Mengunjungi Ponpes Nurul Ummahat di Tengah Permukiman Warga Kotagede
Selasa, 05 Mei 2020 - 09:30 WIB
Zaenab, salah satu alumni, menyebut hal yang membedakan Ponpes Nurul Ummahat dengan yang lain adalah toleransi dan kedekatan antara santri dan pengasuh. "Ponpes ini terbuka untuk semua kalangan, bahkan dari para mahasiswi kampus nonmuslim banyak yang nginep untuk penelitian atau tugas kampus lainnya," ungkapnya.
Soal kendekatan pengasuh dan santrinya ini, Zaenab menceritakan secara khusus Kiai Abdul Muhaimin dan istrinya datang ke pernikahannya di Trenggalek, Jawa Timur. "Bapak pernah ngendika sopo wae santriku seng nikah bakal tak tekani. Sejauh manapun rumahnya kalau santrinya nikah beliau rawuh Pak. Dan itu dibuktikan saat saya nikah, Beliau khusus dari Yogya ke Trenggalek untuk menghadiri pernikahan saya," ujarnya.
Saat pandemi corona ini santri yang tinggal di ponpes hanya 12 orang. Kebanyakan dari mereka pulang kampung saat virus corona mulai merebak. Meski di tengah situasi yang sulit, para santri tak dikhawatir dengan berbagai kebutuhan karena pihak pondok menanggung kebutuhan mereka mulai dari makan, perlengkapan mandi sabun, sampo, pasta gigi, hingga pembalut diberikan gratis oleh pondok.
Kajian rutin juga tetap dilaksanakan. Setiap pagi para santri belajar kitab Faraidul Bahiyyah dan agak siang tadarus Alquran. Pada sore hari para santri belajar kitab At-Tibyan dan malam sehabis tarawih tadarus Alquran lagi. Khusus hari Jumat, habis salat subuh digelar kegiatan Ratib Al-Hadad kemudian dilanjutkan dengan ziaroh maqbaroh Ibu Nyai.
Lihat Juga: Silaturahmi ke Ponpes Al Lathifiyyah Putri Tambak Beras, Khofifah Disambut Pelukan Nyai Machfudhoh
Soal kendekatan pengasuh dan santrinya ini, Zaenab menceritakan secara khusus Kiai Abdul Muhaimin dan istrinya datang ke pernikahannya di Trenggalek, Jawa Timur. "Bapak pernah ngendika sopo wae santriku seng nikah bakal tak tekani. Sejauh manapun rumahnya kalau santrinya nikah beliau rawuh Pak. Dan itu dibuktikan saat saya nikah, Beliau khusus dari Yogya ke Trenggalek untuk menghadiri pernikahan saya," ujarnya.
Saat pandemi corona ini santri yang tinggal di ponpes hanya 12 orang. Kebanyakan dari mereka pulang kampung saat virus corona mulai merebak. Meski di tengah situasi yang sulit, para santri tak dikhawatir dengan berbagai kebutuhan karena pihak pondok menanggung kebutuhan mereka mulai dari makan, perlengkapan mandi sabun, sampo, pasta gigi, hingga pembalut diberikan gratis oleh pondok.
Kajian rutin juga tetap dilaksanakan. Setiap pagi para santri belajar kitab Faraidul Bahiyyah dan agak siang tadarus Alquran. Pada sore hari para santri belajar kitab At-Tibyan dan malam sehabis tarawih tadarus Alquran lagi. Khusus hari Jumat, habis salat subuh digelar kegiatan Ratib Al-Hadad kemudian dilanjutkan dengan ziaroh maqbaroh Ibu Nyai.
Lihat Juga: Silaturahmi ke Ponpes Al Lathifiyyah Putri Tambak Beras, Khofifah Disambut Pelukan Nyai Machfudhoh
(abd)
tulis komentar anda