Tinjau Vaksinasi Drive Thru di UM Surabaya, Khofifah: Bisa Hindari Kerumunan
Rabu, 15 September 2021 - 15:15 WIB
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa meninjau pelaksanaan vaksinasi dengan layanan tanpa turun (lantatur) atau drive thru yang digelar Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Rabu (15/9/2021).
Orang nomor satu di Jatim itu menyatakan, model vaksinasi dengan cara lantatur bisa menghindari kerumunan. Selain itu hadirnya kampus memfasilitasi vaksinasi bisa mempercepat penanganan COVID-19. "Kami ingin mengedepankan pentahelix approach. Kampus menjadi bagian penting karena banyak muncul ide brilian. Dengan begitu akan terjadi percepatan vaksinasi," ujar dia.
Baca juga: Tersangka Ledakan Dahsyat Bom Ikan di Pasuruan Jadi 4 Orang
Menurutnya, dengan dukungan dari kampus, kasus COVID-19 di Jatim diharapkan bisa terkendali dan melandai. Di sisi lain, Pemprov Jatim juga terus melakukan percepatan vaksinasi guna mewujudkan herd immunity. Per Selasa (14/9/2021), jumlah total capaian vaksinasi dosis pertama dan kedua sudah mencapai 18.056.737 dosis.
Jumlah itu terdiri dari capaian dosis pertama mencapai 11.679.097 orang dan dosis kedua mencapai 6.377.640 orang. "Capaian ini sejalan dengan langkah Pemprov Jatim bersama Forkopimda dan seluruh pihak dalam mempercepat pelaksanaan vaksinasi di Jatim," imbuhnya.
Baca juga: Dugaan Pemalsuan Status, Bos Minyak Kayu Putih Minta Mantan Istri Dijebloskan ke Penjara
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Dr. Sukadiono mengatakan vaksinasi berlangsung mulai 15-19 September dan 20-24 September 2021. Vaksin yang digunakan adalah AstraZeneca dan Sinovac. "Peserta vaksinasi kebanyakan warga musiman atau domisili luar Surabaya. Adapun tenaga vaksinator kami dari RS Muhammadiyah, FK UM Surabaya, dan FKM UM Surabaya," katanya.
Dia menambahkan, pihaknya memilih metode vaksinasi dengan cara lantatur agar prosesnya bisa berjalan cepat dan tidak menyebabkan kerumunan. Sehingga masyarakat tak perlu antre dan bisa langsung pulang.
Calon penerima vaksin bisa mendaftar secara online dengan e-vaksin. Sehingga, entry data lebih cepat karena sudah terdata. Masyarakat yang belum tahu caranya juga akan dibantu petugas. "Kami berharap program vaksinasi ini bisa membantu pemerintah dalam membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok," terangnya.
Orang nomor satu di Jatim itu menyatakan, model vaksinasi dengan cara lantatur bisa menghindari kerumunan. Selain itu hadirnya kampus memfasilitasi vaksinasi bisa mempercepat penanganan COVID-19. "Kami ingin mengedepankan pentahelix approach. Kampus menjadi bagian penting karena banyak muncul ide brilian. Dengan begitu akan terjadi percepatan vaksinasi," ujar dia.
Baca juga: Tersangka Ledakan Dahsyat Bom Ikan di Pasuruan Jadi 4 Orang
Menurutnya, dengan dukungan dari kampus, kasus COVID-19 di Jatim diharapkan bisa terkendali dan melandai. Di sisi lain, Pemprov Jatim juga terus melakukan percepatan vaksinasi guna mewujudkan herd immunity. Per Selasa (14/9/2021), jumlah total capaian vaksinasi dosis pertama dan kedua sudah mencapai 18.056.737 dosis.
Jumlah itu terdiri dari capaian dosis pertama mencapai 11.679.097 orang dan dosis kedua mencapai 6.377.640 orang. "Capaian ini sejalan dengan langkah Pemprov Jatim bersama Forkopimda dan seluruh pihak dalam mempercepat pelaksanaan vaksinasi di Jatim," imbuhnya.
Baca juga: Dugaan Pemalsuan Status, Bos Minyak Kayu Putih Minta Mantan Istri Dijebloskan ke Penjara
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Dr. Sukadiono mengatakan vaksinasi berlangsung mulai 15-19 September dan 20-24 September 2021. Vaksin yang digunakan adalah AstraZeneca dan Sinovac. "Peserta vaksinasi kebanyakan warga musiman atau domisili luar Surabaya. Adapun tenaga vaksinator kami dari RS Muhammadiyah, FK UM Surabaya, dan FKM UM Surabaya," katanya.
Dia menambahkan, pihaknya memilih metode vaksinasi dengan cara lantatur agar prosesnya bisa berjalan cepat dan tidak menyebabkan kerumunan. Sehingga masyarakat tak perlu antre dan bisa langsung pulang.
Calon penerima vaksin bisa mendaftar secara online dengan e-vaksin. Sehingga, entry data lebih cepat karena sudah terdata. Masyarakat yang belum tahu caranya juga akan dibantu petugas. "Kami berharap program vaksinasi ini bisa membantu pemerintah dalam membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok," terangnya.
(msd)
tulis komentar anda