Siasat Licik Aria Wiraraja Hancurkan Jayakatwang, Usir Pasukan Mongol dari Tanah Jawa
Senin, 15 November 2021 - 05:00 WIB
Dalam Pararaton juga disebutkan keterangan penting terkait Lamajang Tigang Juru dan Arya Wiraraja, yakni "Hana ta wongira, babatanganira buyuting Nangka, aran Banyak Wide, sinungan pasenggahan Arya Wiraraja, arupa tan kandel denira, dinohaken, kinon Adipati ing Songenep, anger ing Madura wetan".
Kerja sama Raden Wijaya dan Arya Wiraraja ini akhirnya melahirkan kesepakatan, yakni pembagian tanah Jawa menjadi dua yang sama besar. Hal ini disebut dalam Perjanjian Sumenep .
Dalam masa pelarian dan pendirian Majapahit , Adipati Arya Wiraraja memberi bantuan sangat besar terhadap Raden Wijaya. Bahkan, dia pula yang mengupayakan pengampunan politik untuk Raden Wijaya kepada Prabu Jayakatwang di Kediri, hingga pembukaan hutan Tarik menjadi Majapahit .
Kecerdikan Arya Wiraraja , juga sangat membantu Raden Wijaya saat mengelabuhi pasukan besar Mongol untuk menyerang Jayakatwang, dan kemudian diserang balik hingga pasukan Mongol lari tercerai-berai.
Pasukan besar Mongol Tartar pimpinan Jendral Shih Pi (Shi-bi) yang mendarat di pelabuhan Tuban. Adipati Arya Wiraraja kemudian menasehati Raden Wijaya untuk mengirim utusan dan bekerja sama dengan pasukan besar ini dan menawarkan bantuan dengan iming-iming harta rampasan perang dan putri-putri Jawa yang cantik.
Setelah dicapai kesepakatan maka diseranglah Prabu Jayakatwang di Kediri yang kemudian dapat ditaklukkan dalam waktu yang kurang dari sebulan. Setelah kekalahan Kediri, Jendral Shih Pi meminta janji putri-putri Jawa tersebut dan kemudian sekali lagi dengan kecerdikan Adipati Arya Wiraraja utusan Mongol dibawah pimpinan Jendral Kau Tsing (Gaoxing) menjemput para putri tersebut di Desa Majapahit tanpa membawa senjata.
Hal ini dikarenakan permintaan Arya Wiraraja dan Raden Wijaya untuk para penjemput putri Jawa tersebut agar meletakkan senjata dikarenakan permohonan para putri yang dijanjikan yang masih trauma dengan senjata dan peperangan yang sering kali terjadi.
Setelah pasukan Mongol Tartar masuk Desa Majapahit tanpa senjata, tiba-tiba gerbang desa ditutup dan pasukan Ronggolawe maupun Mpu Sora bertugas membantainya. Hal ini diikuti oleh pengusiran pasukan Mongol Tartar baik di pelabuhan Ujung Galuh (Surabaya) maupun di Kediri oleh pasukan Madura dan laskar Majapahit.
Arya Wiraraja yang dalam dongeng rakyat Lumajang, disebut sebagai Prabu Menak Koncar I , memimpin Kerajaan Lamajang Tigang Juru, di mana wilayah kekuasaannya meliputi Madura, Lamajang, Patukangan atau Panarukan, dan Blambangan.
Kerja sama Raden Wijaya dan Arya Wiraraja ini akhirnya melahirkan kesepakatan, yakni pembagian tanah Jawa menjadi dua yang sama besar. Hal ini disebut dalam Perjanjian Sumenep .
Dalam masa pelarian dan pendirian Majapahit , Adipati Arya Wiraraja memberi bantuan sangat besar terhadap Raden Wijaya. Bahkan, dia pula yang mengupayakan pengampunan politik untuk Raden Wijaya kepada Prabu Jayakatwang di Kediri, hingga pembukaan hutan Tarik menjadi Majapahit .
Kecerdikan Arya Wiraraja , juga sangat membantu Raden Wijaya saat mengelabuhi pasukan besar Mongol untuk menyerang Jayakatwang, dan kemudian diserang balik hingga pasukan Mongol lari tercerai-berai.
Pasukan besar Mongol Tartar pimpinan Jendral Shih Pi (Shi-bi) yang mendarat di pelabuhan Tuban. Adipati Arya Wiraraja kemudian menasehati Raden Wijaya untuk mengirim utusan dan bekerja sama dengan pasukan besar ini dan menawarkan bantuan dengan iming-iming harta rampasan perang dan putri-putri Jawa yang cantik.
Setelah dicapai kesepakatan maka diseranglah Prabu Jayakatwang di Kediri yang kemudian dapat ditaklukkan dalam waktu yang kurang dari sebulan. Setelah kekalahan Kediri, Jendral Shih Pi meminta janji putri-putri Jawa tersebut dan kemudian sekali lagi dengan kecerdikan Adipati Arya Wiraraja utusan Mongol dibawah pimpinan Jendral Kau Tsing (Gaoxing) menjemput para putri tersebut di Desa Majapahit tanpa membawa senjata.
Hal ini dikarenakan permintaan Arya Wiraraja dan Raden Wijaya untuk para penjemput putri Jawa tersebut agar meletakkan senjata dikarenakan permohonan para putri yang dijanjikan yang masih trauma dengan senjata dan peperangan yang sering kali terjadi.
Setelah pasukan Mongol Tartar masuk Desa Majapahit tanpa senjata, tiba-tiba gerbang desa ditutup dan pasukan Ronggolawe maupun Mpu Sora bertugas membantainya. Hal ini diikuti oleh pengusiran pasukan Mongol Tartar baik di pelabuhan Ujung Galuh (Surabaya) maupun di Kediri oleh pasukan Madura dan laskar Majapahit.
Arya Wiraraja yang dalam dongeng rakyat Lumajang, disebut sebagai Prabu Menak Koncar I , memimpin Kerajaan Lamajang Tigang Juru, di mana wilayah kekuasaannya meliputi Madura, Lamajang, Patukangan atau Panarukan, dan Blambangan.
tulis komentar anda