Ada Mitos Pantangan Masuk Dusun Ngaglik, Membuat Warganya Terbelenggu Kemiskinan
Minggu, 07 Maret 2021 - 13:41 WIB
Tak hanya aparat pemerintah, rasa takut masuk Dusun Ngaglik, juga menghinggapi para pekerja seni dan pelaku usaha lain. Manakala berlangsung warga punya hajat di dalam dusun ini, tidak pernah ada grup seni tayub maupun ketoprak yang berani tampil.
Bahkan tukang penggergajian kayu sekalipun, ketika ada warga Dusun Ngaglik, berniat memotong kayu, mereka meminta supaya kayu diangkut keluar dusun dulu . "Saya sendiri mengalami. Kayu saya angkut keluar dusun. Kan akhirnya harus tambah anggaran untuk angkutan, tambah tenaga, tambah waktu. Jadi tidak hemat. Itu baru soal mau motong kayu lho, belum yang lain," keluh Sukarjan.
Perlakuan tidak adil yang diterima masyarakat Dusun Ngaglik, pernah disampaikan kepada Bupati Rembang, Abdul Hafidz. Hafidz bahkan sempat berjanji akan datang ke Dusun Ngaglik, bersama para pejabat, untuk mengkampanyekan bahwa Ngaglik tidak seseram yang dibayangkan. Tapi sayang, sampai sekarang rencana itu belum terlaksana.
"Waktu di Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Sumber, Pak Bupati janji begitu. Langsung saya sampaikan kepada masyarakat. Warga ya seneng, tapi nyatanya juga belum ada datang ke sini. Pak Bupati kan kiai, masak nggak berani," imbuhnya tersenyum.
Sukarjan ingin supaya mitos masuk Dusun Ngaglik ketiban sial, perlahan bisa musnah. Kalau terbelenggu mitos, ia khawatir dusunnya akan sulit maju. "Yang sana-sana sudah berlarian, sini kok masih jalan di tempat. Kita juga ingin setara," tandasnya.
Di balik rentetan kisah tidak mengenakkan itu, menurut Sukarjan terselip sisi positif. Sejak kecil sampai saat ini usia 42 tahun, ia tidak pernah mendengar ada warga Dusun Ngaglik kemalingan, karena diduga pelaku kejahatan juga takut masuk ke dalam kampungnya.
Bahkan Sukarjan menyebut Dusun Ngaglik seakan-akan seperti memperoleh dispensasi kriminal . "Motor lupa ditaruh di luar rumah sampai pagi ya aman-aman saja. Sisi positifnya itu, dispensasi kriminal, karena maling takut masuk sini," bebernya.
Bahkan tukang penggergajian kayu sekalipun, ketika ada warga Dusun Ngaglik, berniat memotong kayu, mereka meminta supaya kayu diangkut keluar dusun dulu . "Saya sendiri mengalami. Kayu saya angkut keluar dusun. Kan akhirnya harus tambah anggaran untuk angkutan, tambah tenaga, tambah waktu. Jadi tidak hemat. Itu baru soal mau motong kayu lho, belum yang lain," keluh Sukarjan.
Baca Juga
Perlakuan tidak adil yang diterima masyarakat Dusun Ngaglik, pernah disampaikan kepada Bupati Rembang, Abdul Hafidz. Hafidz bahkan sempat berjanji akan datang ke Dusun Ngaglik, bersama para pejabat, untuk mengkampanyekan bahwa Ngaglik tidak seseram yang dibayangkan. Tapi sayang, sampai sekarang rencana itu belum terlaksana.
"Waktu di Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Sumber, Pak Bupati janji begitu. Langsung saya sampaikan kepada masyarakat. Warga ya seneng, tapi nyatanya juga belum ada datang ke sini. Pak Bupati kan kiai, masak nggak berani," imbuhnya tersenyum.
Sukarjan ingin supaya mitos masuk Dusun Ngaglik ketiban sial, perlahan bisa musnah. Kalau terbelenggu mitos, ia khawatir dusunnya akan sulit maju. "Yang sana-sana sudah berlarian, sini kok masih jalan di tempat. Kita juga ingin setara," tandasnya.
Baca Juga
Di balik rentetan kisah tidak mengenakkan itu, menurut Sukarjan terselip sisi positif. Sejak kecil sampai saat ini usia 42 tahun, ia tidak pernah mendengar ada warga Dusun Ngaglik kemalingan, karena diduga pelaku kejahatan juga takut masuk ke dalam kampungnya.
Bahkan Sukarjan menyebut Dusun Ngaglik seakan-akan seperti memperoleh dispensasi kriminal . "Motor lupa ditaruh di luar rumah sampai pagi ya aman-aman saja. Sisi positifnya itu, dispensasi kriminal, karena maling takut masuk sini," bebernya.
(eyt)
tulis komentar anda