Investasi di Kabupaten Musi Banyuasin Tawarkan Peluang Usaha Ekonomi Hijau
Jum'at, 11 Desember 2020 - 15:45 WIB
Dari kalangan pengusaha, Widyantoko Sumarlin yang merupakan Chief Sustainability Officer Kirana Megatara Group juga menilai, perdebatan antara bisnis dan kepentingan lingkungan seharusnya sudah tidak menjadi halangan.
“Project aspal karet bagus untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri. 90% produksi karet untuk di ekspor. Ketika 50% dalam negeri bisa menyerap, maka domestik bisa menentukan harga yang baik. Apalagi jika pemerintah pusat mau turun tangan memastikan praktek yang juga lestari," ujar Widyantoko.
Rizky Permana, sector lead agriculture dari SNV, menanggapi bahwa upaya ini juga sudah banyak didukung oleh sejumlah pebisnis yang tertarik menanamkan modalnya di daerah salah satunya di Musi Banyuasin. Namun ke depan, perusahaan-perusahaan tersebut juga harus berkontribusi dalam peningkatan skill para petani yang ada di lapangan.
“Peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator menjadi amat penting untuk menyeimbangkan kemudahan berusaha dengan komitmen praktek berkelanjutan sehingga produk yang dihasilkan juga terjaga kualitasnya.”
Hal senada juga disampaikan oleh pak Syamsu Rizal, petani Gambir dari desa Babat Toman dimana petani gambir disana memerlukan dukungan seperti pendampingan, akses agri-input, serta akses pasar bagi produk mereka. Secara kualitas, Gambir yang dihasilkan oleh desa Babat Toman memiliki kualitas terbaik namun masih terkendala pasar. Selain itu, limbah pengolahan gambir juga punya potensi untuk dikembangkan menjadi pewarna alami yang penting dalam dunia eco-fashion.
"Kami berharap agar dukungan semua pihak untuk meningkatkan produktivitas, kualitas serta pasar yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang," harapnya.
Tentang kemudahan berusaha, Muba telah membuktikan performanya melalui birokrasi yang baik, bahkan inovasi aspal berbasis karet alam yang dikembangkan MUBA bahkan diganjar Penghargaan Anugrah Pratama Perkebunan (APPI) Awards 2020 untuk kategori Birokrasi terbaik dari Menteri Pertanian bertepatan dengan Hari Perkebunan Nasional ke-63.
“Project aspal karet bagus untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri. 90% produksi karet untuk di ekspor. Ketika 50% dalam negeri bisa menyerap, maka domestik bisa menentukan harga yang baik. Apalagi jika pemerintah pusat mau turun tangan memastikan praktek yang juga lestari," ujar Widyantoko.
Rizky Permana, sector lead agriculture dari SNV, menanggapi bahwa upaya ini juga sudah banyak didukung oleh sejumlah pebisnis yang tertarik menanamkan modalnya di daerah salah satunya di Musi Banyuasin. Namun ke depan, perusahaan-perusahaan tersebut juga harus berkontribusi dalam peningkatan skill para petani yang ada di lapangan.
“Peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator menjadi amat penting untuk menyeimbangkan kemudahan berusaha dengan komitmen praktek berkelanjutan sehingga produk yang dihasilkan juga terjaga kualitasnya.”
Hal senada juga disampaikan oleh pak Syamsu Rizal, petani Gambir dari desa Babat Toman dimana petani gambir disana memerlukan dukungan seperti pendampingan, akses agri-input, serta akses pasar bagi produk mereka. Secara kualitas, Gambir yang dihasilkan oleh desa Babat Toman memiliki kualitas terbaik namun masih terkendala pasar. Selain itu, limbah pengolahan gambir juga punya potensi untuk dikembangkan menjadi pewarna alami yang penting dalam dunia eco-fashion.
"Kami berharap agar dukungan semua pihak untuk meningkatkan produktivitas, kualitas serta pasar yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang," harapnya.
Tentang kemudahan berusaha, Muba telah membuktikan performanya melalui birokrasi yang baik, bahkan inovasi aspal berbasis karet alam yang dikembangkan MUBA bahkan diganjar Penghargaan Anugrah Pratama Perkebunan (APPI) Awards 2020 untuk kategori Birokrasi terbaik dari Menteri Pertanian bertepatan dengan Hari Perkebunan Nasional ke-63.
(ars)
Lihat Juga :
tulis komentar anda