Merapi Siaga, Kelompok Rentan dan Ternak Diungsikan Lebih Awal
Kamis, 05 November 2020 - 18:48 WIB
SLEMAN - Status Gunung Merapi terhitung mulai Kamis (5/11/2020) pukul 12.00 WIB telah dinaik dari level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto mengatakan, berdasarkan kontijensi bencana Merapi yang sudah disusun Pemkab Sleman, selain menyiapkan barak pengungsian, untuk pengungsian akan dilakukan bertahap.
Namun disaat pandemi COVID-19, untuk pengungsi dan akan digunakan mengikuti protokol kesehatan COVID-19. Selain itu, saat ada peningkatan status, maka kelompok rentan dan ternak akan diungsikan lebih dahulu. Yaitu mereka lansia, anak-anak dan difabel. (Baca juga: Sleman Tetapkan Darurat Bencana, Jarak 5 Km dari Gunung Merapi Harus Kosong )
“Data BPBD Sleman, ada sekitar 160 orang yang berasal dari kelompok rentan, sedangkan jumlah ternak masih dihitung,” kata Joko, saat rapat koordinasi penannganan bencana erupsi Merapi, di ruang rapat bupati Sleman, Kamis (5/11/2020).
Joko menjelaskan untuk masing-masing barak yang dikelola oleh BPBD Sleman, berkapasitas 300 orang. Namun jumlah itu bila barak digunakan dalam kondisi normal. Sementara, selama kondisi pandemi COVID-19 maka barak hanya dibuat dengan kapasitas 120 orang.
Barak pengungsian di Sleman ada 34 tempat. 12 barak dikelola oleh BPBD Sleman dan 22 barak milik kalurahan. Selain itu gedung sekolah dan balai kalurahan juga akan digunakan untuk tempat pengungsian, jika barak yang ada tidak mampu menampung pengungsi.(Baca juga: Kenalan dengan Pemuda yang Mengaku Anak Polisi, Gadis Blora Tertipu Luar Dalam Taufik Budi )
“Diperkirakan, barak yang ada cukup digunakan untuk menampung pengungsi. Mengingat berdasarkan skenario yang ada, jumlah pengungsi tidak terlalu banyak,” jelasnya.
Apalagi dari pendataan yang dilakukan, banyak warga terdampak erupsi Merapi sudah memiliki huntap maupun rumah kerabat untuk berlindung. Bila sewaktu-waktu mereka membutuhkan lokasi mengungsi.
“Ada tiga dusun yang dinyatakan berbahaya untuk tetap ditinggali, yaitu Kalitengah Lor, Kaliadem dan Pelemsari. Namun dari tiga tenpat itu, hanya Kalitengah Lor yang masih ditinggali, Kaliadem dan Pelemsari sudah kosong,” paparnya.
Panewu Cangkringan Suparmono menambahkan warga rentan dari Kalitengah Lor nantinya akan ditempatnya di barak Gayam. Sedangkan di kawasan terdampak dalam Umbulharjo dan Kepuharjo sudah tidak ada penghuni. (Baca juga: Duh, Abah.....Kok Tega Yah Gerayangi Tubuh Bocah SD )
“Untuk itu, kami sudah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana kesiapsiagaan bencana Argomulyo dan partisipasi warga di sekitar barak pengungsian, terutama terkait kesiapan barak Gayam,” terangnya.
Menurut Suparmono balai Kalurahan Glagaharjo mulai besok, juga akan disiapkan sebagai lokasi pengungsian. Termasuk ternak juga akan diungsikan di lapangan yang tidak jauh dari balai kalurahan. Namun mulai kapan mengungsi, masih menunggu komando Pemkab Sleman.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Joko Supriyanto mengatakan, berdasarkan kontijensi bencana Merapi yang sudah disusun Pemkab Sleman, selain menyiapkan barak pengungsian, untuk pengungsian akan dilakukan bertahap.
Namun disaat pandemi COVID-19, untuk pengungsi dan akan digunakan mengikuti protokol kesehatan COVID-19. Selain itu, saat ada peningkatan status, maka kelompok rentan dan ternak akan diungsikan lebih dahulu. Yaitu mereka lansia, anak-anak dan difabel. (Baca juga: Sleman Tetapkan Darurat Bencana, Jarak 5 Km dari Gunung Merapi Harus Kosong )
“Data BPBD Sleman, ada sekitar 160 orang yang berasal dari kelompok rentan, sedangkan jumlah ternak masih dihitung,” kata Joko, saat rapat koordinasi penannganan bencana erupsi Merapi, di ruang rapat bupati Sleman, Kamis (5/11/2020).
Joko menjelaskan untuk masing-masing barak yang dikelola oleh BPBD Sleman, berkapasitas 300 orang. Namun jumlah itu bila barak digunakan dalam kondisi normal. Sementara, selama kondisi pandemi COVID-19 maka barak hanya dibuat dengan kapasitas 120 orang.
Barak pengungsian di Sleman ada 34 tempat. 12 barak dikelola oleh BPBD Sleman dan 22 barak milik kalurahan. Selain itu gedung sekolah dan balai kalurahan juga akan digunakan untuk tempat pengungsian, jika barak yang ada tidak mampu menampung pengungsi.(Baca juga: Kenalan dengan Pemuda yang Mengaku Anak Polisi, Gadis Blora Tertipu Luar Dalam Taufik Budi )
“Diperkirakan, barak yang ada cukup digunakan untuk menampung pengungsi. Mengingat berdasarkan skenario yang ada, jumlah pengungsi tidak terlalu banyak,” jelasnya.
Apalagi dari pendataan yang dilakukan, banyak warga terdampak erupsi Merapi sudah memiliki huntap maupun rumah kerabat untuk berlindung. Bila sewaktu-waktu mereka membutuhkan lokasi mengungsi.
“Ada tiga dusun yang dinyatakan berbahaya untuk tetap ditinggali, yaitu Kalitengah Lor, Kaliadem dan Pelemsari. Namun dari tiga tenpat itu, hanya Kalitengah Lor yang masih ditinggali, Kaliadem dan Pelemsari sudah kosong,” paparnya.
Panewu Cangkringan Suparmono menambahkan warga rentan dari Kalitengah Lor nantinya akan ditempatnya di barak Gayam. Sedangkan di kawasan terdampak dalam Umbulharjo dan Kepuharjo sudah tidak ada penghuni. (Baca juga: Duh, Abah.....Kok Tega Yah Gerayangi Tubuh Bocah SD )
“Untuk itu, kami sudah berkoordinasi dengan Unit Pelaksana kesiapsiagaan bencana Argomulyo dan partisipasi warga di sekitar barak pengungsian, terutama terkait kesiapan barak Gayam,” terangnya.
Menurut Suparmono balai Kalurahan Glagaharjo mulai besok, juga akan disiapkan sebagai lokasi pengungsian. Termasuk ternak juga akan diungsikan di lapangan yang tidak jauh dari balai kalurahan. Namun mulai kapan mengungsi, masih menunggu komando Pemkab Sleman.
(msd)
tulis komentar anda