Misteri Hutan di Kutai Kartanegara, Bicara Sembarangan Bisa Tersesat dan Hilang

Sabtu, 24 April 2021 - 05:00 WIB
“Kedalaman gambut di sini bisa mencapai 6 meter. Jika tidak hati-hati berjalan, kita bisa saja terperosok,” kata Anton mengingatkan.

Suasana hutan rawa gambut sangat terasa. Warga desa menjaganya dengan baik. Apalagi kini Anton ditunjuk sebagai Ketua Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Desa Genting Tanah.



Tugas maha berat itu kini menjadi beban di pundaknya. Dia harus memastikan hutan desa digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran desa.

“Untuk mensejahterakan masyarakat karena hutan menjadi sumber ikan, sumber perkembangbiakan ikan,” kata Anton.

Di hutan ini kita bisa menemukan beragam tanaman endemik Kaltim. Tak hanya itu, jika beruntung, kita bisa menyaksikan aktivitas orangutan di habitat aslinya.

Setelah puas berkeliling, Anton kemudian mengajak rombongan yang dibawanya kembali ke pusat desa. Perjalanan pulang menjadi lebih ekstrim karena hujan lebat.

“Khawatir ada pohon tumbang atau dahan yang patah dan bisa menimpa kita,” sebutnya.

Begitu tiba di titik awal keberangkatan, pertanyaan-pertanyaan soal larangan berbicara aneh di dalam hutan langsung diutarakan. Anton kemudian menyerahkan kepada rekannya, Badri, soal pantangan ketika masuk hutan di desa itu.

“Intinya kita dilarang berbicara yang macama-macam, misalnya merasa lebih jago, lebih hebat atau berbicara kasar lainnya. Karena setiap hutan ada penghuninya,” kata Pak Map, sapaan akrab Badri David.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content