Mengunjungi Ponpes Nurul Ummahat di Tengah Permukiman Warga Kotagede

Selasa, 05 Mei 2020 - 09:30 WIB
Kegiatan di Pondok Pesantren Nurul Ummahat Kotagede, Kota Yogyakarta. Foto/Istimewa
YOGYAKARTA - Ada banyak pondok pesantren (ponpes) yang tersebar di penjuru wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Salah satunya adalah, Ponpes Nurul Ummahat yang berada di Kota Yogyakarta, tepatnya 300 meter selatan Lapangan Karang, Kampung Prenggan KG/II RT 27/RW 06 Kotagede.

Letaknya berada di tengah permukiman warga. Tak ada gapura atau petunjuk di jalan masuk. Meski demikian, tak sulit untuk mencapai pondok ini. Hampir semua warga di Kotagede mengenalnya. Pengasuh ponpes ini, Kiai Abdul Muhaimin merupakan seorang "aktivis". Tak heran jika ponpes ini semakin dikenal warga.

Pesantren ini didirikan pada 1989. Awalnya Kiai Mufid dari Ponpes Sunan Pandangan Sleman menitipkan dua santri perempuan kepada Kiai Abdul Muhaimin dan Ibu Nyai Umi As'adah. Kiai Mufid saat itu berpesan untuk mengasuh dua santri perempuan tersebut. Dari situlah, Kiai Abdul Muhaimin dan Ibu Nyai Umi As'adah mendirikan ponpes putri dengan nama Nurul Ummahat.

Dari yang semula hanya dua santri, saat ini terdapat 80 santri yang modok di tempat ini. Para santriwati yang mondok terdiri dari berbagai jenjang pendidikan. Ada yang masih SMA dan menempuh kuliah S1 hingga S2. Total ada 64 santri menempuh S1 dan dua santri yang menempuh jenjang S2, sisanya SMA sederajat.

Rata-rata mereka memiliki prestasi di kampusnya. Hebatnya, dari 80 santri, 38 di antaranya hafal Alquran. "Kelulusannya semua cum laude," kata Kiai Abdul Muhaimin melalui pesan WhatsApp kepada SINDOnews.



Kiprah Kiai Abdul Muhaimin dalam berbagai kegiatan sosial ternyata juga memberi warna. Berbagai kegiatan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang menghadirkan tokoh-tokoh agama lain sering digelar di pondok ini. Para santri juga diajak menggeluti wacana gender, demokrasi, dan HAM, tapi berbasis tafsir.

"Ponpes Putri Nurul Ummahat memang berbeda dengan pondok lainnya khususnya yang ada di Yogya. Pondok ini memiliki visi-misi modern, moderat, manusiawi. Ponpes ini pula terbuka untuk semua kalangan dalam arti, semua orang, baik personal atau organisasi bisa ikut belajar mengaji di sini," ujar Eva Lutfiani 'Azizah, salah satu santri di Nurul Ummahat.

Mahasiswi Manajeman Pendidikan Islam UIN Yogya ini mengakui latar belakang Kiai Abdul Muhaimin sebagai seorang aktivis memang memberi warna di pondok. Mereka secara langsung bisa melihat bagaimana bertoleransi dan berdemokrasi dari sosok kiainya.

"Umat agama lain pun tak jarang mengadakan live in di pesantren kami. Tentu, banyak pelajaran yang dapat kami amati dan fahami. Yang paling pokok adalah bagaimana kami bisa hidup di negara yang berasas Bhineka Tunggal Ika. Memahami berbagai pendapat dan perbedaan. Belajar dan mencoba berkolaborasi untuk mewujudkan cita-cita damai di negeri ini," katanya.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More