Mencontoh Manisnya Nanas Subang dari Kesuksesan Ef Rizal Ali
Selasa, 08 Desember 2020 - 08:52 WIB
Utamanya daerah yang memiliki potensial market, kelompok tani, dan juga luasan lahan memadai. Garut, kata dia, selama ini sebagai kawasan strategis pemasaran pupuk bersubsidi dan non-subsidi atau ritel Pupuk Kujang.
Semantara itu, Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmaja mengaku, semangat membangun pertanian akan terus berjalan melahirkan solusi inovatif, lantaran hadir untuk memenuhi kebutuhan hidup orang banyak.
Makanya, banyak pihak melakukan perencanaan pangan yang baik, disusun dan dirumuskan secara komprehensif.
"Kalau kita bicara pembangunan pangan, berarti bicara mulai dari hulu hingga hilir, produksi hingga konsumsi. Jadi keliru sekali bila pembangunan pertanian hanya meningkatkan produksi. Justru setelah produksi meningkat, bagaimana barang didistribusikan, harga tembakau masyarakat, dan konsumsi aman," kata Entang.
Menurut dia, konsep pengembangan pangan, tidak bisa dilepaskan dari ketahanan pangan dan kemandirian pangan. Sehingga persoalan pangan ini menjadi kewajiban bagi pemerintah baik pusat dan daerah, serta pihak yang tergabung dalam lingkaran phentahelik.
Artinya mesti ada sinergitas dan kolaborasi antara mayarakat, perguruan tinggi, dunia usaha, komunitas, dan pemerintahan.
(Baca juga: Aplikator Transportasi Online Baru Marak, Keselamatan Penumpang Dipertanyakan)
Secara riil, kata dia, beberapa solusi yang bisa diambil untuk meningkatkan produksi adalah menjadikan skala prioritas. Jangan sampai memandang produksi adalah kewajiban pemerintah pusat. Tapi pusat dan daerah harus bersama-sama berkomitmen meningkatkan produksi sebagai bagian dari ketahanan pangan.
"Solusi kedua adalah harus dijaga stabilisasi harga. Petani akan senang, jika harga bisa dijaga atau dijamin oleh pemerintah. Bahwa harga di sektor pertanian tidak akan dipermainkan oleh para pemain pasar. Jangan sampai saat panen, harga hancur. Kan petani kecewa," beber Entang.
(Baca juga: Bawaslu Kabupaten Bandung Bongkar Praktik Politik Uang Saat Masa Tenang)
Semantara itu, Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmaja mengaku, semangat membangun pertanian akan terus berjalan melahirkan solusi inovatif, lantaran hadir untuk memenuhi kebutuhan hidup orang banyak.
Makanya, banyak pihak melakukan perencanaan pangan yang baik, disusun dan dirumuskan secara komprehensif.
"Kalau kita bicara pembangunan pangan, berarti bicara mulai dari hulu hingga hilir, produksi hingga konsumsi. Jadi keliru sekali bila pembangunan pertanian hanya meningkatkan produksi. Justru setelah produksi meningkat, bagaimana barang didistribusikan, harga tembakau masyarakat, dan konsumsi aman," kata Entang.
Menurut dia, konsep pengembangan pangan, tidak bisa dilepaskan dari ketahanan pangan dan kemandirian pangan. Sehingga persoalan pangan ini menjadi kewajiban bagi pemerintah baik pusat dan daerah, serta pihak yang tergabung dalam lingkaran phentahelik.
Artinya mesti ada sinergitas dan kolaborasi antara mayarakat, perguruan tinggi, dunia usaha, komunitas, dan pemerintahan.
(Baca juga: Aplikator Transportasi Online Baru Marak, Keselamatan Penumpang Dipertanyakan)
Secara riil, kata dia, beberapa solusi yang bisa diambil untuk meningkatkan produksi adalah menjadikan skala prioritas. Jangan sampai memandang produksi adalah kewajiban pemerintah pusat. Tapi pusat dan daerah harus bersama-sama berkomitmen meningkatkan produksi sebagai bagian dari ketahanan pangan.
"Solusi kedua adalah harus dijaga stabilisasi harga. Petani akan senang, jika harga bisa dijaga atau dijamin oleh pemerintah. Bahwa harga di sektor pertanian tidak akan dipermainkan oleh para pemain pasar. Jangan sampai saat panen, harga hancur. Kan petani kecewa," beber Entang.
(Baca juga: Bawaslu Kabupaten Bandung Bongkar Praktik Politik Uang Saat Masa Tenang)
tulis komentar anda