Tangis Haru Keluarga Sambut 4 Gadis Cantik Indramayu yang Dijual Jadi PSK ke Papua
Senin, 16 Agustus 2021 - 04:41 WIB
INDRAMAYU - Tangis haru keluarga langsung pecah, saat dipertemukan dengan empat gadis belia yang masih duduk di bangku SMP. Para gadis asal Indramayu ini, berhasil diselamatkan polisi setelah dijual sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) ke Papua.
Pertemuan mengharukan ini terjadi, usai empat gadis cantik tersebut selesai menjalani pemeriksaan, dan langsung diperbolehkan bertemu dengan orang tuanya masing-masing. Para korban ini sudah tiga bulan tidak bertemu dengan orang tuanya, dan dieksploitasi sebagai PSK.
Gadis-gadis belia asal Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tersebut, rata-rata masih berusia 14 tahun. Mereka dijual oleh sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) , dan dipaksa melayani tamu pria hidung belang di sebuah tempat hiburan malam di Kabupaten Paniai, Papua.
Selama berada di cengkraman sindikat TPPO tersebut, para gadis ini mengalami penyekapan, dan dipenyiksaan. Pemilik tempat hiburan malam tersebut, dengan sadis menyisak para gadis belia ini, apabila tidak mau melayani tamu.
"Saya sangat senang, anak saya bisa kembali pulang. Dia masih sekolah, awalnya diajak temannya main, ternyata dibawa pergi ke Papua," ujar MI, salah satu orang tua korban, sambil menangis haru.
Kasatreskrim Polres Indramayu, AKP Luthfi Olot Gigantara menyebutkan, kasus ini terungkap setelah ada laporan orang tua yang anaknya hilang. Setelah diselidiki, ternyata anak-anak tersebut dibawa ke Papua, untuk dipekerjakan sebagai PSK dan melayani pria hidung belang.
"Kami berterimakasih kepada Polda Papua, dan Polres Paniai, yang telah banyak membantu upaya mengungkap sindikat perdagangan manusia ini. Para korban ini ditipu, akan dipekerjakan dengan gaji Rp15 juta/bulan," terangnya.
Setelah menjalani pemeriksaan, selanjutnya keempat korban dipulangkan menuju tempat tinggalnya masing masing di Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, sementara dua korban lainya asal Kabupaten Cirebon, dan Majalengka, Jawa Barat. Polisi kini masih memburu pelaku TPPO tersebut.
Lihat Juga: Kisah Bripka Poppy Puspasari, Polwan Cantik Menyamar Jadi PSK demi Bongkar Sindikat Perdagangan Orang
Pertemuan mengharukan ini terjadi, usai empat gadis cantik tersebut selesai menjalani pemeriksaan, dan langsung diperbolehkan bertemu dengan orang tuanya masing-masing. Para korban ini sudah tiga bulan tidak bertemu dengan orang tuanya, dan dieksploitasi sebagai PSK.
Gadis-gadis belia asal Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tersebut, rata-rata masih berusia 14 tahun. Mereka dijual oleh sindikat Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) , dan dipaksa melayani tamu pria hidung belang di sebuah tempat hiburan malam di Kabupaten Paniai, Papua.
Selama berada di cengkraman sindikat TPPO tersebut, para gadis ini mengalami penyekapan, dan dipenyiksaan. Pemilik tempat hiburan malam tersebut, dengan sadis menyisak para gadis belia ini, apabila tidak mau melayani tamu.
"Saya sangat senang, anak saya bisa kembali pulang. Dia masih sekolah, awalnya diajak temannya main, ternyata dibawa pergi ke Papua," ujar MI, salah satu orang tua korban, sambil menangis haru.
Kasatreskrim Polres Indramayu, AKP Luthfi Olot Gigantara menyebutkan, kasus ini terungkap setelah ada laporan orang tua yang anaknya hilang. Setelah diselidiki, ternyata anak-anak tersebut dibawa ke Papua, untuk dipekerjakan sebagai PSK dan melayani pria hidung belang.
"Kami berterimakasih kepada Polda Papua, dan Polres Paniai, yang telah banyak membantu upaya mengungkap sindikat perdagangan manusia ini. Para korban ini ditipu, akan dipekerjakan dengan gaji Rp15 juta/bulan," terangnya.
Baca Juga
Setelah menjalani pemeriksaan, selanjutnya keempat korban dipulangkan menuju tempat tinggalnya masing masing di Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, sementara dua korban lainya asal Kabupaten Cirebon, dan Majalengka, Jawa Barat. Polisi kini masih memburu pelaku TPPO tersebut.
Lihat Juga: Kisah Bripka Poppy Puspasari, Polwan Cantik Menyamar Jadi PSK demi Bongkar Sindikat Perdagangan Orang
(eyt)
tulis komentar anda