Kegarangan Mantan Danjen Kopassus Letjen TNI I Nyoman Cantiasa Lawan Perusuh Bersenjata saat Tenangkan Ambon

Kamis, 01 Agustus 2024 - 06:49 WIB
loading...
Kegarangan Mantan Danjen...
Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa saat menjabat Danjen Kopassus, kini sang jenderal menjabat sebagai Wakil Kepala BIN. Foto/Istimewa
A A A
Kehebatan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dalam melaksanakan tugas di daerah operasi tidak perlu diragukan lagi. Sebagai pasukan elite TNI AD, setiap tugas adalah sebuah kehormatan yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Hal itu dibuktikan mantan orang nomor satu di Korps Baret Merah, Letjen TNI I Nyoman Cantiasa saat berupaya meredam konflik sosial berkepanjangan di Ambon Manise, Maluku, pada tahun 2001 silam.

Lulusan terbaik Akmil 1990 peraih Adhi Makayasa yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) berhasil melaksanakan tugasnya dengan cemerlang. Kisah heroiknya ditulis dalam buku Kopassus adalah Kita penulis Iwan Santosa dan E.A. Natanegara.



Kisahnya berawal pada 5 Januari 2001, tim Kopassus bersama Marinir dan Paskhas dalam satuan tugas gabungan Komando Sektor (Kosektor)-1/Gabungan TNI Maluku/Maluku Utara yang dipimpin Asisten Intelijen Danjen Kopassus Kolonel N.G. Sugihartha.

Mantan Pangdam XVIII/Kasuari ini berangkat ke Ambon setelah mendapat perintah tugas mendadak pada tanggal 1 Januari 2001.

Wakil Asisten Intelijen Danjen Kopassus Letkol I Nyoman Cantiasa masih berpangkat kapten dan menjadi anggota tim Kosektor-1, melihat bagaimana warga kehilangan nyawa saat berjalan di ruang terbuka akibat gangguan para “sniper” yang disebar untuk meneror kota Ambon.

Setiap hari, laporan warga dari dua komunitas yang mengadukan kerabatnya menjadi korban sniper terus masuk. Situasi bertambah parah setelah kelompok separatis Republik Maluku Selatan (RMS) dan milisi luar Ambon, terutama dari Pulau Jawa.



Hal itu memperkeruh suasana dengan pasokan senjata dan bahan peledak yang juga membanjiri dari luar Maluku dan luar negeri. Maraknya peredaran senjata organik dipicu oleh pembobolan gudang senjata Polri di Desa Tantui semasa konflik 1999-2000.

Kelompok bertikai menjebol lalu menjarah gudang senjata beserta amunisinya. Sekurangnya 900 pucuk senapan dan pistol serta granat tangan raib dari gudang. Yang lebih mengerikan lagi, saat sweeping ke daerah perusuh, ditemukan bom rakitan seukuran televisi 17 inci.

Bayangkan bila bom digunakan menyerang keramaian masyarakat. Perusuh langsung menguji nyali aparat gabungan yang baru tiba dari Jakarta dengan serangan sporadis. Tembakan sporadis dan serangan bom rakitan silih berganti menghantam pos aparat memancing kerusuhan warga.

“Kami terkejut mendengar letusan senjata sangat bervariasi. Peluru ukuran 9mm, 5,56mm, rentetan senapan mesin 7,62mm, dan mortar terdengar bersahutan. Belum lagi serangan panah, tombak, parang, golok, klewang hingga bom molotov,” kata Nyoman.



Bahkan, perusuh juga menggunakan alat pelontar bom yang bisa menjangkau jarak 250 meter. Tim Kosektor-1 segera menganalisa situasi untuk dapat meredakan konflik secepat mungkin berbekal pengalaman tugas di Timor Timur, Aceh, dan Papua.

Malam hari tanggal 19 Januari 2001, saat tim berpatroli menggunakan panser tua Saraccen dan Saladin di dekat pos keamanan Hotel Aman, tiba-tiba serangan bom dan tembakan muncul kembali. Melalui komunikasi HT diketahui posisi musuh berada di sekitar Hotel Wijaya II.

Beberapa pos aparat diserang segera mendapat bantuan. Naluri seorang Prajurit Kopassus mendorong Nyoman untuk menganalisa cepat situasi lapangan. Sepuluh prajurit diperintahkan untuk naik ke gedung-gedung untuk memantau asal pancaran senjata api di tengah kegelapan.

Setelah posisi diketahui, perintah serangan diberikan dan tembakan gencar aparat selama 5 menit menghantam posisi perusuh berhasil membungkam mereka untuk sementara waktu. Tiba-tiba di saluran HT terdengar makian perusuh, “Arjuna-2, Arjuna-2, anjing, babi kamu!!”

Rupanya saluran komunikasi TNI-Polri telah disadap oleh perusuh. (Arjuna-2: Panggilan sandi Nyoman Cantiasa sebagai Kepala Seksi Operasi Kosektor-1) Situasi kemudian mereda selama dua hari yang ternyata digunakan perusuh untuk menggalang kekuatan kembali.



Menjelang malam 21 Januari 2001, mereka menyerang lagi pos-pos dari berbagai arah. Dari hasil observasi, para perusuh menempati gedung-gedung kosong yang telah rusak dikoyak kerusuhan.

Aparat mengedepankan kegiatan pembinaan warga, belum menguasai teknik perang kota.

Tetapi, rapat tetap segera digelar Kosektor-1 dengan aparat setempat untuk menyerang perusuh di gedung-gedung kosong. Tanggal 22 Januari 2001, pukul 02.00 dini hari, Nyoman Cantiasa segera menghadap Panglima Kodam XVI Pattimura Mayor Jenderal M. Yasa.

Dilaporkan perkembangan situasi terakhir karena perusuh semakin berani dan brutal. Ketika itu, Kodam sedang mendapat bantuan Batalyon Gabungan (Yon Gab) Kopassus-Paskhas-Marinir di bawah pimpinan perwira Kopassus Mayor Ricky Samuel.

Kosektor-1 segera mendapat bantuan satu kompi Yon Gab dengan unsur utama Kopassus dibantu Paskhas dan Marinir. Sasaran utama Hotel Wijaya II yang menjadi sarang perusuh dan sniper.



Batalyon Pemukul Sektor diperbantukan untuk mengamankan lingkaran luar hotel yang akan diserbu. Setelah Pangdam memberi lampu hijau untuk menyerang perusuh, pukul 05.00 WIT pasukan langsung bergerak ke arah Hotel Wijaya II.

Serangan pembukaan dilakukan dengan granat kejut dan rentetan tembakan. Dengan cepat pasukan masuk dan menyerbu ruangan demi ruangan. Ledakan granat kejut dan rentetan tembakan terdengar di mana-mana.

Sungguh pertempuran kota seperti pertempuran Stalingrad di Uni Soviet semasa Perang Dunia II. Pada saat bersamaan, patroli Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Ambon berpatroli memblokir laut mencegah kaburnya perusuh atau datangnya bantuan dari laut.

Pembersihan hotel berlangsung hingga pukul 07.00. Aparat bertekad menangkap mereka hidup-hidup. Beberapa mencoba lari tapi berhasil dikejar di sekitar hotel dan banyak juga yang menyerah tanpa syarat.



Para perusuh sudah setahun menempati hotel Wijaya II itu dan tidak pernah mengira aparat akan berani masuk menyerbu. Banyak dari mereka yang ditangkap ternyata dalam keadaan mabuk dan sisa-sisa pesta ditemukan di dalam hotel.

Tak disangka bahwa di saat masyarakat Ambon dicekam ketakutan, ternyata para perusuh justru berpesta pora. Sebagian dari perusuh yang ditangkap adalah warga sipil, mantan tentara, dan polisi yang ditangkap atau desersi.

Tim gabungan menyita revolver, pistol FN 46, Colt 38, serta beragam senapan seperti AK 101, AK 102, Lee Enfield (LE), SKS, MK-1, MK-3, SS-1, M-16, SPR, US Carabine 30mm, Ruger mini, Mauser, senapan dan bom rakitan disertai dokumen berisi catatan serangan.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2901 seconds (0.1#10.140)