Rakai Panangkaran Kudeta Raja Mataram Sanjaya untuk Kembangkan Agama Buddha
Senin, 01 Juli 2024 - 07:13 WIB
Dugaan bahwa serangan yang dilakukan Dyah Pancapana terhadap Ratu Sanjaya karena ingin mengembangkan agama Buddha di wilayah di Medang.
Terbukti sesudah menggulingkan kekuasaan Sanjaya, Rakai Panangkaran menjabat sebagai Raja Medang bergelar Sailendra Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran.
Pada tahun 775-760, Rakai Penangkaran Dyah Pancapana membangun beberapa candi beraliran Buddha Mahayana di dataran Prambanan, yakni Candi Tarabhavanam (Candi Kalasan), Candi Sari (candi yang dikaitkan sebagai wihara pendamping Candi Tarabhavanam), Candi Manjusrigrha (Candi Sewu), Candi Lumbung, dan Abhayagirivihara (kompleks Ratu Baka).
Pembangunan candi Tarabhavanam yang dilakukan Rakai Panangkaran Dyah Pancapana tercatat dalam Prasasti Kalasan (778). Selain sebagai piagam peresmian atas pembangunan candi Tarabhavanam (Buana Tara) yang digunakan untuk memuja Dewi Tara, prasasti tersebut memuji Rakai Panangkaran sebagai sailendrawangsatilaka,
Sesudah menjabat sebagai raja Medang selama 15 tahun, Rakai Panangkaran yang dikenal dengan nama Tejahpurnapane Panangkaran Itu mengundurkan diri untuk menekuni agama Buddha.
Pengunduran diri Rakai Panangkaran sebagai raja Medang ini tercatat pada Prasasti Abhayagiriwihara yang berangka tahun 792.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Terbukti sesudah menggulingkan kekuasaan Sanjaya, Rakai Panangkaran menjabat sebagai Raja Medang bergelar Sailendra Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran.
Pada tahun 775-760, Rakai Penangkaran Dyah Pancapana membangun beberapa candi beraliran Buddha Mahayana di dataran Prambanan, yakni Candi Tarabhavanam (Candi Kalasan), Candi Sari (candi yang dikaitkan sebagai wihara pendamping Candi Tarabhavanam), Candi Manjusrigrha (Candi Sewu), Candi Lumbung, dan Abhayagirivihara (kompleks Ratu Baka).
Pembangunan candi Tarabhavanam yang dilakukan Rakai Panangkaran Dyah Pancapana tercatat dalam Prasasti Kalasan (778). Selain sebagai piagam peresmian atas pembangunan candi Tarabhavanam (Buana Tara) yang digunakan untuk memuja Dewi Tara, prasasti tersebut memuji Rakai Panangkaran sebagai sailendrawangsatilaka,
Sesudah menjabat sebagai raja Medang selama 15 tahun, Rakai Panangkaran yang dikenal dengan nama Tejahpurnapane Panangkaran Itu mengundurkan diri untuk menekuni agama Buddha.
Pengunduran diri Rakai Panangkaran sebagai raja Medang ini tercatat pada Prasasti Abhayagiriwihara yang berangka tahun 792.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
(shf)
tulis komentar anda