Jangan Keliru Pahami Vaksinasi COVID-19, Simak Penjelasan Lengkap Epidemiolog

Rabu, 13 Januari 2021 - 14:05 WIB
"Vaksin dapat mencegah sakit, tapi tidak mencegah penularan. Kalau penularan (masif) terjadi, herd immunity tidak akan terjadi," terangnya.

Terkait pernyataan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menyatakan bahwa efikasi vaksin Sinovac 65,3 persen, Panji menekankan bahwa efikasi berbeda dengan efektivitas karena efikasi diukur pada tingkat uji klinis.

Dalam kenyataannya, imbuh Panji, jika seseorang punya penyakit penyerta (komorbid) sangat mungkin efikasi 65,3 persen tidak tercapai.

"Mungkin lebih rendah, tidak mungkin lebih tinggi. Tapi yang diharapkan tidak akan menurun terlalu jauh," ujarnya.

Keadaan kedua, yakni seberapa lama perlindungan yang diberikan vaksin. Vaksin Sinovac yang akan disuntikkan di Jabar mulai Kamis (14/1/2021) besok harus disuntikkan dua dosis atau dua kali penyuntikan kepada setiap orang.

"Jarak waktu antara penyuntikan pertama dan kedua adalah dua pekan. Vaksin Sinovac baru akan memberi proteksi dua minggu setelah penyuntikan kedua," katanya.

Keadaan ketiga, lanjut Panji, yakni sebanyak apa cakupan masyarakat yang akan divaksin. Secara nasional, orang yang harus divaksin 181,5 juta jiwa. Tahap pertama untuk pekerja di kantor kesehatan berjumlah 1,3 juta jiwa.

"Ini baru satu persen saja, sedangkan herd immunity cakupannya harus 70 persen. Jadi masih butuh waktu kurang lebih satu tahun lagi. Tapi untuk mengurangi angka kesakitan, itu pasti," tegasnya.

Panji juga mengatakan, orang yang positif COVID-19 sebetulnya tidak perlu disuntik vaksin. Namun, tidak menutup kemungkinan orang yang divaksin ternyata positif COVID-19 tanpa diketahui.

"Tapi hingga kini belum ada laporan orang yang demikian mengalami efek samping yang buruk," ujarnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More