Kisah Raja Kertanegara Memutasi Para Pejabat Tinggi Istana Kerajaan Singasari Akibat Beda Pendapat
Rabu, 06 November 2024 - 07:46 WIB
Bahkan suatu ketika Kertanagara berwajah sangat muram murka, dengan kemarahan besar mendengar pendapat sang Mahapatihnya itu.
Langsung Raganata dipecat saat itu juga. Jabatan strategisnya diisi Mahisa Anengah Panji Angragani, yang lebih kalem dan mau menuruti semua perintah Kertanagara.
Mpu Raganata memang masih mendapat jabatan di istana pemerintahan Kertanagara, sebagai balas jasa ketika pemerintahan raja sebelumnya.
Tapi pada Kidung Harsawijaya pupuh 1/28b sampai 30a, disebut dengan jelas bahwa Prabu Kertanagara memutasi Mpu Raganata dari kedudukannya sebagai patih amangkubhumi, menjadi ramadhyaksa di Tumapel, jabatan yang rendah dari sebelumnya.
Mpu Raganata kecewa, tidak senang kepada pemerintahan sang prabu. Dikatakan dalam kidung tersebut, asmu ewa sang mantri wréddha rirehira sang ahulun.
Mopu Raganata tidak senang terhadap pemerintahan Raja Kertanagara, dan dikatakan tan trepti rehing nagari arawat-rawat kewuh.
Tak cuma Mpu Raganata saja yang jadi korban keserakahan Kertanagara. Tumenggung Wirakreti dilorot kedudukannya sebagai tumenggung menjadi mantri angabhaya, atau menteri pembantu atau jika saat sekelas wakil menteri (Wamen). Pujangga Santasemereti meninggalkan pura untuk bertapa di hutan.
Selain itu, Aria Wiraraja dilorot kedudukannya sebagai demung menjadi adipati di Madura Timur. Pada Pupuh 1/82a menguraikan, bahwa penurunan jabatan Arya Wiraraja dari jabatan demung menjadi adipati sangat melukai hati dan menimbulkan kemarahan.
Dari percakapan antara Wirondaya dengan Raja Jayakatwang, dalam pupuh 2/16a-16b dengan jelas diceritakan, bahwa sejak pemecatan para wreddha mantri dan pengangkatan para yuwa mantri, atau menteri muda membuat rakyat tidak senang terhadap sikap Sang Prabu Kertanagara. Perbuatan itu meninggalkan kegelisahan di hati rakyat.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Langsung Raganata dipecat saat itu juga. Jabatan strategisnya diisi Mahisa Anengah Panji Angragani, yang lebih kalem dan mau menuruti semua perintah Kertanagara.
Mpu Raganata memang masih mendapat jabatan di istana pemerintahan Kertanagara, sebagai balas jasa ketika pemerintahan raja sebelumnya.
Tapi pada Kidung Harsawijaya pupuh 1/28b sampai 30a, disebut dengan jelas bahwa Prabu Kertanagara memutasi Mpu Raganata dari kedudukannya sebagai patih amangkubhumi, menjadi ramadhyaksa di Tumapel, jabatan yang rendah dari sebelumnya.
Mpu Raganata kecewa, tidak senang kepada pemerintahan sang prabu. Dikatakan dalam kidung tersebut, asmu ewa sang mantri wréddha rirehira sang ahulun.
Mopu Raganata tidak senang terhadap pemerintahan Raja Kertanagara, dan dikatakan tan trepti rehing nagari arawat-rawat kewuh.
Tak cuma Mpu Raganata saja yang jadi korban keserakahan Kertanagara. Tumenggung Wirakreti dilorot kedudukannya sebagai tumenggung menjadi mantri angabhaya, atau menteri pembantu atau jika saat sekelas wakil menteri (Wamen). Pujangga Santasemereti meninggalkan pura untuk bertapa di hutan.
Selain itu, Aria Wiraraja dilorot kedudukannya sebagai demung menjadi adipati di Madura Timur. Pada Pupuh 1/82a menguraikan, bahwa penurunan jabatan Arya Wiraraja dari jabatan demung menjadi adipati sangat melukai hati dan menimbulkan kemarahan.
Dari percakapan antara Wirondaya dengan Raja Jayakatwang, dalam pupuh 2/16a-16b dengan jelas diceritakan, bahwa sejak pemecatan para wreddha mantri dan pengangkatan para yuwa mantri, atau menteri muda membuat rakyat tidak senang terhadap sikap Sang Prabu Kertanagara. Perbuatan itu meninggalkan kegelisahan di hati rakyat.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(shf)
tulis komentar anda