Kegarangan Mantan Danjen Kopassus Letjen TNI I Nyoman Cantiasa Lawan Perusuh Bersenjata saat Tenangkan Ambon
Kamis, 01 Agustus 2024 - 06:49 WIB
Hal itu memperkeruh suasana dengan pasokan senjata dan bahan peledak yang juga membanjiri dari luar Maluku dan luar negeri. Maraknya peredaran senjata organik dipicu oleh pembobolan gudang senjata Polri di Desa Tantui semasa konflik 1999-2000.
Kelompok bertikai menjebol lalu menjarah gudang senjata beserta amunisinya. Sekurangnya 900 pucuk senapan dan pistol serta granat tangan raib dari gudang. Yang lebih mengerikan lagi, saat sweeping ke daerah perusuh, ditemukan bom rakitan seukuran televisi 17 inci.
Bayangkan bila bom digunakan menyerang keramaian masyarakat. Perusuh langsung menguji nyali aparat gabungan yang baru tiba dari Jakarta dengan serangan sporadis. Tembakan sporadis dan serangan bom rakitan silih berganti menghantam pos aparat memancing kerusuhan warga.
“Kami terkejut mendengar letusan senjata sangat bervariasi. Peluru ukuran 9mm, 5,56mm, rentetan senapan mesin 7,62mm, dan mortar terdengar bersahutan. Belum lagi serangan panah, tombak, parang, golok, klewang hingga bom molotov,” kata Nyoman.
Bahkan, perusuh juga menggunakan alat pelontar bom yang bisa menjangkau jarak 250 meter. Tim Kosektor-1 segera menganalisa situasi untuk dapat meredakan konflik secepat mungkin berbekal pengalaman tugas di Timor Timur, Aceh, dan Papua.
Malam hari tanggal 19 Januari 2001, saat tim berpatroli menggunakan panser tua Saraccen dan Saladin di dekat pos keamanan Hotel Aman, tiba-tiba serangan bom dan tembakan muncul kembali. Melalui komunikasi HT diketahui posisi musuh berada di sekitar Hotel Wijaya II.
Beberapa pos aparat diserang segera mendapat bantuan. Naluri seorang Prajurit Kopassus mendorong Nyoman untuk menganalisa cepat situasi lapangan. Sepuluh prajurit diperintahkan untuk naik ke gedung-gedung untuk memantau asal pancaran senjata api di tengah kegelapan.
Setelah posisi diketahui, perintah serangan diberikan dan tembakan gencar aparat selama 5 menit menghantam posisi perusuh berhasil membungkam mereka untuk sementara waktu. Tiba-tiba di saluran HT terdengar makian perusuh, “Arjuna-2, Arjuna-2, anjing, babi kamu!!”
Rupanya saluran komunikasi TNI-Polri telah disadap oleh perusuh. (Arjuna-2: Panggilan sandi Nyoman Cantiasa sebagai Kepala Seksi Operasi Kosektor-1) Situasi kemudian mereda selama dua hari yang ternyata digunakan perusuh untuk menggalang kekuatan kembali.
Kelompok bertikai menjebol lalu menjarah gudang senjata beserta amunisinya. Sekurangnya 900 pucuk senapan dan pistol serta granat tangan raib dari gudang. Yang lebih mengerikan lagi, saat sweeping ke daerah perusuh, ditemukan bom rakitan seukuran televisi 17 inci.
Bayangkan bila bom digunakan menyerang keramaian masyarakat. Perusuh langsung menguji nyali aparat gabungan yang baru tiba dari Jakarta dengan serangan sporadis. Tembakan sporadis dan serangan bom rakitan silih berganti menghantam pos aparat memancing kerusuhan warga.
“Kami terkejut mendengar letusan senjata sangat bervariasi. Peluru ukuran 9mm, 5,56mm, rentetan senapan mesin 7,62mm, dan mortar terdengar bersahutan. Belum lagi serangan panah, tombak, parang, golok, klewang hingga bom molotov,” kata Nyoman.
Baca Juga
Bahkan, perusuh juga menggunakan alat pelontar bom yang bisa menjangkau jarak 250 meter. Tim Kosektor-1 segera menganalisa situasi untuk dapat meredakan konflik secepat mungkin berbekal pengalaman tugas di Timor Timur, Aceh, dan Papua.
Malam hari tanggal 19 Januari 2001, saat tim berpatroli menggunakan panser tua Saraccen dan Saladin di dekat pos keamanan Hotel Aman, tiba-tiba serangan bom dan tembakan muncul kembali. Melalui komunikasi HT diketahui posisi musuh berada di sekitar Hotel Wijaya II.
Beberapa pos aparat diserang segera mendapat bantuan. Naluri seorang Prajurit Kopassus mendorong Nyoman untuk menganalisa cepat situasi lapangan. Sepuluh prajurit diperintahkan untuk naik ke gedung-gedung untuk memantau asal pancaran senjata api di tengah kegelapan.
Setelah posisi diketahui, perintah serangan diberikan dan tembakan gencar aparat selama 5 menit menghantam posisi perusuh berhasil membungkam mereka untuk sementara waktu. Tiba-tiba di saluran HT terdengar makian perusuh, “Arjuna-2, Arjuna-2, anjing, babi kamu!!”
Rupanya saluran komunikasi TNI-Polri telah disadap oleh perusuh. (Arjuna-2: Panggilan sandi Nyoman Cantiasa sebagai Kepala Seksi Operasi Kosektor-1) Situasi kemudian mereda selama dua hari yang ternyata digunakan perusuh untuk menggalang kekuatan kembali.
tulis komentar anda