Benderang Pertahanan Terakhir Kota dari Sampah
Minggu, 28 Februari 2021 - 08:30 WIB
SURABAYA - Alam selalu mengajarkan bagaimana keseimbangan hidup membawa nuansa yang segar bagi kehidupan. Kota maju tak harus identik dengan kekalahan terhadap sampah , mereka yang mampu mengendalikannya bisa menciptakan listrik yang benderang untuk pertahanan kota dari ancaman polusi dan membangun kemandirian energi.
Kota Surabaya, yang dikenal sebagai kemajuan pembangunan dan kepadatan penduduk urban tak mau menyerah pada sampah . Ekosistem yang masih terjaga tidak dibiarkan begitu saja binasa ditekan tumpukan sampah dan habitat yang mulai hilang. Pengendalian sampah terpadu serta kerja keras menyelamatkan lingkungan menjadikan Surabaya tetap berharap di malam hari kunang-kunang masih berdatangan di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya).
Embun masih berselancar deras di permukaan daun ketika monyet ekor panjang berlarian di sela-sela ranting. Kakinya lincah melewati hadangan serangga yang berebut jalan di persimpangan dahan. Matahari yang memerah dan hangat muncul dari tepian, di tepi Pamurbaya yang bersolek pagi itu.
Sinar fajar yang mulai merayap di permukaan tanah tiba-tiba melahap kesunyian. Beberapa Burung Pleci Jawa mulai bersahutan di ranting basah dekat hutan mangrove . Burung yang memiliki nama latin zosterops flavus ikut mengejar serangga, membasuh paruhnya pada dahan yang basah.
Udara begitu sejuk masuk ke rongga hidung. Beberapa pematang masih ada genangan setelah Surabaya diguyur hujan semalaman. Dan monyet ekor panjang atau juga dikenal dengan macaca fascicularis tetap saja berlarian dan bermandikan sinar matahari yang merambat di permukaan kulitnya untuk mengusir kutu.
Pohon-pohon mangrove yang berirama di pagi itu menegaskan diri mereka sebagai benteng terakhir kota yang selalu menjaga Surabaya. Mangrove berfungsi ekologis seperti mencegah intrusi air laut, abrasi pantai, menyerap polutan, serta habitat bagi biota air maupun daratan untuk kawasan Kota Surabaya. Hutan mangrove di Pamurbaya juga memiliki fungsi penting sebagai habitat hidup satwa liar.
Di pamurbaya setidaknya ada 20 jenis tumbuhan mangrove sejati dan 17 mangrove ikutan atau asosiasi yang sangat disukai satwa liar sebagai habitat ratusan jenis burung, 53 spesies serangga, dan tujuh spesies mamalia. Ada juga 18 spesies ikan, dan tujuh spesies crustaceae, serta beragam jenis reptil yang langka.
Baca Juga
Kota Surabaya, yang dikenal sebagai kemajuan pembangunan dan kepadatan penduduk urban tak mau menyerah pada sampah . Ekosistem yang masih terjaga tidak dibiarkan begitu saja binasa ditekan tumpukan sampah dan habitat yang mulai hilang. Pengendalian sampah terpadu serta kerja keras menyelamatkan lingkungan menjadikan Surabaya tetap berharap di malam hari kunang-kunang masih berdatangan di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya).
Embun masih berselancar deras di permukaan daun ketika monyet ekor panjang berlarian di sela-sela ranting. Kakinya lincah melewati hadangan serangga yang berebut jalan di persimpangan dahan. Matahari yang memerah dan hangat muncul dari tepian, di tepi Pamurbaya yang bersolek pagi itu.
Sinar fajar yang mulai merayap di permukaan tanah tiba-tiba melahap kesunyian. Beberapa Burung Pleci Jawa mulai bersahutan di ranting basah dekat hutan mangrove . Burung yang memiliki nama latin zosterops flavus ikut mengejar serangga, membasuh paruhnya pada dahan yang basah.
Udara begitu sejuk masuk ke rongga hidung. Beberapa pematang masih ada genangan setelah Surabaya diguyur hujan semalaman. Dan monyet ekor panjang atau juga dikenal dengan macaca fascicularis tetap saja berlarian dan bermandikan sinar matahari yang merambat di permukaan kulitnya untuk mengusir kutu.
Pohon-pohon mangrove yang berirama di pagi itu menegaskan diri mereka sebagai benteng terakhir kota yang selalu menjaga Surabaya. Mangrove berfungsi ekologis seperti mencegah intrusi air laut, abrasi pantai, menyerap polutan, serta habitat bagi biota air maupun daratan untuk kawasan Kota Surabaya. Hutan mangrove di Pamurbaya juga memiliki fungsi penting sebagai habitat hidup satwa liar.
Di pamurbaya setidaknya ada 20 jenis tumbuhan mangrove sejati dan 17 mangrove ikutan atau asosiasi yang sangat disukai satwa liar sebagai habitat ratusan jenis burung, 53 spesies serangga, dan tujuh spesies mamalia. Ada juga 18 spesies ikan, dan tujuh spesies crustaceae, serta beragam jenis reptil yang langka.
tulis komentar anda