Dahsyatnya Letusan Gunung Awu Jadi Salah Satu yang Paling Mematikan di Indonesia
loading...
A
A
A
SANGIHE - Gunung Awu naik status dari normal atau level I, menjadi waspada atau level II, sejak Minggu (12/12/2021). Gunung api dengan ketinggian 1.320 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut, berada di ujung Pulau Sangihe.
Interval erupsi Gunung Awu, menurut catatan PVMB berkisar 1-101 tahun. Letusannya dikenal memiliki kekuatan yang eksplosif. Bahkan, dalam catatan sejarahnya, letusan Gunung Awu menjadi yang paling banyak mengakibatkan korban jiwa di antara gunung api lainnya di Sulawesi Utara.
Gunung Awu juga disebut sebagai gunung api paling mematikan keempat di Indonesia, dengan korban total setidaknya 5.301 jiwa. Berdasarkan catatan sejarah gunung ini termasuk gunung api yang mempunyai masa istirahat yang panjang. Tetapi setiap letusannya selalu tergolong besar.
Dikutip dari vsi.esdm.go.id, selama tahun 1640-1966 telah terjadi lima kali erupsi yang menelan korban jiwa, serta kerugian yang cukup besar. Tahun 1711 erupsi mengakibatkan daerah antara Tabuhan dan Tahuna hancur. Sekitar 3.000 orang menjadi korban, yakni 2.030 orang di Kendhar, di antaranya Raja Syamsialam, 70 orang di Koloza, dan 408 orang di Tahuna.
Tahun 1812 terjadi erupsi besar dan akibat serupa dengan yang terjadi pada tahun 1711. Pohon kelapa hancur di seluruh pantai. Sebanyak 2.806 jiwa penduduk Tabuhan, Khendar dan Kolengan menjadi korban. Erupsi disertai awan panas, lahar erupsi dan lahar hujan. Kampung Trijang, Pondok Pembalarian, Labakassin, dan Patung hilang sama sekali karena hancur.
Tahun 1892 terjadi erupsi besar, hampir semua kampung sebelah pantai utara hancur. Kampung yang paling parah adalah yang terletak antara Sawang dan Tabuka. Jumlah korban semuanya 1.532 orang, antara lain dari daerah Mala, Akembuala, Anggis, Mitung, Kolengan, Metih, Khendar dan Trijang. Selain awan panas, lahar juga mengakibatkan banyak korban berjatuhan di Gereja Sawang, dan Kalasugi.
Pada 1966 pukul 08.20 tiba-tiba kelihatan asap tebal membubung naik dari kawah Gunung Awu, kemudian berekspansi jauh ke udara menyerupai awan ledakan sebuah bom atom. Kepulan asap tebal ini segera disusul suara gemuruh yang kemudian berhenti beberapa saat.
Kira-kira satu jam kemudian terdengar suara ledakan yang lebih kuat, segera disusul asap tebal dan abu yang menutupi seluruh daerah puncak. Peristiwa ini berlangsung sampai dengan pukul 13.30.
Akibat erupsi, daerah yang dilanda awan panas meliputi daerah lingkaran keliling kawah Gunung Awu dengan jari-jari maksimum 5 km dari kawah, dan di beberapa lembah sungai sampai tepi laut sejauh 7 km. Daerah tersebut musnah sama sekali dan tertimbun endapan awan panas.
Daerah yang dilanda lahar erupsi, meliputi daerah sungai yang berhulu di daerah puncak. Daerah yang tertutup bahan lepas, terutama di sekitar Kendhar, yang punah sama sekali, dan daerah lainnya. Korban 39 orang, terdiri dari dua orang petugas gunung api, 13 orang di Kendhar, satu orang di Sawang, lima orang di Baku, dan 18 orang di Mala.
Karakteristik erupsi Gunung Awu dapat bersifat magmatik eksplosif, efusif maupun freatik. Erupsi terakhirnya pada Juni 2004 menghasilkan kolom erupsi setinggi 2 km di atas puncak, dan menyisakan kubah lava di dalam kawahnya yang memiliki diameter sekitar 370 meter, dan tinggi sekitar 30 meter.
Dari catatan perubahan tingkat aktivitas Gunung Awu, pada 24 November 2015 tingkat aktivitas Gunung Awu dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada). Pada 12 Mei 2016 tingkat aktivitas Gunung Awu dinaikan dari Level II (Waspada) menjadi level III (Siaga).
Kemudian pada 14 Juni 2016 tingkat aktivitas Gunung Awu diturunkan dari Level III (Siaga) ke Level II (Waspada). Pada 31 Oktober 2016 tingkat aktivitas Gunung Awu diturunkan dari Level II (Waspada) ke Level I (Normal)
Kini PVMBG kembali menaikkan status Gunung Awu ke level II waspada. Hal tersebut berdasarkan pengamatan visual periode 1-10 Desember 2021 terhadap gunung yang terletak pada posisi koordinat 3.682846° LU dan 125.45598° BT Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.
"Berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental serta mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya maka terhitung mulai 12 Desember 2021 pukul 12.00 WITA, status tingkat aktivitasnya dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada)," kata Subkoordinator Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, Minggu (12/12/2021).
Interval erupsi Gunung Awu, menurut catatan PVMB berkisar 1-101 tahun. Letusannya dikenal memiliki kekuatan yang eksplosif. Bahkan, dalam catatan sejarahnya, letusan Gunung Awu menjadi yang paling banyak mengakibatkan korban jiwa di antara gunung api lainnya di Sulawesi Utara.
Gunung Awu juga disebut sebagai gunung api paling mematikan keempat di Indonesia, dengan korban total setidaknya 5.301 jiwa. Berdasarkan catatan sejarah gunung ini termasuk gunung api yang mempunyai masa istirahat yang panjang. Tetapi setiap letusannya selalu tergolong besar.
Dikutip dari vsi.esdm.go.id, selama tahun 1640-1966 telah terjadi lima kali erupsi yang menelan korban jiwa, serta kerugian yang cukup besar. Tahun 1711 erupsi mengakibatkan daerah antara Tabuhan dan Tahuna hancur. Sekitar 3.000 orang menjadi korban, yakni 2.030 orang di Kendhar, di antaranya Raja Syamsialam, 70 orang di Koloza, dan 408 orang di Tahuna.
Tahun 1812 terjadi erupsi besar dan akibat serupa dengan yang terjadi pada tahun 1711. Pohon kelapa hancur di seluruh pantai. Sebanyak 2.806 jiwa penduduk Tabuhan, Khendar dan Kolengan menjadi korban. Erupsi disertai awan panas, lahar erupsi dan lahar hujan. Kampung Trijang, Pondok Pembalarian, Labakassin, dan Patung hilang sama sekali karena hancur.
Tahun 1892 terjadi erupsi besar, hampir semua kampung sebelah pantai utara hancur. Kampung yang paling parah adalah yang terletak antara Sawang dan Tabuka. Jumlah korban semuanya 1.532 orang, antara lain dari daerah Mala, Akembuala, Anggis, Mitung, Kolengan, Metih, Khendar dan Trijang. Selain awan panas, lahar juga mengakibatkan banyak korban berjatuhan di Gereja Sawang, dan Kalasugi.
Pada 1966 pukul 08.20 tiba-tiba kelihatan asap tebal membubung naik dari kawah Gunung Awu, kemudian berekspansi jauh ke udara menyerupai awan ledakan sebuah bom atom. Kepulan asap tebal ini segera disusul suara gemuruh yang kemudian berhenti beberapa saat.
Kira-kira satu jam kemudian terdengar suara ledakan yang lebih kuat, segera disusul asap tebal dan abu yang menutupi seluruh daerah puncak. Peristiwa ini berlangsung sampai dengan pukul 13.30.
Akibat erupsi, daerah yang dilanda awan panas meliputi daerah lingkaran keliling kawah Gunung Awu dengan jari-jari maksimum 5 km dari kawah, dan di beberapa lembah sungai sampai tepi laut sejauh 7 km. Daerah tersebut musnah sama sekali dan tertimbun endapan awan panas.
Daerah yang dilanda lahar erupsi, meliputi daerah sungai yang berhulu di daerah puncak. Daerah yang tertutup bahan lepas, terutama di sekitar Kendhar, yang punah sama sekali, dan daerah lainnya. Korban 39 orang, terdiri dari dua orang petugas gunung api, 13 orang di Kendhar, satu orang di Sawang, lima orang di Baku, dan 18 orang di Mala.
Karakteristik erupsi Gunung Awu dapat bersifat magmatik eksplosif, efusif maupun freatik. Erupsi terakhirnya pada Juni 2004 menghasilkan kolom erupsi setinggi 2 km di atas puncak, dan menyisakan kubah lava di dalam kawahnya yang memiliki diameter sekitar 370 meter, dan tinggi sekitar 30 meter.
Dari catatan perubahan tingkat aktivitas Gunung Awu, pada 24 November 2015 tingkat aktivitas Gunung Awu dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada). Pada 12 Mei 2016 tingkat aktivitas Gunung Awu dinaikan dari Level II (Waspada) menjadi level III (Siaga).
Kemudian pada 14 Juni 2016 tingkat aktivitas Gunung Awu diturunkan dari Level III (Siaga) ke Level II (Waspada). Pada 31 Oktober 2016 tingkat aktivitas Gunung Awu diturunkan dari Level II (Waspada) ke Level I (Normal)
Kini PVMBG kembali menaikkan status Gunung Awu ke level II waspada. Hal tersebut berdasarkan pengamatan visual periode 1-10 Desember 2021 terhadap gunung yang terletak pada posisi koordinat 3.682846° LU dan 125.45598° BT Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara.
"Berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental serta mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya maka terhitung mulai 12 Desember 2021 pukul 12.00 WITA, status tingkat aktivitasnya dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada)," kata Subkoordinator Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, Minggu (12/12/2021).
(eyt)