Makam Ulama Kharismatik Dihantam Abrasi, Pemkab Kotawaringin Timur Tunggu Putusan Zuriat

Rabu, 18 Agustus 2021 - 06:41 WIB
Tangkapan layar, insert foto kondisi kubah pada Sabtu (10/7/2021), dibandingkan kondisi saat ini atau setelah satu bulan lebih. Foto Antara
SAMPIT - Pemkab Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah siap membantu penanganan kubah atau makam Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjari ulama asal Kalimantan Selatan di Pantai Ujung Pandaran. Dimana keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut, namun penanganan masih menunggu keputusan zuriat ulama tersebut.



"Semua itu keputusan ada yayasan zuriat. Mereka yang memutuskan dipindah atau tidak. Ini makam ulama. Kita tidak tahu di makam itu sekarang ada jasadnya atau tidak. Kalau mereka meminta merelokasi maka kita akan bantu," kata Bupati Kotawaringin Timur, Halikinnor didampingi Wakil Bupati Irawati di Sampit, Rabu (18/8/2021).



Lokasi makam berada di Pantai Ujung Pandaran yang berjarak sekitar 85 kilometer dari pusat kota Sampit yang merupakan objek wisata alam andalan Kotawaringin Timur karena pemandangannya yang indah. Di arah timur pantai itulah kubah yang merupakan makam seorang ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjari berdiri.

Syekh Abu Hamid adalah buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kalampayan, dikenal luas dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.

Kubah itu menjadi objek wisata religi dan banyak didatangi peziarah dari luar daerah. Namun kini keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.

Jalan menuju kubah sudah terputus oleh abrasi sehingga peziarah harus menggunakan perahu motor. Bahkan mushalla yang berjarak beberapa meter dari kubah tersebut, kini sudah ambruk akibat pondasinya ambles digerus abrasi yang dipicu kuatnya gelombang dari Laut Jawa menghantam pantai tersebut.

Pada Sabtu (10/7) lalu puluhan pegawai dikerahkan bergotong royong melakukan penanganan darurat dengan membuat tanggul dari ratusan karung berisi pasir. Bupati Halikinnor bahkan ikut turun bercebur membuat tanggul darurat tersebut.

Sayangnya upaya itu tidak mampu menahan laju abrasi. Kini setelah sebulan lebih berlalu, abrasi mulai menggerus pondasi bangunan kubah tersebut. Sebagian lantai bahkan terlihat ambles sehingga lantai menjadi berlubang.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content