Hijrah Harus Dimaknai Upaya Meninggalkan Kebiadaban Menuju Keberadaan
Jum'at, 13 Agustus 2021 - 18:35 WIB
Aktivis perempuan kelahiran Boneini dengan tegas mengkritisi sisi kemanusiaan yang baru-baru ini ditunjukkan oleh para aktor politik di ruang publik melalui baliho-baliho kampanye yang juga menuai kekecewaan masyarakat.
Menurutnya sangat tidak etis dilakukan saat banyak masyarakat berjuang untuk bertahan hidup di masa sulit saat ini sehingga ia menanggap hal tersebut bertentangan dengan kemanusiaan.
"Kita harus mengkritik aktor politik kita yangdalam situasi masih pandemi COVID-19 malah sudahmemulai kampanye ditengah kondisimasayrakat yang masihsulit seperti ini. Tentunyaini sangat bertentangan dengan kemanusiaan. Itu memalukan sekali," tegas pendiri Yayasan Mulia Raya yang konsen di bidang pendidikan masyarakat, dalam penguatan literasi agama serta literasi kebudayaan dan keindonesiaan ini.
Terkait dengan banyaknya narasi kelompok radikal yang menentang peringatan tahun baruIslam 1Muharram 1443H dengan dalih bid'ah, Musdah mengutarakan pendapatnya bahwasanya tidak selamanya bid'ah itu buruk. Sehingga sangat penting untuk dapat memahmi secara positif makna lain peringatan tahun baru hijriah.
"Sejatinya peringatan 1 Muharramituadalahupayauntuk mengangkat sejarah perjuangan RasulMuhammadpada saat hijrah meninggalkanMekah yang masih penuh dengan jahiliyah kepada kehidupan yang madaniyah,yang lebih baik danberperikemanusiaan,"tuturnya.
Oleh karena itu ditengah problem yang menerjang bangsa ini Musdah mengutarakanbahwa ada3 hal yang harus dilakukan manusia dalam kodratnyasebagaikhilafah di bumi.
Pertama, yaitu manusia harus bisa memimpin diri sendiri agar beradab, mengelola pikiran agar selalu bersih dan selalu positif.Kedua,yaitumanusia harus dapat mengelola qolbu sebagai hal yang sangat psikologis yang berhubungan dengan kedekatanseseorangdengan sang pencipta.Ketigayaitumengelola syahwat, baik seksualitas maupun kekuasaan.
"Setidaknya kita harus jadi khilafah untuk diri sendiri. Inilah gunanya kita diciptakanoleh Tuhansebagai khilafah, yaitudapat memberikanmanfaat untuk makhluk lainnya, karena kejahatan ataupunkebiadabanitudatangnyadari pikiran dan hati yang kotor," ujarKetua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ).
Terkait perankaumperempuan dalam konteks hijrah kebangsaan, Musdah menilai peran-peran tersebut akan sulit dilakukan jika parakaumperempuan tidak menyadari bahwa dirinya juga manusia, seorang warga negara, seorang manusia merdeka yang punya harkat martabat.
Kaumperempuan harus menyadari potensi dirinya sebagai manusia agar dapat berperan dan memberikan karya-karya kemanusiaan terlebih pada kondisi bangsa saat ini.
Menurutnya sangat tidak etis dilakukan saat banyak masyarakat berjuang untuk bertahan hidup di masa sulit saat ini sehingga ia menanggap hal tersebut bertentangan dengan kemanusiaan.
"Kita harus mengkritik aktor politik kita yangdalam situasi masih pandemi COVID-19 malah sudahmemulai kampanye ditengah kondisimasayrakat yang masihsulit seperti ini. Tentunyaini sangat bertentangan dengan kemanusiaan. Itu memalukan sekali," tegas pendiri Yayasan Mulia Raya yang konsen di bidang pendidikan masyarakat, dalam penguatan literasi agama serta literasi kebudayaan dan keindonesiaan ini.
Terkait dengan banyaknya narasi kelompok radikal yang menentang peringatan tahun baruIslam 1Muharram 1443H dengan dalih bid'ah, Musdah mengutarakan pendapatnya bahwasanya tidak selamanya bid'ah itu buruk. Sehingga sangat penting untuk dapat memahmi secara positif makna lain peringatan tahun baru hijriah.
"Sejatinya peringatan 1 Muharramituadalahupayauntuk mengangkat sejarah perjuangan RasulMuhammadpada saat hijrah meninggalkanMekah yang masih penuh dengan jahiliyah kepada kehidupan yang madaniyah,yang lebih baik danberperikemanusiaan,"tuturnya.
Oleh karena itu ditengah problem yang menerjang bangsa ini Musdah mengutarakanbahwa ada3 hal yang harus dilakukan manusia dalam kodratnyasebagaikhilafah di bumi.
Pertama, yaitu manusia harus bisa memimpin diri sendiri agar beradab, mengelola pikiran agar selalu bersih dan selalu positif.Kedua,yaitumanusia harus dapat mengelola qolbu sebagai hal yang sangat psikologis yang berhubungan dengan kedekatanseseorangdengan sang pencipta.Ketigayaitumengelola syahwat, baik seksualitas maupun kekuasaan.
"Setidaknya kita harus jadi khilafah untuk diri sendiri. Inilah gunanya kita diciptakanoleh Tuhansebagai khilafah, yaitudapat memberikanmanfaat untuk makhluk lainnya, karena kejahatan ataupunkebiadabanitudatangnyadari pikiran dan hati yang kotor," ujarKetua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ).
Terkait perankaumperempuan dalam konteks hijrah kebangsaan, Musdah menilai peran-peran tersebut akan sulit dilakukan jika parakaumperempuan tidak menyadari bahwa dirinya juga manusia, seorang warga negara, seorang manusia merdeka yang punya harkat martabat.
Kaumperempuan harus menyadari potensi dirinya sebagai manusia agar dapat berperan dan memberikan karya-karya kemanusiaan terlebih pada kondisi bangsa saat ini.
tulis komentar anda