Pasukan Pangeran Diponegoro Sulit Dikalahkan Paksa Belanda Bangun Benteng Pertahanan di Madiun
Jum'at, 31 Januari 2025 - 06:00 WIB
Dikutip dari buku "Antara Lawu dan Wilis: Arkeologis, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam Residen Madiun 1934 - 38.
Di samping itu, Letnan François Auguste Schnorbusch, yang barisannya juga diperkuat oleh pasukan Bupati Ponorogo, melindungi orang-orang yang bekerja dalam pembangunan benteng ini dari serangan musuh.
Putra bupati juga turut bergabung di dalam pasukan yang dipimpin Schnorbusch. Untuk membangun benteng yang disarankan tersebut, bupati wedana menugaskan RT Sosronegoro, yang merupakan mantan pemungut pajak di Grobogan, dengan perintah untuk mendirikan "Benteng ing Kartoharjo".
Mengenai lokasi tepatnya benteng di Kartoharjo itu konon belum sepenuhnya jelas.
Diard, yang tampaknya memiliki wewenang sehingga dapat memberi perintah kepada Marnitz, memerintahkan letda tersebut untuk membangun benteng dengan dua bastion.
Satu di sudut utara dan satu lagi di sudut selatan, agar jangkauan meriam benteng dapat menjangkau sepanjang jalan yang menuju ke Ponorogo dan juga mengawasi rumah bupati dan pasar.
Selain di dalam ibu kota Madiun, pekerjaan juga dilakukan untuk memperbaiki benteng di Ngawi.
Pada Januari 1828, benteng itu dikepung musuh dari tiga arah setelah para pasukan Pangeran Diponegoro yang disebut Belanda sebagai pemberontak membakar semua desa di sekitar benteng.
Di samping itu, Letnan François Auguste Schnorbusch, yang barisannya juga diperkuat oleh pasukan Bupati Ponorogo, melindungi orang-orang yang bekerja dalam pembangunan benteng ini dari serangan musuh.
Putra bupati juga turut bergabung di dalam pasukan yang dipimpin Schnorbusch. Untuk membangun benteng yang disarankan tersebut, bupati wedana menugaskan RT Sosronegoro, yang merupakan mantan pemungut pajak di Grobogan, dengan perintah untuk mendirikan "Benteng ing Kartoharjo".
Mengenai lokasi tepatnya benteng di Kartoharjo itu konon belum sepenuhnya jelas.
Diard, yang tampaknya memiliki wewenang sehingga dapat memberi perintah kepada Marnitz, memerintahkan letda tersebut untuk membangun benteng dengan dua bastion.
Satu di sudut utara dan satu lagi di sudut selatan, agar jangkauan meriam benteng dapat menjangkau sepanjang jalan yang menuju ke Ponorogo dan juga mengawasi rumah bupati dan pasar.
Selain di dalam ibu kota Madiun, pekerjaan juga dilakukan untuk memperbaiki benteng di Ngawi.
Pada Januari 1828, benteng itu dikepung musuh dari tiga arah setelah para pasukan Pangeran Diponegoro yang disebut Belanda sebagai pemberontak membakar semua desa di sekitar benteng.
(shf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda