Kisah Prajurit Estri, Pasukan Elit Perempuan Mataram yang Ditakuti Belanda

Jum'at, 24 Desember 2021 - 05:44 WIB


Namun demikian, mereka lebih beruntung tidak menjadi selir raja. Pasalnya, dalam peraturan kerajaan selir tidak boleh menerima tawaran pernikahan selama raja masih hidup atau bahkan sudah meninggal.

Akan tetapi, sumber lain mengatakan, nasib korps prajurit estri sangat tragis saat waktu menjelang akhir hayat kerajaan Mangkunegaran.

Francoist Valentijn, seorang misionaris, ahli botani, dan penulis buku mencatat, istana Surakarta pada abad 18 telah terjadi eksploitasi perempuan besar-besaran.

Menurutnya, perempuan-perempuan mantan prajurit estri diperjual-belikan pada bangsawan setempat. Namun anehnya mereka justru senang dan bahagia karena menjadi istri bangsawan.

Mantan korps prajurit estri percaya bahwa suaminya kelak tak akan berani memperlakukannya secara buruk, apalagi ada ungkapan raja akan marah ketika memperlakukan buruk terhadap istri.

Bukan hanya sekarang, ternyata beberapa kerajaan di nusantara memiliki tentara yang diisi oleh perempuan untuk menjaga keamanan keraton dan kerajaan dari ancaman musuh.

Di kerajaan Surakarta yang waktu itu dipimpin raja bergelar Mangkunegaran I. Sang raja kerap aktif membangun kekuatan militer dengan konsep Tri Darma.

Pendeknya, konsep itu dia pakai dalam mengerahkan segala kekuatan dari semua golongan masyarakat, tak terkecuali perempuan yang tergabung dalam korps prajurit estri.

Untuk pertama kalinya kerajaan Mangkunegaran merekrut perempuan sebanyak 144 anggota yang terdiri dari divisi pleton karabijn (senapan), dan satu kavaleri lengkap dengan pasukan berkuda.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More