Beratnya Karantina Mandiri Tanpa Bantuan Kebutuhan Sehari-hari
Selasa, 21 April 2020 - 01:11 WIB
Hingga saat ini, Neng masih dihantui rasa tidak percaya atas nasib yang menimpanya. Neng yang tidak pernah bepergian ke luar kota ternyata bisa terpapar corona. Tiap hari dia hanya pulang pergi dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Tapi pada 27 Maret dinyatakan positif saat mengikuti rapid test corona.
"Sudah takdir seperti ini. Tapi entah sampai kapan karena obat pun tak ada yang dikonsumsi. Katanya sudah cukup saat di rumah sakit," tuturnya. (Baca : Masa Kerja dari Rumah PNS Diperpanjang Sampai 13 Mei 2020)
Kondisi ini membuat Neng pasrah. Uang persediaan menipis karena uang gaji dipakai membiayai pengasuh anak. Tabungan anak pun sudah terkuras untuk kebutuhan mereka. Neng tetap mengutamakan anak agar tidak terlantar. "Kasihan kalau diasuh neneknya terus karena sudah tua," kata Neng.
Bahkan untuk makan sehari-hari, Neng hanya mengandalkan belas kasihan orang tua. Makanan yang dikirimkan ditaruh di depan. Neng akan mengambilnya ketika si pengantar sudah pergi. ”Saya makan apa saja yang ada, Pak. Tidak banyak permintaan karena kasian juga orang tua,” kata Neng.
Neng yang tinggal di sebuah kampung yang cukup asri berjarak 7 kilometer dari pusat Kota Tasikmalaya, boleh jadi hanya satu dari sekian banyak korban pandemi corona yang mengalami kesulitan serupa. Tidak banyak yang diinginkannya. Neng hanya meminta pemerintah bisa lebih memikirkan rakyat kecil karena dia yakin banyak yang lebih menderita dibandingkan dirinya.
"Mudah-mudahan ini mewakili suara rakyat kecil terjangkit corona. Harus isolasi mandiri tapi semakin susah karena tak ada bantuan sehari-hari," ujar Neng mengakhiri percakapan.
"Sudah takdir seperti ini. Tapi entah sampai kapan karena obat pun tak ada yang dikonsumsi. Katanya sudah cukup saat di rumah sakit," tuturnya. (Baca : Masa Kerja dari Rumah PNS Diperpanjang Sampai 13 Mei 2020)
Kondisi ini membuat Neng pasrah. Uang persediaan menipis karena uang gaji dipakai membiayai pengasuh anak. Tabungan anak pun sudah terkuras untuk kebutuhan mereka. Neng tetap mengutamakan anak agar tidak terlantar. "Kasihan kalau diasuh neneknya terus karena sudah tua," kata Neng.
Bahkan untuk makan sehari-hari, Neng hanya mengandalkan belas kasihan orang tua. Makanan yang dikirimkan ditaruh di depan. Neng akan mengambilnya ketika si pengantar sudah pergi. ”Saya makan apa saja yang ada, Pak. Tidak banyak permintaan karena kasian juga orang tua,” kata Neng.
Neng yang tinggal di sebuah kampung yang cukup asri berjarak 7 kilometer dari pusat Kota Tasikmalaya, boleh jadi hanya satu dari sekian banyak korban pandemi corona yang mengalami kesulitan serupa. Tidak banyak yang diinginkannya. Neng hanya meminta pemerintah bisa lebih memikirkan rakyat kecil karena dia yakin banyak yang lebih menderita dibandingkan dirinya.
"Mudah-mudahan ini mewakili suara rakyat kecil terjangkit corona. Harus isolasi mandiri tapi semakin susah karena tak ada bantuan sehari-hari," ujar Neng mengakhiri percakapan.
(muh)
tulis komentar anda