Mencontoh Manisnya Nanas Subang dari Kesuksesan Ef Rizal Ali

Selasa, 08 Desember 2020 - 08:52 WIB
Ketidakstabilan harga produksi pertanian dari mitra binaan sebenarnya telah dicarikan solusinya oleh PT Pupuk Kujang, yakni melalui sistem Closed Loop.

Selain harga tidak anjlok, pemasaran sistem Closed Loop ini juga memberi jaminan ketersediaan pasokan.

Sistem Closed Loop telah diimplementasikan di petani jeruk di Kabupaten Garut. Pupuk Kujang juga mulai melakukan proyek percontohan Closed Loop di areal 30.000 meter persegi untuk budidaya cabai.

Closed Loop PT Pupuk Kujang dilakukan dalam bentuk pendampingan kepada petani. Mulai dari analisa tanah, aplikasi pemupukan, budidaya hingga pemasaran hasil panen.

Program Closed Loop agribisnis ini, menjadi jembatan untuk petani dan pasar sehingga supply lebih maksimal, sementara produk maupun harga menjadi stabil.

"Kunci dari program ini adalah sinergi antarpihak, mulai dari BUMN, pemerintah, swasta, organisasi pengusaha seperti Kadin, dan kelompok tani," kata Direktur Operasi & Produksi Pupuk Kujang Robert Sarjaka.

Semua pihak yang terlibat dalam program ini, kata dia, mempunyai peranan masing-masing. Menjamin proses dari hulu hingga hilir berjalan baik, bertanggung jawab melakukan pendampingan agar produktivitas hasil taninya optimal.

“Closed Loop pertanian ini akan mengurai permasalahan supply chain yang muncul, seperti produk melimpah dan kelangkaan produk pertanian. Model Closed-Loop ke depan diharapkan dapat menjadi success story yang dapat menjadi referensi dalam pengembangan bisnis hortikultura di Indonesia,“ tutur Robert.

Dia menjelaskan, setelah Garut sebagai pilot project, program Closed Loop bakal diterapkan di daerah lainnya.

Utamanya daerah yang memiliki potensial market, kelompok tani, dan juga luasan lahan memadai. Garut, kata dia, selama ini sebagai kawasan strategis pemasaran pupuk bersubsidi dan non-subsidi atau ritel Pupuk Kujang.

Semantara itu, Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmaja mengaku, semangat membangun pertanian akan terus berjalan melahirkan solusi inovatif, lantaran hadir untuk memenuhi kebutuhan hidup orang banyak.

Makanya, banyak pihak melakukan perencanaan pangan yang baik, disusun dan dirumuskan secara komprehensif.

"Kalau kita bicara pembangunan pangan, berarti bicara mulai dari hulu hingga hilir, produksi hingga konsumsi. Jadi keliru sekali bila pembangunan pertanian hanya meningkatkan produksi. Justru setelah produksi meningkat, bagaimana barang didistribusikan, harga tembakau masyarakat, dan konsumsi aman," kata Entang.

Menurut dia, konsep pengembangan pangan, tidak bisa dilepaskan dari ketahanan pangan dan kemandirian pangan. Sehingga persoalan pangan ini menjadi kewajiban bagi pemerintah baik pusat dan daerah, serta pihak yang tergabung dalam lingkaran phentahelik.

Artinya mesti ada sinergitas dan kolaborasi antara mayarakat, perguruan tinggi, dunia usaha, komunitas, dan pemerintahan.

(Baca juga: Aplikator Transportasi Online Baru Marak, Keselamatan Penumpang Dipertanyakan)

Secara riil, kata dia, beberapa solusi yang bisa diambil untuk meningkatkan produksi adalah menjadikan skala prioritas. Jangan sampai memandang produksi adalah kewajiban pemerintah pusat. Tapi pusat dan daerah harus bersama-sama berkomitmen meningkatkan produksi sebagai bagian dari ketahanan pangan.

"Solusi kedua adalah harus dijaga stabilisasi harga. Petani akan senang, jika harga bisa dijaga atau dijamin oleh pemerintah. Bahwa harga di sektor pertanian tidak akan dipermainkan oleh para pemain pasar. Jangan sampai saat panen, harga hancur. Kan petani kecewa," beber Entang.

(Baca juga: Bawaslu Kabupaten Bandung Bongkar Praktik Politik Uang Saat Masa Tenang)

Terakhir, harus ada jaminan negara terhadap pertanian. Kalau produksi meningkat dan harga stabil, negara harus komitmen memberi kesejahteraan bagi petani.

Jangan sampai petani hanya jadi objek untuk meningkatkan produksi dan menjamin ketersediaan pangan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More