Karamah Sunan Giri Semasa Bayi Keluarkan Cahaya saat Dibuang ke Laut
Minggu, 15 Desember 2024 - 09:39 WIB
SUNAN Giri yang selamat dan bisa melarikan diri membuat Raja Blambangan murka. Hal ini membuat Raja Blambangan menyimpan dendam dengan ulama kharismatik sekaligus waliyullah yang diutus Sunan Ampel di Blambangan.
Raja Blambangan Prabu Menak Sembuyu kian memuncak dendamnya ketika wilayahnya muncul wabah dan bencana kelaparan. Prabu Menak Sembuyu menyalahkan menantunya yang menyebabkan wabah penyakit dan kelaparan kembali merajalela.
Dikutip dari "Wali Songo" karya Umar Hasyim, tiga bulan pasca Syeikh Maulana Ishak melarikan diri, Islam berkembang cukup pesat di Banyuwangi. Menurut sang raja, wabah dan penyakit itu akibat banyaknya warga yang meninggalkan agama Hindu hingga membuat sang dewa murka.
Suatu ketika anak Dewi Sekardadu, cucu Prabu Menak Sembuyu lahir. Bayi itu lahir berjenis kelamin laki-laki dengan paras tampan. Sang raja sempat memiliki niat membunuh cucunya karena kesal dan menyalahkan ulah Syeikh Maulana Ishak, ayah Sunan Giri atas perbuatannya.
Namun, hal itu urung dilakukan karena melihat cucunya terlahir laki-laki dengan paras tampan. Sebagai gantinya sang penguasa Blambangan ini memerintahkan anaknya Dewi Sekardadu untuk membuang cucunya ke laut lepas.
Tentu saja hal ini membuat sedih Dewi Sekardadu atas keputusan ayahnya. Dia ikut mengantarkan putranya dibawa oleh para utusan raja ke tepi pantai. Di hadapan mata kepalanya sendiri, peti yang di dalamnya terbaring putranya itu dibuang ke tengah laut.
Setelah peristiwa itu, Dewi Sekardadu kian lemah dan sangat sedih. Dia memutuskan tidak kembali ke istana dan memilih mengembara entah ke mana, tidak ada yang tahu seorang pun ke mana sang putri raja itu pergi.
Hingga suatu ketika Dewi Sekardadu ditemukan meninggal dunia di tengah hutan dan tidak seorang pun yang mengetahui di mana jenazahnya terbaring.
Di sisi lain, nasib Raden Paku yang terombang-ambing di lautan akhirnya ditemukan pedagang Gresik saat hendak menuju Bali. Saat melintasi dekat peti sang calon waliyullah ini perahu oleng dan berputar-putar terus di tengah lautan.
Perahu tak bisa maju dan tidak bisa mundur. Bahkan saat diperiksa di tengah laut dari perahu tampak sebuah sinar terang. Ternyata sinar terang itu muncul dari peti yang terapung-apung di tengah laut. Setelah peti diambil dan dibuka, mereka terkejut karena di dalamnya ada bayi laki-laki yang menangis mengiba-iba.
Menariknya saat perahu hendak menuju Bali, perahu masih oleng dan tak bisa melaju ke arah timur. Keputusan pun diambil dengan tidak meneruskan perjalanan ke Bali dan kembali ke Gresik. Selanjutnya bayi laki-laki itu diserahkan kepada majikan mereka di Gresik bernama Nyai Gede Pinatih.
Raja Blambangan Prabu Menak Sembuyu kian memuncak dendamnya ketika wilayahnya muncul wabah dan bencana kelaparan. Prabu Menak Sembuyu menyalahkan menantunya yang menyebabkan wabah penyakit dan kelaparan kembali merajalela.
Dikutip dari "Wali Songo" karya Umar Hasyim, tiga bulan pasca Syeikh Maulana Ishak melarikan diri, Islam berkembang cukup pesat di Banyuwangi. Menurut sang raja, wabah dan penyakit itu akibat banyaknya warga yang meninggalkan agama Hindu hingga membuat sang dewa murka.
Suatu ketika anak Dewi Sekardadu, cucu Prabu Menak Sembuyu lahir. Bayi itu lahir berjenis kelamin laki-laki dengan paras tampan. Sang raja sempat memiliki niat membunuh cucunya karena kesal dan menyalahkan ulah Syeikh Maulana Ishak, ayah Sunan Giri atas perbuatannya.
Namun, hal itu urung dilakukan karena melihat cucunya terlahir laki-laki dengan paras tampan. Sebagai gantinya sang penguasa Blambangan ini memerintahkan anaknya Dewi Sekardadu untuk membuang cucunya ke laut lepas.
Tentu saja hal ini membuat sedih Dewi Sekardadu atas keputusan ayahnya. Dia ikut mengantarkan putranya dibawa oleh para utusan raja ke tepi pantai. Di hadapan mata kepalanya sendiri, peti yang di dalamnya terbaring putranya itu dibuang ke tengah laut.
Setelah peristiwa itu, Dewi Sekardadu kian lemah dan sangat sedih. Dia memutuskan tidak kembali ke istana dan memilih mengembara entah ke mana, tidak ada yang tahu seorang pun ke mana sang putri raja itu pergi.
Hingga suatu ketika Dewi Sekardadu ditemukan meninggal dunia di tengah hutan dan tidak seorang pun yang mengetahui di mana jenazahnya terbaring.
Di sisi lain, nasib Raden Paku yang terombang-ambing di lautan akhirnya ditemukan pedagang Gresik saat hendak menuju Bali. Saat melintasi dekat peti sang calon waliyullah ini perahu oleng dan berputar-putar terus di tengah lautan.
Perahu tak bisa maju dan tidak bisa mundur. Bahkan saat diperiksa di tengah laut dari perahu tampak sebuah sinar terang. Ternyata sinar terang itu muncul dari peti yang terapung-apung di tengah laut. Setelah peti diambil dan dibuka, mereka terkejut karena di dalamnya ada bayi laki-laki yang menangis mengiba-iba.
Menariknya saat perahu hendak menuju Bali, perahu masih oleng dan tak bisa melaju ke arah timur. Keputusan pun diambil dengan tidak meneruskan perjalanan ke Bali dan kembali ke Gresik. Selanjutnya bayi laki-laki itu diserahkan kepada majikan mereka di Gresik bernama Nyai Gede Pinatih.
(jon)
Lihat Juga :
tulis komentar anda