Sawah Puso Kekurangan Air, Warga Wanga Potong Padi Untuk Ternak

Rabu, 23 September 2020 - 06:00 WIB
Seorang warga Desa Wanga, Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur terpaksa memotong padi untuk jadi pakan ternak, karena sudah sebulan lebih sawah tidak terairi. Foto/iNewsTV/Dionisius (1)
SUMBA TIMUR - Sejumlah warga di Desa Wanga, Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur , Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa harus memotong padi di sawahnya karena alami kekeringan . Sawah yang mestinya terairi dengan baik dan menjanjikan hasil panen, justru mengalami puso.

Warga akhirnya memilih untuk memotong padi mereka untuk jadi pakan ternak, karena lebih dari sebulan tidak mendapatkan pasokan air yang cukup. (Baca juga: Helikopter BNPB Jemput Sampel Swab 62 Anggota TNI dari Sumba Timur)

Tay Ranja Mbeli, seorang petani yang ditemui di sawahnya, Senin (21/9/2020) siang lalu mengakui langkahnya untuk memotong padi menjadi makanan ternak karena tidak mempunyai pilihan lain. “Mau bagaimana lagi, ini sudah lebih dari satu bulan tidak ada air. Biar sudah saya potong kasih sapi atau kuda,” jelas dia di kawasan persawahan Bulla, Wanga itu. (Baca juga: Kemarau Panjang, Puluhan Situ di Subang Kekeringan )



Tay yang mengaku menanam padi di lahan 60 hektare miliknya itu, harus mengubur mimpi untuk bisa panen. Dia juga mengaku ketiadaan air di sawahnya bukan semata karena kemarau tapi juga ada faktor lainnya. “Ini bukan karena kemarau saja, karena tahun – tahun sebelumnya juga kemarau tapi tidak sampai kering begini. Ini karena memang bendungan tidak lagi ada air karena airnya diambil oleh PT Tebu, jadi ada bendungan lagi diatas bendungan,” kata dia.

Ada pun yang dia maskud adalah PT Tebu adalah PT Muria Sumba Manis (MSM) yang merupakan investor perkebunan tebu yang sejak beberapa tahun terakhir berinventasi tak hanya di Desa Wanga namun juga sejumlah wilayah lainnya di Kabupaten Sumba Timur.

Seorang warga Lazarus Hipa Jami mengatakan, dirinya bahkan menggiring kambing – kambing milkinya memasuki areal sawah. Langkah itu kata dia adalah agar padi yang itu bisa tetap ada manfaatnya. “Air tidak ada bagaimana bisa jadi ini padi. Jadi biar ada manfaatnya ya saya bawa kambing ke sini untuk mereka makan. Sudah hampir dua bulan tidak dapat air jadinya begini. Air tidak ada karena air dari sungai yang harus kebendungan sudah diambil PT,” kata dia.

Keluhan warga terkait kekeringan ini juga dibenarkan Anggota DPRD Sumba Timur Tomy Umbu Pura. Legislator asal Kecamatan Umalulu yang ditemui di kediamannya, Selasa (22/9/2020) itu mengakui kekeringan yang beberapa tahun terakhir dikeluhkan warga Wanga dan Patawang. Hal itu terjadi karena turunnya debit air ke arah bendungan atau DI Wanga, karena sebagian besar diambil oleh PT MSM.

“Sejarahnya ada sawah di Sumba pertama kali itu justru Di Wanga. Hari ini sepertinya sejarah itu hilang karena memang sumber air itu semuanya diambil oleh Perusahaan. Jadi benar jika warga bilang ada bendungan di atas bendungan. Kami dari pihak DPRD sudah melakukan check ke lokasi, di atas bendungan pemerintah ada yang dibendung oleh Perusahaan,” kata dia.

Mestinya, kata Tomy, air itu milik negara dan dipergunakan paling utama untuk masyarakat. Jika memang lebih, barulah dimanfaatkan atau diberikan para korporasi atau perusahaan. “Ini yang terjadi lebih banyak dipakai perusahaan, dan rakyat yang malah jadi korban,” kata dia.

Pihak PT MSM yang dihubungi wartawan melalui Dumaria Panjaitan selaku CSR HPI Agro terkait informasi dan pernyataan warga seputar penyebab kekeringan yang dialami menyatakan, pihaknya masih akan mendiskusikan secara internal baru bisa memberikan statement resmi. “Saya harus diskusikan dengan internal dulu pak,” tulis dia via pesan WhatsApp kala dihubungi melalui gawainya.
(nth)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content