Jadi Guru Dadakan, Mahasiswi Cantik Terima Rp1,2 Juta/Bulan
Senin, 14 Juni 2021 - 12:46 WIB
SEMARANG - Sejumlah mahasiswa mengikuti program Kampus Mengajar yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Bukan hanya mendapat pengalaman mengajar di sekolah, namun mereka juga mendapatkan uang saku hingga jutaan rupiah.
“Kemarin awalnya kan rencana mendapat uang saku sebesar Rp700.000 per bulan, itu sesuai di buku panduan. Tapi karena kemarin dari LPDP atau dari pemerintah mengalami keterlambatan dalam memberi uang saku, jadi waktu itu ditambahin jadinya dinaikin Rp1,2 juta uang sakunya,” kata Tasya Tsania Anaraki, Senin (14/6/2021).
Baca juga; Tempat Wisata Nekat Buka Dimasa PPKM, Pemkab Semarang Bakal Ambil Tindakan Tegas
“Banyak banget, alhamdulillah. Semuanya dapet, kecuali yang Bidikmisi karena kan yang Bidikmisi sudah mendapatkan uang saku sendiri dari beasiswanya. Demi keadilan akhirnya yang Bidikmisi juga juga dapat suang saku tapi tidak sebesar Rp1,2 juta,” terangnya.
“Selain uang saku juga mendapatkan potongan UKT (uang kuliah tunggal) sebesar Rp2,4 juta, cuma kalau saya enggak dapat. Karena sudah mendapatkan beasiswa potongan UKT sendiri. Terus dapat sertifikat mengajar juga sama konversi sebanyak 12 SKS,” beber dia panjang lebar.
Tasya merupakan mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Ilmu Budaya (FBIB) Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang. Memasuki bulan ketiga ini, dia menjadi guru sekolah inklusi SD Suryo Bimo Kresno Semarang. Tentu sambil mengikuti perkuliahan di kampus yang digelar secara daring.
Baca juga: Batang Geger! Sekretaris Perusahaan Tewas Membusuk di Tempat Kerjanya
Menurutnya, menjadi guru di sekolah inklusi menjadi pengalaman terbesar dalam hidupnya. Sebab, dia bukan hanya menjadi tenaga pendidik melainkan juga mesti memahami karakter siswa dengan kebutuhan khusus.
“Saya sebelumnya memang pernah menjadi guru tapi ya guru les. Dengan jumlah siswa yang enggak banyak, dan itu siswanya normal anak kebanyakan. Tapi di sekolah inklusi, saya jadi mengerti bagaimana menghadapi anak autis, hiperaktif, dan down syndrome. Itu pengalaman yang luar biasa,” ungkapnya.
Meski demikian, Ketua BEM FBIB Unisbank itu mengaku belum memantapkan hati bakal menjadi guru setelah menyelesaikan studinya nanti. “Saya punya pengalaman jadi guru, cuma ke depannya belum tahu kalau meneruskan jadi guru atau tidak,” tandasnya.
Sementara itu, Dekan FBIB Unisbank, Endang Yuliani Rahayu, S.S, mengatakan, terdapat tiga mahasiswanya yang mengikuti program Kampus Mengajar. Mereka adalah Tasya Tsania Anaraki (SD Suryo Bimo Kresno Semarang), Firlanda Dayu Pramesti (SDN 5 Getas Boja), dan Inge Shafa Sekarningrum (SD Muhammadiyah 07 Semarang ).
“Program Kampus Mengajar ini dilaksanakan sejak Maret sampai Juni 2021. Tugas-tugas mereka di sekolah antara lain mengajar di kelas, membantu guru melakukan koreksi tugas-tugas dan ulangan para siswa, atau membantu guru menyiapkan pemberkasan soal-soal latihan,” pungkasnya.
“Kemarin awalnya kan rencana mendapat uang saku sebesar Rp700.000 per bulan, itu sesuai di buku panduan. Tapi karena kemarin dari LPDP atau dari pemerintah mengalami keterlambatan dalam memberi uang saku, jadi waktu itu ditambahin jadinya dinaikin Rp1,2 juta uang sakunya,” kata Tasya Tsania Anaraki, Senin (14/6/2021).
Baca juga; Tempat Wisata Nekat Buka Dimasa PPKM, Pemkab Semarang Bakal Ambil Tindakan Tegas
“Banyak banget, alhamdulillah. Semuanya dapet, kecuali yang Bidikmisi karena kan yang Bidikmisi sudah mendapatkan uang saku sendiri dari beasiswanya. Demi keadilan akhirnya yang Bidikmisi juga juga dapat suang saku tapi tidak sebesar Rp1,2 juta,” terangnya.
“Selain uang saku juga mendapatkan potongan UKT (uang kuliah tunggal) sebesar Rp2,4 juta, cuma kalau saya enggak dapat. Karena sudah mendapatkan beasiswa potongan UKT sendiri. Terus dapat sertifikat mengajar juga sama konversi sebanyak 12 SKS,” beber dia panjang lebar.
Tasya merupakan mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Ilmu Budaya (FBIB) Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang. Memasuki bulan ketiga ini, dia menjadi guru sekolah inklusi SD Suryo Bimo Kresno Semarang. Tentu sambil mengikuti perkuliahan di kampus yang digelar secara daring.
Baca juga: Batang Geger! Sekretaris Perusahaan Tewas Membusuk di Tempat Kerjanya
Menurutnya, menjadi guru di sekolah inklusi menjadi pengalaman terbesar dalam hidupnya. Sebab, dia bukan hanya menjadi tenaga pendidik melainkan juga mesti memahami karakter siswa dengan kebutuhan khusus.
“Saya sebelumnya memang pernah menjadi guru tapi ya guru les. Dengan jumlah siswa yang enggak banyak, dan itu siswanya normal anak kebanyakan. Tapi di sekolah inklusi, saya jadi mengerti bagaimana menghadapi anak autis, hiperaktif, dan down syndrome. Itu pengalaman yang luar biasa,” ungkapnya.
Meski demikian, Ketua BEM FBIB Unisbank itu mengaku belum memantapkan hati bakal menjadi guru setelah menyelesaikan studinya nanti. “Saya punya pengalaman jadi guru, cuma ke depannya belum tahu kalau meneruskan jadi guru atau tidak,” tandasnya.
Sementara itu, Dekan FBIB Unisbank, Endang Yuliani Rahayu, S.S, mengatakan, terdapat tiga mahasiswanya yang mengikuti program Kampus Mengajar. Mereka adalah Tasya Tsania Anaraki (SD Suryo Bimo Kresno Semarang), Firlanda Dayu Pramesti (SDN 5 Getas Boja), dan Inge Shafa Sekarningrum (SD Muhammadiyah 07 Semarang ).
“Program Kampus Mengajar ini dilaksanakan sejak Maret sampai Juni 2021. Tugas-tugas mereka di sekolah antara lain mengajar di kelas, membantu guru melakukan koreksi tugas-tugas dan ulangan para siswa, atau membantu guru menyiapkan pemberkasan soal-soal latihan,” pungkasnya.
(msd)
tulis komentar anda