Riwayat Jembatan Kaliketek Bojonegoro, Tempat Mistis Pembuangan Mayat Simpatisan PKI
Selasa, 01 Oktober 2024 - 09:23 WIB
Jalurnya lebar bisa dilalui kendaraan besar di kedua lajurnya. Masing-masing lajur memiliki kurang lebih lebar 6 meter, dengan total lebar lajur sekitar 12 meter. Sementara panjang jembatan baru sisi barat diperkirakan sekitar panjang 800 meter.
Sedangkan Jembatan Kaliketek sisi timur atau jembatan peninggalan Belanda memiliki lebar lebih sempit. Kurang lebih lebarnya sekitar 6 meter, itu pun di tengah lajur jembatan dulunya terdapat rel kereta api yang menghubungkan antara Bojonegoro dengan Tuban.
Kini rel kereta api itu sudah tak terpakai lagi, layaknya Jembatan Kaliketek sisi timur yang terbengkalai. Bahkan jembatan lama aspal - aspalnya pun sudah tak lagi tampak, tinggal rangkai baja dan besi yang masih tersisa.
Seluruh lalu lintas jembatan dialihkan ke Jembatan Kaliketek baru di sisi barat dari jembatan lama. Kendati sudah ada jembatan baru, suasana mistis dan menyeramkan masih terlihat di lokasi.
Apalagi saat malam tiba, dengan suasana gelap dan penerangan sekitar jembatan kurang. Belum lagi tiupan angin dan suara arus Sungai Bengawan Solo yang ada di bawah jembatan membuat bulu gidik merinding.
Perasaan menakutkan kian terasa saat kendaraan besar seperti truk dan bus besar melintas, yang membuat jembatan bergetar karena getaran beban kendaraan yang melintas.
Penelusuran di lokasi sejumlah makhluk tak kasat mata memang menghuni lokasi sekitar jembatan. Banyaknya tanaman liar yang tumbuh kian membuat jembatan ini tampak mistis di malam hari.
Apalagi residu energi jembatan di masa penjajahan Belanda kian terasa. Pengamatan tak kasat mata, sejumlah teriakan dan suara rintihan yang menjadi residual energi di masa lalu, masih terasa.
Konon di masa lalu Jembatan Kaliketek memakan tumbal akibat pembangunan di masa Belanda. Saat itu Belanda membangun Jembatan Kaliketek guna mengangkut hasil rempah dari Bojonegoro dan sekitarnya ke area utara di pelabuhan.
Sedangkan Jembatan Kaliketek sisi timur atau jembatan peninggalan Belanda memiliki lebar lebih sempit. Kurang lebih lebarnya sekitar 6 meter, itu pun di tengah lajur jembatan dulunya terdapat rel kereta api yang menghubungkan antara Bojonegoro dengan Tuban.
Kini rel kereta api itu sudah tak terpakai lagi, layaknya Jembatan Kaliketek sisi timur yang terbengkalai. Bahkan jembatan lama aspal - aspalnya pun sudah tak lagi tampak, tinggal rangkai baja dan besi yang masih tersisa.
Seluruh lalu lintas jembatan dialihkan ke Jembatan Kaliketek baru di sisi barat dari jembatan lama. Kendati sudah ada jembatan baru, suasana mistis dan menyeramkan masih terlihat di lokasi.
Apalagi saat malam tiba, dengan suasana gelap dan penerangan sekitar jembatan kurang. Belum lagi tiupan angin dan suara arus Sungai Bengawan Solo yang ada di bawah jembatan membuat bulu gidik merinding.
Perasaan menakutkan kian terasa saat kendaraan besar seperti truk dan bus besar melintas, yang membuat jembatan bergetar karena getaran beban kendaraan yang melintas.
Penelusuran di lokasi sejumlah makhluk tak kasat mata memang menghuni lokasi sekitar jembatan. Banyaknya tanaman liar yang tumbuh kian membuat jembatan ini tampak mistis di malam hari.
Apalagi residu energi jembatan di masa penjajahan Belanda kian terasa. Pengamatan tak kasat mata, sejumlah teriakan dan suara rintihan yang menjadi residual energi di masa lalu, masih terasa.
Konon di masa lalu Jembatan Kaliketek memakan tumbal akibat pembangunan di masa Belanda. Saat itu Belanda membangun Jembatan Kaliketek guna mengangkut hasil rempah dari Bojonegoro dan sekitarnya ke area utara di pelabuhan.
tulis komentar anda