Dahsyatnya Letusan Gunung Awu Jadi Salah Satu yang Paling Mematikan di Indonesia
Senin, 13 Desember 2021 - 07:52 WIB
SANGIHE - Gunung Awu naik status dari normal atau level I, menjadi waspada atau level II, sejak Minggu (12/12/2021). Gunung api dengan ketinggian 1.320 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut, berada di ujung Pulau Sangihe.
Interval erupsi Gunung Awu, menurut catatan PVMB berkisar 1-101 tahun. Letusannya dikenal memiliki kekuatan yang eksplosif. Bahkan, dalam catatan sejarahnya, letusan Gunung Awu menjadi yang paling banyak mengakibatkan korban jiwa di antara gunung api lainnya di Sulawesi Utara.
Gunung Awu juga disebut sebagai gunung api paling mematikan keempat di Indonesia, dengan korban total setidaknya 5.301 jiwa. Berdasarkan catatan sejarah gunung ini termasuk gunung api yang mempunyai masa istirahat yang panjang. Tetapi setiap letusannya selalu tergolong besar.
Dikutip dari vsi.esdm.go.id, selama tahun 1640-1966 telah terjadi lima kali erupsi yang menelan korban jiwa, serta kerugian yang cukup besar. Tahun 1711 erupsi mengakibatkan daerah antara Tabuhan dan Tahuna hancur. Sekitar 3.000 orang menjadi korban, yakni 2.030 orang di Kendhar, di antaranya Raja Syamsialam, 70 orang di Koloza, dan 408 orang di Tahuna.
Tahun 1812 terjadi erupsi besar dan akibat serupa dengan yang terjadi pada tahun 1711. Pohon kelapa hancur di seluruh pantai. Sebanyak 2.806 jiwa penduduk Tabuhan, Khendar dan Kolengan menjadi korban. Erupsi disertai awan panas, lahar erupsi dan lahar hujan. Kampung Trijang, Pondok Pembalarian, Labakassin, dan Patung hilang sama sekali karena hancur.
Tahun 1892 terjadi erupsi besar, hampir semua kampung sebelah pantai utara hancur. Kampung yang paling parah adalah yang terletak antara Sawang dan Tabuka. Jumlah korban semuanya 1.532 orang, antara lain dari daerah Mala, Akembuala, Anggis, Mitung, Kolengan, Metih, Khendar dan Trijang. Selain awan panas, lahar juga mengakibatkan banyak korban berjatuhan di Gereja Sawang, dan Kalasugi.
Interval erupsi Gunung Awu, menurut catatan PVMB berkisar 1-101 tahun. Letusannya dikenal memiliki kekuatan yang eksplosif. Bahkan, dalam catatan sejarahnya, letusan Gunung Awu menjadi yang paling banyak mengakibatkan korban jiwa di antara gunung api lainnya di Sulawesi Utara.
Gunung Awu juga disebut sebagai gunung api paling mematikan keempat di Indonesia, dengan korban total setidaknya 5.301 jiwa. Berdasarkan catatan sejarah gunung ini termasuk gunung api yang mempunyai masa istirahat yang panjang. Tetapi setiap letusannya selalu tergolong besar.
Baca Juga
Dikutip dari vsi.esdm.go.id, selama tahun 1640-1966 telah terjadi lima kali erupsi yang menelan korban jiwa, serta kerugian yang cukup besar. Tahun 1711 erupsi mengakibatkan daerah antara Tabuhan dan Tahuna hancur. Sekitar 3.000 orang menjadi korban, yakni 2.030 orang di Kendhar, di antaranya Raja Syamsialam, 70 orang di Koloza, dan 408 orang di Tahuna.
Tahun 1812 terjadi erupsi besar dan akibat serupa dengan yang terjadi pada tahun 1711. Pohon kelapa hancur di seluruh pantai. Sebanyak 2.806 jiwa penduduk Tabuhan, Khendar dan Kolengan menjadi korban. Erupsi disertai awan panas, lahar erupsi dan lahar hujan. Kampung Trijang, Pondok Pembalarian, Labakassin, dan Patung hilang sama sekali karena hancur.
Tahun 1892 terjadi erupsi besar, hampir semua kampung sebelah pantai utara hancur. Kampung yang paling parah adalah yang terletak antara Sawang dan Tabuka. Jumlah korban semuanya 1.532 orang, antara lain dari daerah Mala, Akembuala, Anggis, Mitung, Kolengan, Metih, Khendar dan Trijang. Selain awan panas, lahar juga mengakibatkan banyak korban berjatuhan di Gereja Sawang, dan Kalasugi.
tulis komentar anda