ratusan perantau lainnya asal Kebumen, Sragen, dan daerah lain itu mboro (merantau mencari uang) di Kota Semarang. Sehari-hari, mereka tinggal di Pondok Boro, bangunan sederhana yang digunakan mereka untuk sekedar istirahat setelah lelah mencari uang.
Bangunan yang ditempati Siswadi dan 150 perantau lain itu jauh dari kata layak. Tidak ada perabot laiknya tempat tinggal pada umumnya. Hanya ada papan berbentuk los panjang yang digunakan sebagai tempat tidur. Tidak ada kasur atau bantal di atasnya, yang ada hanya baliho bekas yang diambil dari pinggir jalan.
Ganjar sengaja datang ke tempat itu untuk melihat kondisi para perantau yang ada di Kota Semarang. Di tengah kesulitan akibat wabah covid-19, Ganjar ingin memastikan semua warganya yang tinggal di tempat itu dalam kondisi sehat.
Kedatangan Ganjar yang tiba-tiba itu tidak disia-siakan para penghuni Pondok Boro. Kepada Ganjar, mereka ngudho roso atau curhat tentang kondisinya saat ini. "Alhamdulillah kabare sehat pak, sing mboten sehat dompete (yang tidak sehat dompetnya)," kata Siswadi.
Siswadi menerangkan, sebagian besar penghuni Pondok Boro bekerja seadanya di Kota Semarang. Ada yang kuli bangunan, jualan asongan keliling, jualan asesoris, warung makan dan bekerja di sektor informal lainnya.
"Kalau dulu sebelum ada corona, penghasilannya bisa diandalkan. Tapi sekarang sudah sepi, pemasukan berkurang bahkan tidak ada. Sementara kami di sini butuh makan dan butuh untuk membayar ongkos menginap pak, sehari Rp3000," keluhnya.
Siswadi dan ratusan perantau itu pun meminta pemerintah memberikan perhatian. Apalagi, di tengah pandemi ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan larangan mudik bagi masyarakat yang ada di zona merah. "Katanya ndak boleh pulang pak, terus nasib kami gimana di sini? Siapa yang akan menjamin kami pak," kata Rohimah (50), warga Kebumen yang tinggal di Pondok Boro itu.
Mendengar itu, Ganjar langsung terenyuh. Ia mengatakan akan membantu untuk meringankan beban mereka. Selain mengirim makanan dan buah-buahan, Ganjar juga menanggung ongkos penginapan seluruh penghuni Pondok Boro selama sebulan.
"Nanti ongkos nginep di sini saya bayari sebulan. Tapi jangan mudik ya, tetap di sini saja supaya keluarga di rumah tidak tertular penyakit," kata Ganjar.
Ganjar juga meminta Ketua RT yang ada di lingkungan Pondok Boro untuk mendata dan mengajukan bantuan ke pemerintah. Meski begitu, Ganjar tetap berharap masyarakat sekitar yang mampu, bergotong royong memberikan bantuan.
"Ya meskipun kondisi seperti ini, semua harus berusaha untuk tetap survive. Nanti tolong Pak RT dibantu mereka untuk mendapatkan bantuan pemerintah. Warga sekitar yang mampu juga saya minta digerakkan untuk gotong royong membantu," imbuhnya.
Dari kunjungannya itu, Ganjar lega karena kondisi ratusan perantau yang ada di Pondok Boro Semarang itu semuanya sehat. Meski terdampak, tapi sebagian besar masih dalam kondisi aman.
"Alhamdulillah semua sehat, dan sebagian besar masih bisa survive dengan kondisi ini. Nanti kami bantu untuk meringankan beban mereka, sekaligus kami mengajak masyarakat yang mampu, untuk ikut gotong royong bersama membantu saudara-saudara kita ini. Saya berharap mereka semua tidak mudik, tetap di sini sampai kondisi lebih baik," katanya.
(abd)