Kisah Pencarian Emas Hitam Rempah-rempah Maluku oleh Portugis Berujung Perang dengan Sultan Baabullah
Senin, 16 Desember 2024 - 07:28 WIB
Ia malah mengirim sebuah surat kepada Raja Dom Manuel dari Portugal dan kepada Kapitan Malaka dengan permintaan yang sama.
Awalnya hubungan Portugis dengan Sultan Ternate dirintis oleh Antonio de Brito, cukup bagus. Hubungannya dengan Sultan Ternate yang masih kanak-kanak, Kaicili Abu Hayat, dan pengasuhnya Kaicili Darwis, berlangsung sangat baik.
Pihak Ternate tanpa ragu mengizinkan De Brito membangun benteng pertama Portugis di Pulau Ternate, bernama Sao Joao Bautista atau Nossa Seighora de Rossario pada tahun 1522.
Penduduk Ternate menggunakan istilah "Kastela" untuk benteng itu, bahkan kemudian benteng itu lebih dikenal dengan nama Gamalama.
Sejak tahun 1522 hingga tahun 1570 terjalin suatu hubungan dagang atau cengkih, ntara Portugis dan Ternate. Sudah tentu tidak jarang terjadi konflik antara para penguasa Ternate dan pihak Portugis yang senantiasa mencoba mendominasi Ternate
Tidak lama setelah orang Portugis mempunyai hubungan tetap dengan Ternate, orang Spanyol yang telah menguasai Manila tiba pula di Maluku dan membuat persekutuan dengan Kerajaan Tidore untuk kepentingan perdagangan cengkih.
Akibat kehadiran kedua kekuasaan Barat itu di Maluku, dualisme antara Ternate dan Tidore yang senantiasa telah ada di sana makin meningkat tajam dan tidak jarang disertai peperangan.
Sebaliknya, Sultan Tidore juga mengizinkan Spanyol membangun sebuah benteng di Pulau Tidore. Konflik yang sering terjadi antara Portugis dan Sultan Ternate itu akhirnya meluas menjadi peperangan yang besar.
Awal peperangan itu adalah pembunuhan Sultan Khairun yang memerintah 1537-1570 yang dikhianati oleh seorang prajurit Portugis di Benteng Gamalama.
Pengkhianatan dari pihak Portugis itu membangkitkan perlawanan Sultan Baabullah (1570-1584), putra Khairun. Baabulah mengepung benteng Portugis tersebut selama lima tahun.
Awalnya hubungan Portugis dengan Sultan Ternate dirintis oleh Antonio de Brito, cukup bagus. Hubungannya dengan Sultan Ternate yang masih kanak-kanak, Kaicili Abu Hayat, dan pengasuhnya Kaicili Darwis, berlangsung sangat baik.
Pihak Ternate tanpa ragu mengizinkan De Brito membangun benteng pertama Portugis di Pulau Ternate, bernama Sao Joao Bautista atau Nossa Seighora de Rossario pada tahun 1522.
Penduduk Ternate menggunakan istilah "Kastela" untuk benteng itu, bahkan kemudian benteng itu lebih dikenal dengan nama Gamalama.
Sejak tahun 1522 hingga tahun 1570 terjalin suatu hubungan dagang atau cengkih, ntara Portugis dan Ternate. Sudah tentu tidak jarang terjadi konflik antara para penguasa Ternate dan pihak Portugis yang senantiasa mencoba mendominasi Ternate
Tidak lama setelah orang Portugis mempunyai hubungan tetap dengan Ternate, orang Spanyol yang telah menguasai Manila tiba pula di Maluku dan membuat persekutuan dengan Kerajaan Tidore untuk kepentingan perdagangan cengkih.
Akibat kehadiran kedua kekuasaan Barat itu di Maluku, dualisme antara Ternate dan Tidore yang senantiasa telah ada di sana makin meningkat tajam dan tidak jarang disertai peperangan.
Sebaliknya, Sultan Tidore juga mengizinkan Spanyol membangun sebuah benteng di Pulau Tidore. Konflik yang sering terjadi antara Portugis dan Sultan Ternate itu akhirnya meluas menjadi peperangan yang besar.
Awal peperangan itu adalah pembunuhan Sultan Khairun yang memerintah 1537-1570 yang dikhianati oleh seorang prajurit Portugis di Benteng Gamalama.
Pengkhianatan dari pihak Portugis itu membangkitkan perlawanan Sultan Baabullah (1570-1584), putra Khairun. Baabulah mengepung benteng Portugis tersebut selama lima tahun.
Lihat Juga :
tulis komentar anda