Dianggap Membelot, Jagad Hariseno: Demi Menjaga Marwah PDIP, Saya Siap Disanksi
Sabtu, 14 November 2020 - 21:23 WIB
SURABAYA - Nama Jagad Hariseno mencuat ke publik di Kota Surabaya lantaran sikap politiknya dianggap membelot dari perintah PDIP . Atas pilihan ini, ancaman sanksi tidak menutup kemungkinan akan dijatuhkan.
"Saya siap. Apapun itu. Sanksi administratif, hukum pasti berimplikasi kepada saya. Saya Siap. Ini perjuangan Saya kepada PDI Perjuangan (PDIP) dan kepada Ibu Megawati Soekarnoputri," terangnya, Sabtu (14/11/2020). (Baca juga: Bikin Merinding, Kisah Mobil Tersesat di Hutan Angker Usai Bertemu Perempuan Misterius)
Putra pertama tokoh PDIP Jawa Timur, Sutjipto ini menyatakan, justru ketika partai mensanksi dirinya akan menjadi persoalan. "Saya ini apa. Bukan siapa-siapa. Jabatan di partai nggak punya. Paling KTA disita, dipotong. Tidak apa-apa, daftar lagi. Sampe gepeng saya tetap Banteng," terang pria yang akrab disapa Mas Seno. (Baca juga: Suara Guguran Merapi Sering Terdengar, BPPTKG: Ada Pergerakan Magma ke Puncak)
Ia menegaskan saat ini posisi politiknya adalah melawan Risma dengan kepentingan politiknya. Menyoal keputusan rekomendasi yang diberikan kepada pasangan Eri-Armuji, bagi Mas Seno merupakan hak preogratif Ketua Umum PDIP. "Bagi saya selesai. Tidak masalah. Final menjadi keputusan partai," imbuhnya.
Namun, rekomendasi tersebut diajukan oleh Risma yang dinilai Mas Seno terlalu dipaksakan dan terindikasi ada kepentingan politik yang kuat. Terlepas dari data survei maupun analisis politik terlihat dikesampingkan oleh Risma. Nama Whisnu dan Eri sebenarnya bisa digandengkan. Dengan upaya dan loyalitas Whisnu selama ini bisa menguatkan partai di Surabaya. "Tapi saya melihat itu dikesampingkan oleh Risma," katanya.
Alumnus Teknik Elektro ITS Surabaya ini menerangkan, Risma patut diduga membangun kekuatan politik dimulai dari internal PDIP Surabaya. "Caranya dengan memulai memotong sejarah Pandegiling," imbuhnya.
Dugaan awal dikatakan Mas Seno sudah dimulai dari Whisnu Sakti dan barisannya. "Ketika itu sudah dilakukan. Bahwa Surabaya sudah dikuasai. Lalu tidak menutup kemungkinan eskalasi ini akan naik ke DPD. Karena di DPP, Risma sudah berhasil melakukan," imbuhnya.
Dengan begitu, Mas Seno merasa dirinya harus berhadapan dengan Risma untuk menyelamatkan sejarah, ideologi dan marwah partai. "Sebagai barisan dibelakang Bu Mega saya wajib melakukan perlawanan ini," tegasnya.
Lihat Juga: Soroti Program Transmigrasi ke Papua, Tokoh Masyarakat: Pemberdayaan Masyarakat yang Harus Dilakukan
"Saya siap. Apapun itu. Sanksi administratif, hukum pasti berimplikasi kepada saya. Saya Siap. Ini perjuangan Saya kepada PDI Perjuangan (PDIP) dan kepada Ibu Megawati Soekarnoputri," terangnya, Sabtu (14/11/2020). (Baca juga: Bikin Merinding, Kisah Mobil Tersesat di Hutan Angker Usai Bertemu Perempuan Misterius)
Putra pertama tokoh PDIP Jawa Timur, Sutjipto ini menyatakan, justru ketika partai mensanksi dirinya akan menjadi persoalan. "Saya ini apa. Bukan siapa-siapa. Jabatan di partai nggak punya. Paling KTA disita, dipotong. Tidak apa-apa, daftar lagi. Sampe gepeng saya tetap Banteng," terang pria yang akrab disapa Mas Seno. (Baca juga: Suara Guguran Merapi Sering Terdengar, BPPTKG: Ada Pergerakan Magma ke Puncak)
Ia menegaskan saat ini posisi politiknya adalah melawan Risma dengan kepentingan politiknya. Menyoal keputusan rekomendasi yang diberikan kepada pasangan Eri-Armuji, bagi Mas Seno merupakan hak preogratif Ketua Umum PDIP. "Bagi saya selesai. Tidak masalah. Final menjadi keputusan partai," imbuhnya.
Namun, rekomendasi tersebut diajukan oleh Risma yang dinilai Mas Seno terlalu dipaksakan dan terindikasi ada kepentingan politik yang kuat. Terlepas dari data survei maupun analisis politik terlihat dikesampingkan oleh Risma. Nama Whisnu dan Eri sebenarnya bisa digandengkan. Dengan upaya dan loyalitas Whisnu selama ini bisa menguatkan partai di Surabaya. "Tapi saya melihat itu dikesampingkan oleh Risma," katanya.
Alumnus Teknik Elektro ITS Surabaya ini menerangkan, Risma patut diduga membangun kekuatan politik dimulai dari internal PDIP Surabaya. "Caranya dengan memulai memotong sejarah Pandegiling," imbuhnya.
Dugaan awal dikatakan Mas Seno sudah dimulai dari Whisnu Sakti dan barisannya. "Ketika itu sudah dilakukan. Bahwa Surabaya sudah dikuasai. Lalu tidak menutup kemungkinan eskalasi ini akan naik ke DPD. Karena di DPP, Risma sudah berhasil melakukan," imbuhnya.
Dengan begitu, Mas Seno merasa dirinya harus berhadapan dengan Risma untuk menyelamatkan sejarah, ideologi dan marwah partai. "Sebagai barisan dibelakang Bu Mega saya wajib melakukan perlawanan ini," tegasnya.
Lihat Juga: Soroti Program Transmigrasi ke Papua, Tokoh Masyarakat: Pemberdayaan Masyarakat yang Harus Dilakukan
(shf)
tulis komentar anda