Pemkab Maros Dorong Milenial Terjun ke Sektor Pertanian
Minggu, 21 Maret 2021 - 14:26 WIB
MAROS - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros mendorong keterlibatan kaum milenial di sektor pertanian . Dari data Dinas Pertanian, Maros memiliki 1.036 orang petani muda dan 646 orang diantaranya telah diasesmen untuk ikut dalam program Youth Enterpreneurship And Employmenr Support Service (Yess) yang dicanangkan Kementerian Pertanian 2020 .
Bupati Maros , Chaidir Syam mengatakan, dari 415 kabupaten di Indonesia, Maros menjadi salah satu yang ikut dalam program untuk mencetak petani dan wirausaha muda di bidang pertanian mulai dari hulu sampai hilir. Melihat potensi komoditas pertanian yang cukup besar yang dimiliki oleh Kabupaten Maros, diharapkan dapat melahirkan petani-petani milenial yang sukses.
"Program dari Kementan ini tentunya akan kita maksimalkan dengan baik untuk mencetak generasi milenial yang tangguh di bidang pertanian dan mendorong penggunaan teknologi pada sektor itu. Kita berharap, sektor pertanian kita akan terus maju di tangan para anak muda," kata Chaidir, Minggu (21/03/2021).
Sehari sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berkunjung ke lokasi panen raya di Desa Jene Taesa, Kecamatan Simbang. Pada kesempatan itu, Chaidir mengaku sangat berterima kasih kepada Kementan atas bantuan yang telah diberikan kepada petani di Maros selama ini.
“Alhamdulillah kemarin kita didatangi oleh Pak Mentan. Saya laporkan banyak hal ke beliau termasuk support kami dalam mendorong pemuda kita ke sektor pertanian . Pak Mentan sangat merespons baik upaya itu,” lanjutnya.
Saat ini, Kata Chaidir, Maros masih menjadi salah satu sentra produksi pangan di Sulawesi Selatan, khususnya padi. Potensi luas lahan baku sawah Maros mencapai 26,205 hektare dan padi ladang seluas 2.053 hektare harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Dari sisi produktivitas, Chaidir mengaku, target per hekatare belum maksimal. Pasalnya, dari data Dinas Pertanian di tahun 2020 lalu, produksi gabah kering panen hanya 308.438 ton. Jika dirata-ratakan, produktivitas gabah per hekatare hanya sekitar 6 ton, atau jauh dari target Puslitbangtan dan Balitkabi yang mencapai 9,3 ton per hekatere.
“Yah meski belum mencapai target itu, berdasarkan data statistik, antara kebutuhan beras dengan hasil produksi kita itu masih sangat jauh. Kita surplus sekitar 113,496 ton atau sekitar 73 persen dari total konsumsi kita yang hanya 44,402 ton tahun 2020. Total produksi beras kita itu 157.898 ton,” terangnya.
Bupati Maros , Chaidir Syam mengatakan, dari 415 kabupaten di Indonesia, Maros menjadi salah satu yang ikut dalam program untuk mencetak petani dan wirausaha muda di bidang pertanian mulai dari hulu sampai hilir. Melihat potensi komoditas pertanian yang cukup besar yang dimiliki oleh Kabupaten Maros, diharapkan dapat melahirkan petani-petani milenial yang sukses.
"Program dari Kementan ini tentunya akan kita maksimalkan dengan baik untuk mencetak generasi milenial yang tangguh di bidang pertanian dan mendorong penggunaan teknologi pada sektor itu. Kita berharap, sektor pertanian kita akan terus maju di tangan para anak muda," kata Chaidir, Minggu (21/03/2021).
Sehari sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berkunjung ke lokasi panen raya di Desa Jene Taesa, Kecamatan Simbang. Pada kesempatan itu, Chaidir mengaku sangat berterima kasih kepada Kementan atas bantuan yang telah diberikan kepada petani di Maros selama ini.
“Alhamdulillah kemarin kita didatangi oleh Pak Mentan. Saya laporkan banyak hal ke beliau termasuk support kami dalam mendorong pemuda kita ke sektor pertanian . Pak Mentan sangat merespons baik upaya itu,” lanjutnya.
Saat ini, Kata Chaidir, Maros masih menjadi salah satu sentra produksi pangan di Sulawesi Selatan, khususnya padi. Potensi luas lahan baku sawah Maros mencapai 26,205 hektare dan padi ladang seluas 2.053 hektare harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Dari sisi produktivitas, Chaidir mengaku, target per hekatare belum maksimal. Pasalnya, dari data Dinas Pertanian di tahun 2020 lalu, produksi gabah kering panen hanya 308.438 ton. Jika dirata-ratakan, produktivitas gabah per hekatare hanya sekitar 6 ton, atau jauh dari target Puslitbangtan dan Balitkabi yang mencapai 9,3 ton per hekatere.
“Yah meski belum mencapai target itu, berdasarkan data statistik, antara kebutuhan beras dengan hasil produksi kita itu masih sangat jauh. Kita surplus sekitar 113,496 ton atau sekitar 73 persen dari total konsumsi kita yang hanya 44,402 ton tahun 2020. Total produksi beras kita itu 157.898 ton,” terangnya.
tulis komentar anda