Dua Tahun Jalan Gubeng Ambles, Sisakan Tanda Tanya Besar
Sabtu, 05 Desember 2020 - 23:45 WIB
"Arek-arek Suroboyo, warga Surabaya, saudara-saudara, kawan-kawan seperjuangan.
Perlawanan Arek-arek Suroboyo terhadap surat Risma yang dilakukan dengan santun dan sarat dengan semangat kemenangan yang begitu menggetarkan hati. Sebuah perlawanan kepada oligarki Risma.
Saya mengingatkan kepada saudara-saudara, dua tahun yang lalu saat Jalan Gubeng ambles, dan diduga ada permainan mafia perijinan. Disana muncul tiga aktor yang terlibat dalam kasus itu. Eri, Armuji dan Fuad putra Risma yang sekarang menjadi aktor-aktor oligarki Risma.
Mendramatisasi, mengeksploitasi dan mengelabui telah menjadi watak strategi oligarki Risma. Rupanya mereka, Risma dan oligarki Risma, masih meyakini bahwa kita Arek-arek Suroboyo bisa dikelabui lagi dan lagi.
Cukup, saatnya kita hentikan oligarki Risma. Saatnya kita hentikan politik dramatisme yang dilakukan Risma dan oligarkinya.
Sekali lagi, Arek-arek Suroboyo, warga Surabaya, Saudara-saudara, kawan-kawan seperjuangan, saatnya kita Wani bersama-sama maju untuk Surabaya.
9 Desember nanti, kita berbondong-bondong menuju TPS, kita coblos nomor 2, mewujudkan kemenangan demokrasi dan bebasnya Surabaya dari cengkeraman politik dramatisme dan pencitraan tanpa batas oligarki Risma.
Lawan Risma, lawan Eri-Armuji, karena kekalahan Risma, kekalahan Eri-Armuji adalah kemenangan bagi seluruh partai politik. Kemenangan bagi seluruh ASN dan tenaga kontrak di pemerintahan kota Surabaya.
Kemenangan bagi seluruh warga di kampung-kampung, warga di perumahan-perumahan, kemenangan bagi Surabaya. Merdeka," pungkas Seno.
Perlawanan Arek-arek Suroboyo terhadap surat Risma yang dilakukan dengan santun dan sarat dengan semangat kemenangan yang begitu menggetarkan hati. Sebuah perlawanan kepada oligarki Risma.
Saya mengingatkan kepada saudara-saudara, dua tahun yang lalu saat Jalan Gubeng ambles, dan diduga ada permainan mafia perijinan. Disana muncul tiga aktor yang terlibat dalam kasus itu. Eri, Armuji dan Fuad putra Risma yang sekarang menjadi aktor-aktor oligarki Risma.
Mendramatisasi, mengeksploitasi dan mengelabui telah menjadi watak strategi oligarki Risma. Rupanya mereka, Risma dan oligarki Risma, masih meyakini bahwa kita Arek-arek Suroboyo bisa dikelabui lagi dan lagi.
Cukup, saatnya kita hentikan oligarki Risma. Saatnya kita hentikan politik dramatisme yang dilakukan Risma dan oligarkinya.
Sekali lagi, Arek-arek Suroboyo, warga Surabaya, Saudara-saudara, kawan-kawan seperjuangan, saatnya kita Wani bersama-sama maju untuk Surabaya.
9 Desember nanti, kita berbondong-bondong menuju TPS, kita coblos nomor 2, mewujudkan kemenangan demokrasi dan bebasnya Surabaya dari cengkeraman politik dramatisme dan pencitraan tanpa batas oligarki Risma.
Lawan Risma, lawan Eri-Armuji, karena kekalahan Risma, kekalahan Eri-Armuji adalah kemenangan bagi seluruh partai politik. Kemenangan bagi seluruh ASN dan tenaga kontrak di pemerintahan kota Surabaya.
Kemenangan bagi seluruh warga di kampung-kampung, warga di perumahan-perumahan, kemenangan bagi Surabaya. Merdeka," pungkas Seno.
(msd)
tulis komentar anda