Pengungsi Korban Banjir Karawang Terlantar, Bayi dan Lansia Tidur di Emperan Toko
Selasa, 23 Februari 2021 - 00:02 WIB
KARAWANG - Pemkab Karawang diminta menyediakan tempat pengungsian yang layak bagi korban banjir . Pasalnya, banyak pengungsi terlantar karena tidak mendapat tempat mengungsi. Akhirnya mereka mengungsi di emperan toko dan meminta belas kasihan masyarakat yang lewat.
Seperti yang disampaikan salah seorang korban banjir , Entin Kartini (40) yang mengaku tidur di emperan Toko Karawang Hijau di Jalan Interchange, Karawang Barat. Dia bersama bayi dan empat orang keluarga lainnya mengungsi di emperan toko setelah tidak kebagian tenda pengungsian.
Entin, bersama ratusan warga Kampung Jenebin, Desa Purwadana, Kecamatan Telukjambe Timur, mengungsi setelah kampungnya terendam setinggi 1,5 meter. "Tenda pengungsian cuma satu, tidak cukup menampung kami semua. Akhirnya saya bersama warga lainnya memutuskan untuk tidur di emperan toko , lokasi terdekat dari kampung," katanya.
Dia mengaku masih kuat tidur di emperan toko meski harus kedinginan. Namun masalahnya dia juga memiliki bayi dan anak balita yang terus menangis karena dingin. "Bayi saya sepertinya belum kuat menahan dingin. Apalagi kami tidur hanya dengan satu tikar dipakai bersama," katanya.
Jika punya uang, dia mau menyewa hotel agar anak-anaknya bisa tidur nyenyak. Namun karena tidak punya uang dia hanya pasrah dengan keadaan. "Mau bagaimana lagi, memang keadaannya begini. Mudah-mudahan banjir cepat surut ," katanya lirih.
Senada dengan Entin, pengungsi lainnya Meli Nopitasari (32) mengaku terpaksa membawa orang tuanya yang sudah lanjut usia tidur di emperan toko . Kedua orang tua Meli sudah berusia 70 tahun dan tidur kedinginan. "Kalau malam orang tua saya kedinginan. Butuh selimut dan tikar, tapi belum ada," katanya.
Seperti yang disampaikan salah seorang korban banjir , Entin Kartini (40) yang mengaku tidur di emperan Toko Karawang Hijau di Jalan Interchange, Karawang Barat. Dia bersama bayi dan empat orang keluarga lainnya mengungsi di emperan toko setelah tidak kebagian tenda pengungsian.
Entin, bersama ratusan warga Kampung Jenebin, Desa Purwadana, Kecamatan Telukjambe Timur, mengungsi setelah kampungnya terendam setinggi 1,5 meter. "Tenda pengungsian cuma satu, tidak cukup menampung kami semua. Akhirnya saya bersama warga lainnya memutuskan untuk tidur di emperan toko , lokasi terdekat dari kampung," katanya.
Baca Juga
Dia mengaku masih kuat tidur di emperan toko meski harus kedinginan. Namun masalahnya dia juga memiliki bayi dan anak balita yang terus menangis karena dingin. "Bayi saya sepertinya belum kuat menahan dingin. Apalagi kami tidur hanya dengan satu tikar dipakai bersama," katanya.
Jika punya uang, dia mau menyewa hotel agar anak-anaknya bisa tidur nyenyak. Namun karena tidak punya uang dia hanya pasrah dengan keadaan. "Mau bagaimana lagi, memang keadaannya begini. Mudah-mudahan banjir cepat surut ," katanya lirih.
Baca Juga
Senada dengan Entin, pengungsi lainnya Meli Nopitasari (32) mengaku terpaksa membawa orang tuanya yang sudah lanjut usia tidur di emperan toko . Kedua orang tua Meli sudah berusia 70 tahun dan tidur kedinginan. "Kalau malam orang tua saya kedinginan. Butuh selimut dan tikar, tapi belum ada," katanya.
(eyt)
tulis komentar anda