Masa Pandemi, Riset dan Inovasi Harus Bisa Produksi Formula Khusus untuk Atasi COVID-19
Jum'at, 05 Maret 2021 - 07:47 WIB
“Hasil riset dan inovasi saat ini bukan hanya harus dihilirisasi dengan memproduksi massal, namun produk yang sudah ada tetap harus dijaga dan ditingkatkan serta diperbaiki kekurangannya. Sehingga kualitasnya tetap terkontrol dan terjaga,” jelasnya.
Rektor UGM Prof. Panut Mulyono mengatakan, untuk hilirisasi hasil riset dan inovasi saat pandemi, terutama obat dan alat untuk penangganan COVID-19 harus ada sinergi antara peneliti, perguruan tinggi, pemerintah, dunia usaha dan swasta.
Sebab, sebelum pandemi hilirisasi temuan belum terlaksana dengan baik, sehingga hasilnya belum banyak dhilirkan bersama dengan industri.
Selain itu, penelitian tetap harus dilakukan. Selain untuk mengantisipasi persoalan yang akan datang. Juga guna mengejar ketertinggalan dari bangsa lain, misalnya alat kesehatan dan obat, yakni dengan percepatan industri farmasi dan alat kesehatan tahun 2025,
“Kemarin belum begitu nyata, adanya pandemi COVID-19, maka implemantasinya bisa dipercepat,” terangnya.
Baca juga: Sejak Dini Hari, Merapi Keluarkan Lava Pijar 50 Kali
Direktur BPJS Prof. Ali Gufron Mukti mengatakan, yang menjadi tantangan untuk riset dan inovasi yakni keterbukan hasil riset yang harus seimbang, komunikasi cepat, tepat dan tidak berlebihan serta menjawab kritik dunia kepenelitian yang sifatnya membangun.
Apalagi harapan masyarkat besar untuk riset dan inovasi besar, sebab saat pandemi terbatas mobilitas. Namun begitu tidak boleh uforia.
Baca juga: Merapi Kembali Semburkan Wedus Gembel Tiga Kali Jarak Luncur 1,5 Km
“Intinya riset dan inovasi bisa proposinal baik. Ini harus didorong dan yang sudah diproduksi perlu dipertahankan serta ditingkatkan terus menerus kualitasnya sehingga jika ada pesenan impor bisa terjaga,” ungkapnya.
Rektor UGM Prof. Panut Mulyono mengatakan, untuk hilirisasi hasil riset dan inovasi saat pandemi, terutama obat dan alat untuk penangganan COVID-19 harus ada sinergi antara peneliti, perguruan tinggi, pemerintah, dunia usaha dan swasta.
Sebab, sebelum pandemi hilirisasi temuan belum terlaksana dengan baik, sehingga hasilnya belum banyak dhilirkan bersama dengan industri.
Selain itu, penelitian tetap harus dilakukan. Selain untuk mengantisipasi persoalan yang akan datang. Juga guna mengejar ketertinggalan dari bangsa lain, misalnya alat kesehatan dan obat, yakni dengan percepatan industri farmasi dan alat kesehatan tahun 2025,
“Kemarin belum begitu nyata, adanya pandemi COVID-19, maka implemantasinya bisa dipercepat,” terangnya.
Baca juga: Sejak Dini Hari, Merapi Keluarkan Lava Pijar 50 Kali
Direktur BPJS Prof. Ali Gufron Mukti mengatakan, yang menjadi tantangan untuk riset dan inovasi yakni keterbukan hasil riset yang harus seimbang, komunikasi cepat, tepat dan tidak berlebihan serta menjawab kritik dunia kepenelitian yang sifatnya membangun.
Apalagi harapan masyarkat besar untuk riset dan inovasi besar, sebab saat pandemi terbatas mobilitas. Namun begitu tidak boleh uforia.
Baca juga: Merapi Kembali Semburkan Wedus Gembel Tiga Kali Jarak Luncur 1,5 Km
“Intinya riset dan inovasi bisa proposinal baik. Ini harus didorong dan yang sudah diproduksi perlu dipertahankan serta ditingkatkan terus menerus kualitasnya sehingga jika ada pesenan impor bisa terjaga,” ungkapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda