Menghormati Raja Kertanegara Membuat Gajah Mada Berambisi Menyatukan Nusantara

Sabtu, 23 Oktober 2021 - 05:01 WIB
Arca Buddha Amoghapasa itu terpahat bersama 14 pengiringnya dan tujuh permata (saptaratna). Semuanya dilukiskan pada alas arca, berupa kuda, cakra, permaisuri, ratna, menteri, hulubalang, dan gajah. Saptaratna merupakan lambang seorang cakrawartin, merujuk pada sosok penguasa jagad yang ideal.

Dalam prasasti Padang Roco yang terdapat di bagian alas arca itu tertulis kalimat, "Semoga hadiah ini membuat gembira segenap rakyat di Bhumi Malayu, termasuk brahmana, ksatrya, waisya, sudra dan terutama pusat segenap para arya, Sri Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewaā€¯.

Lewat prasasti yang ditulis dengan aksara Jawa Kuno berbahasa Melayu Kuno dan Sanskerta itu juga diketahui kalau kedudukan Kertanagara lebih tinggi dibanding Raja Malayu. Dalam prasasti itu, Kertanegara memakai gelar Maharajadhiraja. Sementara Mauliwarmadewa memakai Maharaja.

Selanjutnya, pada 1284, ekspansi kerajaan Singhasari di bawah kekuasaan Kertanegara semakin meluas dengan menaklukkan Bali. Rajanya dari Pulau Dewata itu ditawan dan dibawa ke Singhasari. Dalam kitab Negarakrtagama juga disebutkan bahwa Kertanagara menundukkan Pahang di Malaysia, Gurun (pulau di wilayah timur nusantara), Bakulapura atau Tanjungpura di barat daya Kalimantan.

Penguasaan Kertanegara atas nusantara muncul dalam prasasti yang ada di belakang arca Camundi dari Desa Ardimulyo, Malang. Prasasti berkode tahun 1292 itu mengatakan arca Bhattari Camundi ditahbiskan sewaktu Sri Maharaja menang di seluruh wilayah dan menundukkan semua pulau lainnya.

Selanjutnya, prasasti Po Sah di dekat Phanrang dari tahun 1306 menginformasikan bahwa Kertanegara mengadakan hubungan dengan Champa. Disebutkan di sana seorang permaisuri Raja Champa adalah putri dari Jawa bernama Tapasi. Dia adalah adik Kertanagara yang menikah dengan Raja Jaya Simhawarman III (1287-1307).

Sayangnya, kekuasaan Kertanegara atas nusantara tidak berlangsung lama. Pemerintahannya ditumbangkan oleh Raja Kediri, Jayakatwang.Kertanagara gugur di istananya beserta patihnya Mpu Raganatha dan para brahmana Siva dan Buddha, akibat serangan tentara Jayakatwang.


Namun Jayakatwang yang mengakhiri riwayat Kertanegara berhasil dihabisi oleh menantu Kertanegara, yaitu Raden Wijaya yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit. Dengan runtuhnya Singhasari, hubungan dengan berbagai wilayah luar Jawa tidak lagi berkembang. Kerajaan-kerajaan di luar Jawa kembali beridiri sendiri sebagai kerajaan yang merdeka, tak terikat dengan Singhasari.

Meskipun Kerajaan Singasari runtuh dengan raja terakhirnya Kertanegara tewas di tangan Jayakatwang, namun spirit glory yang telah menyatukan nusantara tidak mati.

Gajah Mada menghidupkan kembali spirit itu ketika dia mengucapkan Sumpah Palapa. Tidak hanya mengucapkan sumpah Palapa, sebagai tanda hormat dan rasa kagum terhadap sosok Kertanegara itu, Gajah Mada mendirikan bangunan suci keagamaan (catya).
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More